1. Hidup Romeo

10.1K 752 12
                                    

1. Hidup Romeo

"Pada saat tertentu, aku berharap aku bisa menghilang dari dunia ini. Seluruh dunia terlihat gelap, aku menangis setiap malam."

To My Youth

Kening Romeo berkerut dalam mengamati tulisan di hadapannya. Sesekali kepalanya meneleng tampak serius mencermati tulisan, lalu dia mendesah panjang seraya melempar buku yang dibacanya barusan ke atas ranjang.

"Kata siapa belajar bikin pinter. Yang ada kepala gue sakit."

Romeo berdiri dan pergi keluar kamar setelah membaca chat dari Haris kalau dia harus segera pergi menemui cowok itu. Sekilas Romeo melirik ke arah meja makan yang kini sudah terisi penuh oleh keluarganya.

"Ke mana? Duduk dan makan."

Suara Papanya terdengar hingga mau tak mau Romeo terpaksa duduk di kursi dekat Ragil, padahal niatnya dia ingin makan cireng isi depan komplek rumah Haris.

"Rom," panggil Ragil menatap penampilan Romeo. "Kamu mau pergi keluar dengan penampilan seperti itu?"

Romeo yang saat itu sedang menyuap nasi ke dalam mulut terhenti begitu saja lalu menatap Ragil datar, balas memperhatikan saudara kembarnya dari ujung kepala hingga ujung kaki--dia sampai harus memiringkan tubuh supaya bisa melihat tubuh bagian bawah Ragil di bawa meja--lalu menggelengkan kepala.

"Ini tuh style zaman sekarang. Lo tau 'kan bad boy? Style bad boy tuh yang kayak gini, baru keren," balas Romeo seraya mengusap kaus dan hoodinya. "Lo aja yang ketinggalan mode. Duh, lo itu udah culun, pakai baju rapi banget pakai kaca mata lagi. Pantes aja kalau lo dibully teru--aww!!"

Mata Romeo membelalak ketika kakinya diinjak kuat oleh Ragil. "Njir, lo mau bunuh gue?!" Cowok itu tidak menyadari kalau sedari tadi Papa Mamanya tengah memperhatikannya.

"Perbaiki kata-katamu," ujar sang Papa dingin. "Saya tidak ingin rumah ini dicemari oleh umpatan dan bahasa kasar."

Romeo hanya mengangguk kecil.

"Contohi Ragil." Kali ini sang Mama yang berkata. "Ragil tidak pernah melakukan hal yang memperlakukan kami, setidaknya kamu mencontohi sikap Ragil yang satu itu jika tidak bisa menaikan nilai apalagi memberikan prestasi pada kami."

Raut wajah Romeo seketika berubah muram, dia semakin tidak berselera makan. Setelah menghabiskan makanannya, dia segera pergi tanpa pamit pada Papa Mamanya.

"Rom, Romeo!" seru Ragil menyusul Romeo yang saat itu tengah menghidupkan mesin motor. "Kamu pulang jam berapa nanti?"

Sebelah alis Romeo naik. "Kenapa nanya itu? Lo mau nitip sesuatu?"

Ragil menggeleng. "Kata-kata Mama tadi, jangan kamu pikirin. Kamu juga tau kalau Mama sama Papa emang kayak gitu."

Romeo mendesah panjang, dia memakai helm, sama sekali tidak menghiraukan Ragil. "Kalau lo nyuruh gue beli rokok baru gue lakuin. Kalau beli buku, sana beli sendiri. Lagian tokonya pasti udah tutup."

Ragil mengerjap, sedikit malu karena Romeo tahu kebiasaannya. "Aku nggak akan beli buku apalagi rokok." Dia memperhatikan wajah Romeo. "Jangan ngendarain motor kalau sakit."

I'M BROKENWhere stories live. Discover now