Episode 18 : Teror & Penguntit

15 17 0
                                    

Malam, tepat jam 00.00 Assa terbangun dari kasurnya. Ada suara ketokan di jendela kamarnya. "Apaan sih," rengek Assa menatap ke gorden jendela kamarnya yang berterbangan ditiup angin. Ia kembali memejamkan mata, namun netranya malah menangkap tulisan merah di kaca jendelanya.

Assa segera bangkit dari kasurnya. Ia berjalan menuju ke jendelannya. Tulisan itu berwarna merah dan bunyinya adalah.

"Pengkhianat."

Assa menutup kembali dengan rapat gorden jendelanya dan buru-buru meloncat ke tempat tidur. Keringat dingin mulai mengucuri tubuhnya, ia mendekap lututnya sambil mengigit bibir bawahnya. Gadis itu ketakutan setengah mati.

Siapa yang berani menerornya. Sudah puas rasanya dihina, sekarang Assa harus diteror dengan seseorang yang sama sekali tidak ia ketahui siapa. Gadis itu beranggapan, jika orang yang membeberkan masa lalunya dan menerornya adalah orang yang sama. Assa mulai berpikir. Siapa lagi orang yang mengetahui masa lalunya, selain Marvel

Marvel juga pernah mengancamnya dengan masa lalunya, membuat Assa harus menjadi budaknya setiap hari kala itu.

"Orang yang mengetahui masa lalu, kemungkinan besar adalah orang yang berada di masa lalunya."

Lalu siapa Marvel?

****

Dilan memasuki kelas dengan terburu-buru. Ia mencari sosok Assa yang ternyata sedang piket berduan dengan Cris. Mereka sesekali bercengkrama dan tertawa riang, meski Assa masih teringat tentang teror yang ia dapatkan tadi malam. Dilan menyelonong masuk ke kelas dengan sepatu bot yang lecek.

"Woi. Dilan. Kenapa ke sekolah pakai sepatu bot? Kotor lagi," cetus Assa menoleh ke arah Dilan dengan wajah gugup. Dilan membenarkan celananya yang melorot.

"Sorry. Gue kurusan sejak Marvel gak ada. Gue sering ngelamunin dia. Akh. Gue bisa jadi gay kalau mikirin tuh anak," celoteh Dilan terkekeh. Hampir saja pel di tangan Assa ia tancapkan di wajah penuh dosa milik Dilan.

"Sa. Penting. Lo ikut gue sekarang ya," Dilan menarik lengan Assa begitu saja tanpa izin. Cris tidak terlalu memperhatikan mereka. Ia terlihat cuek dengan keadaan sekitarnya.

"Penting apa sih? Gue tahu lo cuman mau bilang ke gue, kalau lo udah tahu duluan mana ayam dari telur. Ya kan," keluh Assa menjauh, namun Dilan malah membawanya berlari dan menghentikannya di koridor sepi.

"Ngapain lo bawa gue kesini. Gue gak mau lagi sampai ada yang foto-fotoin kita gak jelas," ujar Assa menjauh, tapi Dilan malah menyandung kaki Assa, membuat gadis itu jatuh dalam pelukannya. "Maaf Sa. Lo juga sih nakal!" Dilan menggaruk punggung kepala. Gugup juga berhadapan dengan Assa.

"Bisa gak sih jangan deketin gue sehari aja. Pliz."

"Gak. Gue bakal selalu nempelin lo, teserah lo mau bilang gue benalu atau apa. Udah gak peduli," cengir Dilan.

"Sa. Lo gak curiga sama Cris. Dia itu nguntitin lo? Nih lo liat." Dilan mengambil ponsel di saku celananya dan menunjukkan Assa sebuah foto dirinya di dalam bus bersama Cris. Ia terlihat tertidur di depan bahu Cris diatas dadanya. Netra Assa melotot. Ia mencoba mengingat kembali kejadian kemarin, mungkin, ia tidak sengaja ketiduran sebentar.

"Darimana lo dapat foto ini. Elo yang penguntit atau dia penguntit?" tanya Assa menatap Dilan yang kaget.

"Dialah. Masa gue. Gue kan. Iya, iya gue ngaku, gue nyusul lo juga naik bus, karena gue ngeliat Cris ngikutin lo. Gue kira Cris mau macam-macamin lo. Lo perlu hati-hati sama dia, gak tau asal usul tuh anak. Siapa tahu anak mak lampir. " Mulut Dilan cuap-cuap kaya ikan cupang membuat Assa tak tahan, lalu meremasnya.

KALOPSIA [ Selesai ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang