9. Masa Lalu Romeo

4.8K 547 38
                                    

9. Masa Lalu Romeo

"Seandainya dulu, sedikit saja, sebanyak ini saja, jika aku punya keberanian untuk berdiri di hadapanmu, apakah semuanya akan berbeda sekarang?"

The Truth Untold - BTS

"Yaelahh, masa?!"

Ragil menatap teman sebangkunya kesal. "Apaan, sih?!"

Diki mengguncang bahu Ragil heboh, untungnya kantin sekeliling mereka penuh sehingga perhatian orang-orang tidak tertuju pada mereka. "Gara."

"Gara?" Ragil mengerutkan kening tidak mengerti. "Siapa?"

Diki memutar bola mata. "Astaga, masa lo nggak tahu sama Gara. Dia creator terbaik webtoon Indonesia! Yang ceritanya diterjemahin kelima bahasa! Yang selalu dapet rank satu padahal bukan cerita roman picisan!"

Ragil menjentikkan jari. "Ah, yang judulnya Hidden King itu. Yang ceritanya nggak bisa ditebak sama siapa pun. Memangnya dia kenapa? Gara mutusin buat nunjukkin wajahnya?"

Diki menggelengkan kepala. "Bukan, editornya Gara tadi post di-IG katanya Hidden King memasuki bab akhir. Yang artinya nggak ada tambahan season atau tambahan episode."

Ini bukan berita kaleng-kaleng. "Njir, kok bisa? Kenapa tiba-tiba?"

Diki menggelengkan kepala. "Bukan cuma lo aja yang nanya itu. Semua follower cerita Hidden King mulai dari netizen Indo sampai netizen inter pada protes. Why? Padahal dilihat-lihat cerita Hidden King masih jauh ke tamat meski udah 175 bab."

Ragil buru-buru mengecek postingan Instagram resmi webtoon. Memang benar ada salah satu postingan dari editor yang menangani cerita Gara mengenai cerita Hidden King yang tiba-tiba memasuki episode akhir, komentarnya pun lebih dari tujuh ribu.

"Sayang banget. Padahal ceritanya bagus banget. Dari semua cerita cuma Hidden King yang gue ikutin." Ragil bergumam pelan, menyayangkan keputusan mendadak Gara.

"Apa mungkin terjadi sesuatu sama Gara? Udah dua Minggu ini dia nggak update cerita."

Ragil menghela napas, melihat judul cerita komik di ponselnya. "Gue rasa iya. Selama ini 'kan Gara nggak pernah telat update," balasnya pelan.

Diki melempar ponselnya ke atas meja lalu mengamati lebam di wajah Ragil. "Gimana tawuran kemarin? Gue denger Romeo juga dateng. Anak-anak pada muji dia, soalnya karena dia sekolah kita bisa menang."

Ragil mengangguk dengan lesu, andai Romeo tidak datang mungkin sekarang ini dirinya tidak lagi berada di sini. "Dia dateng tepat waktu."

Diki berdecak kagum. "Beruntung banget punya saudara kayak Romeo."

Ragil menatap Diki penuh pertanyaan.

"Kalau gue jadi saudaranya Romeo, hidup gue bakalan tenang. Nggak akan ada yang berani ganggu gue, wong ada Romeo yang siap sedia ngelindungi gue."

Ragil menghela napas panjang. "Nggak seberuntung itu juga kali."

Diki menelengkan kepala.

Ragil tersenyum kecil. "Lo harus menghadapi banyak orang yang terlalu kagum sama Romeo. Setiap kali ketemu pasti yang ditanyain Romeo sampai lo nggak dianggap. Lagian, buat bisa berdiri di samping Romeo itu susah minta ampun."

Diki tidak mengerti maksud Ragil apa, dia memilih mengalihkan perhatian ke arah lain. Suasana yang ramai mendadak senyap saat Romeo yang ditemani Haris berjalan masuk ke dalam kantin. Tatapan cowok itu lurus menatap ke arah Tristan yang duduk tidak jauh dari bangku mereka.

I'M BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang