Prolog

15.5K 936 10
                                    

"Dia memang seperti itu."

Romeo yang saat itu tengah berjalan naik tangga seketika terhenti saat mendengar suara ibunya. Dia menoleh, menatap dua wanita paruh baya, yang salah satunya adalah ibu Romeo, sedang asik bicara.

"Masa tiap kali aku ke sini, muka Romeo lebam-lebam." Teman sang ibu bertanya dengan penasaran, daripada simpati, wanita paruh baya itu terlihat ingin mengejek. "Apa Romeo sering berantem di sekolah? Anakku bilang kalau Romeo sering tawuran sampai guru pun angkat tangan menghadapi dia."

Sang ibu terlihat tidak nyaman. "Anak satu itu memang sulit diatur. Suka semaunya sendiri. Saya saja sampai lelah dipanggil terus sama wali kelasnya."

Wanita paruh baya itu mengangguk. "Benar. Beda banget sama Ragil. Sikap mereka bagai langit dan bumi." Dia tersenyum lebar seraya mengusap tangan sang ibu. "Untung saudara kembar Romeo lebih baik dari Romeo. Seenggaknya kamu nggak terlalu sedih ..."

Sang ibu tersenyum. "Tentu saja saya sangat bersyukur. Andaikan nggak ada Ragil, saya nggak akan tahu, apa yang akan terjadi sama keluarga."

"Ragil aset kalian. Kalian harus menjaganya dengan baik. Jangan kebawa arus seperti Romeo."

Romeo menghela napas panjang, tadinya dia berniat mengurung diri di kamar sebelum nanti malam pergi, tapi melihat kelakuan teman ibunya yang menyebalkan membuat amarah Romeo tersulut.

Alih-alih naik ke atas, Romeo segera menuruni tangga dan berdiri di hadapan sang ibu dan wanita paruh baya. Wajah cowok itu datar dengan luka lebam yang dia dapat dari perkelahian dengan orang yang berani mengganggunya.

"Kalau mau minjam uang itu bicaranya baik-baik. Jangan sambil menghina orang," kata Romeo dingin dengan tatapan tertuju pada wanita paruh baya itu.

Wajah wanita paruh baya itu memerah. "Apa?"

Romeo tersenyum kecil. "Jangan suka menilai orang sembarangan. Apa Anda tau kalau anak Anda bahkan lebih parah dari saya?" Dia membungkuk untuk melepaskan tangan wanita paruh baya itu dari tangan sang ibu. "Kalau teman Mama minjam uang mending jangan dikasih. Nggak akan bayar. Kalau Mama mau curhat mending sama teman yang lain. Beliau suka bicarain Mama dibelakang."

Wanita paruh baya itu terlihat marah, melihat hal tersebut sang ibu menarik Romeo ke dapur.

"Kamu ini apa-apaan? Kenapa bicara seperti itu pada teman saya? Memalukan. Saya jadi nggak punya muka lagi di depan dia gara-gara kamu. Harusnya kamu mencontohi Rag--"

"Saya. Bukan. Ragil." Romeo memotong dengan tatapan kesal. "Saya bukan Ragil."

***










I'M BROKENМесто, где живут истории. Откройте их для себя