Episode 2 : Happy sad

103 71 20
                                    

"Gue memang playboy, tapi tetap, hanya ada satu nama gadis di relung hati gue."

Marvel Glen Alaska

Tatapan Assa dan Marvel bertumbukan. Gadis itu tenggelam dalam balutan wajah Marvel.

Marvel mendekatkan wajahnya ke wajah Assa. Sontak gadis itu terkejut, tapi ia kalah langkah. Marvel sudah meraih helain rambut yang menghalangi jidatnya Assa. Gadis itu menghela napas. Ia sudah berpikiran negatif tadi.

"Gue suka sama lo," ujar Marvel berbisik tepat di telinga Assa.

Gadis itu menahan pergerakannya yang dikunci oleh lengan Marvel. Ia menatap Marvel dengan malu-malu kucing. Sedetik kemudian, eksperesinya berubah.

"Kakak emang ganteng, tapi aku belum suka sama kakak, " sahut Assa dengan jujur membuat pupil mata Marvel membesar, karena tidak menyangka dengan jawaban Assa.

"Hmm makasih yah kak. Jaketnya aku bawa dulu," cengir Assa, lalu ia berjalan dengan cepat. Marvel hanya bisa terdiam di sudut kantin. Tiba-tiba Dilan sudah menepuk pundaknya.

"Kenapa. Ditolak? Makanya jangan sok kegantengan lo. Baru punya tubuh atletis aja lo kek gitu, apalagi kalau lo jadi pesomu. Gue pasti-in gak ada yang suka sama lo," celoteh Dilan tanpa henti, membuat Marvel mengantup mulut Dilan dengan menyorongkan tangannya ke bibir Dilan yang udah kepedesan makan sambal.

"Bacot Lan!"

Assa menghentakkan kakinya sepanjang koridor sekolah. Ia sungguh menyesal, kenapa tadi ia tidak menerima pernyataan cinta dari Marvel. Mengapa hatinya tidak dengan mudah mengatakan cinta dengan pria ganteng yang baru saja Assa kenal.

"Auh- ah gelap! Duh Assa bodoh! gue bodoh!" kata Assa menginggit ujung jaket yang terikat di pinggangnya.

"Kalau lapar ke kantin, bukannya makan kancing!" tegur Dilan yang melihat kelakuan aneh Assa yang sedang geregetan.

"Gue ngga lapar gue ------," Assa menjeda omongannya dan menatap Dilan dengan cemberut.

Pertama, Dilan adalah orang yang sudah mempermalukannya. Yang kedua, Dilan adalah orang yang paling membuatnya mau bunuh diri, kalau ketemu dengannya. Ketiga, Dilan sudah merusak suasana remajanya selama di sekolah.

"Hei. Assa tunggu gue. Gue kembaran lo. Anabelle huhuhu." ledek Dilan sambil menekuk kedua jemarinya, lalu mengayunkannya ke udara, seolah-olah menakuti Assa. Gadis-gadis yang keluar kelas menatap Dilan dengan heran.

****
Marvel tidak tinggal diam. Ia bukan orang yang gampang takhluk dengan keadaan. Marvel akan terus berusaha mendapatkan apa yang ia mau, termasuk memacari Assa. Jejaknya terhenti, saat bell tanda masuk pelajaran ketiga berbunyi. Marvel berjalan dengan gagah, tapi Dilan keburu menyeret kerah leher seragam Marvel.

Marvel pasrah diboyong sahabatnya itu untuk masuk ke kelas. Meski terlihat koplak. Dilan sangat memperhatikan pelajaran, hasilnya juga sangat baik. Juara ke 10. Pencapaian yang besar untuk seseorang yang bernama Dilan.

"Lan! Bantuin gue!"

"Gak. " Dilan bergidik.

"Ngapain gue bantu playboy kaya lo! Bisa mati gue digorok ema gue!" Marvel frustasi, lalu ia mengacak rambutnya.

"Gue bukan playboy! meski gue nembak ketiga cewek itu! gue tetap cuma punya satu nama di hati gue," elak Marvel.

Dilan mengusutkan wajahnya membuat Marvel ingin mengacak rambutnya.

****

"Hai," sapa Marvel dengan sok kenal, lalu menghampiri Assa yang sedang berada di kantin yang bikin ia keselek minum, sampai terbatuk-batuk. Marvel berpaling sebentar, lalu ia kembali menatap Assa dengan wajahnya yang datar.

KALOPSIA [ Selesai ] √Where stories live. Discover now