Side Story: Bertaut 2

2.2K 200 3
                                    

Side Story: Bertaut 2

Ketika Mama datang setelah dipanggil oleh kepala sekolah, dia melihat Romeo sedang duduk sambil menyindir seorang siswa yang duduk tidak jauh darinya. Ragil juga ada di sana, sedang berusaha menenangkan Romeo agar tidak terlalu emosi.

"Shut your freaking mouth!" Romeo bergumam, matanya melotot pada Andrew.

Mama menggeleng kecil, bagaimana bisa anak yang baru masuk SMP itu sudah tahu umpatan kasar semacam itu?

"Diam! Diam!" Bu Agnes menggebrak meja, wajahnya memerah karena emosi. "Berhenti bertengkar!"

Romeo langsung diam, meski masih kesal, kepalanya menunduk dalam-dalam ketika Bu Agnes memberitahunya beberapa hal, sikap dan bahasanya tidak sekasar seperti pada Andrew, mungkin karena dia berasal dari sekolah lain. Bibirnya yang dari tadi berkedut karena kesal perlahan mengendur saat Mama masuk ke dalam ruang.

"Kalian tunggu diluar." Mama bicara. "Anterin Ragil ke kelasnya. Kamu pasti tahu letaknya."

Meski tahu Mama sedang menyindirnya tetapi Romeo tidak peduli, dia merangkul Ragil dan pergi keluar ruangan BK.

"Jangan cemas. Paling-paling cuman dimarahin lagi." Romeo menenangkan Ragil yang gelisah.

Ragil mendengus, perasaan setiap kali mendapat masalah, Romeo selalu berkata seperti itu. "Harusnya kamu menahan emosi kamu! Kenapa malah berantem?"

Romeo memutar bola mata. "Anak kodok itu nindas kamu, bahkan berani ngedorong kamu sampai luka begini, mana bisa aku biarin dia hidup senang?!"

Ragil merengut. "Tapi kamu nggak akan dapat masalah kalau nggak ngebela aku."

"Nggak papa. Aku senang dapat masalah." Romeo tersenyum lebar, sesaat dia tertegun ketika matanya menangkap sosok cewek yang tadi menolongnya menjelaskan pada Bu Agnes.

Summer tiba di hadapan Ragil dan Romeo, dia menatap bergantian pada dua cowok yang wajahnya sama percis. "Kalian nggak papa?"

Ragil mengenali suara itu sebagai suara yang menolongnya. "Kamu ... yang bantu jelasin ke Bu Agnes tadi, ya?"

"Iya, orangnya memang ini." Romeo membantu menjelaskan.

Ragil langsung tersenyum. "Makasih sudah bantuin kami. Kalau kamu nggak bicara, Bu Agnes pasti bakal nyalahin Romeo."

Summer tersenyum hangat. "Itu sudah jadi tugasku. Andrew bakal jadi keenakan kalau nggak ditegur." Kemudian dia memberikan sebungkus plester pada Romeo.

Sontak saja Romeo tersenyum lebar, ternyata cewek ini perhatian juga pada orang asing sepertinya. "Makasih, loh ..."

"Kamu bantu Ragil balut luka di bawah dagunya." Summer mengimbuhkan. "Kalian jaga diri baik-baik." Matanya menyipit saat menatap Romeo. "Kamu yang dari sekolah lain, jangan keseringan datang ke sini."

Sontak saja senyum di wajah Romeo memudar, cewek kurus ini jangan-jangan suka sama Ragil sampai-sampai memberinya plester? Kemudian tatapannya tertuju pada Ragil, yahh meski saudara kembarnya itu tidak bisa melihat, namun wajahnya tetap terlihat ganteng.

Entah mengapa dia merasa kesal tanpa sebab.

Tiba-tiba Summer berbalik lagi, menatap Romeo dari atas hingga bawah kemudian tersenyum hangat. Pada Romeo. "Kamu keren tadi. Jarang-jarang ada yang bisa ngalahin Andrew."

Romeo tergagap, tidak siap menerima pujian tiba-tiba dari Summer. "Oh, hm ..."

Summer mengulurkan tangan. "Aku Summer."

Dengan ragu Romeo membalas uluran tangan Summer, tanpa bisa dicegah dia tersenyum. "Romeo."

Senyum Summer melebar, tatapannya begitu hangat membuat gelisah di hati Romeo perlahan menghilang. "Cepetan pindah ke sini! Kita bisa bareng-bareng ngasih pelajaran ke Andrew." Kemudian dia pergi, kali ini tidak kembali seperti tadi.

I'M BROKENWhere stories live. Discover now