Chapter 11 - River of Blood [피의 강]

319 95 11
                                    

Di saat kau kesulitan hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah bertahan, karena seberat apapun itu pasti akan berlalu walau tak mudah. Aku berpikir aku hidup hanya untuk hari ini, karena bahkan detik ini akan menjadi masa lalu sebentar lagi.

Perasaanku tak jelas, aku merasa kehilangan dan bersalah, jika aku pikirkan aku selalu merasa tak ikhlas, tapi walau bagaimanapun jika sudah garis tangan dan takdir membawaku di sini dan Miran memang ditakdirkan berakhir di sini dengan cara seperti itu, aku bisa apa?

"Eomma!"

"Eomma!"

Suara teriakan Jiwoo dari luar membuat aku, Jimin, dan kedua orang tuanya kaget bukan main, pasalnya nada teriakan Jiwoo terdengar tergesa-gesa dan ketakutan, ada apa lagi ini?

Tak berselang lama Jiwoo sudah nampak di hadapan kami, matanya berkaca-kaca dengan tubuh yang gemetar. Kami langsung menghampirinya.

"Kenapa? Ada apa Jiwoo?" Ibu Jimin panik, kami juga begitu.

Jantungku berdebar jujur saja, aku tahu pasti ini bukan hal yang bagus.

"Eomma, desa ini benar-benar dikutuk Eomma, aku takut!" Jantungku semakin berdebar mendengar perkataan Jiwoo yang gemetar, ya Tuhan ada apa lagi ini?

"Apa maksudmu? Kau kenapa huh?" Ibu Jimin semakin panik melihat Jiwoo bertingkah seperti itu.

Jiwoo menunjuk ke arah luar, "air sungai---" ucap Jiwoo tertahan.

"Air sungai kenapa?!" Ibu Jimin sudah tak sabar, Jiwoo membuat kami ketakutan.

"Penuh darah, airnya berubah menjadi darah Eomma!" Tangisan Jiwoo pecah, seakan ia sangat ketakutan.

Sontak aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku, aku benar-benar kaget mendengar perkataan Jiwoo.

"Dan Soo Ah meninggal disana!" Sambung Jiwoo dengan suara gemetar dan takut disela-sela tangisnya.

Detak jantungku sudah tak bisa dijelaskan selaju apa ia berdetak, bahkan rasanya aku siap pingsan.

Tanpa berkata apa-apa Ayah Jimin langsung berlari keluar, disusul Jimin. Ibu Jimin membawa Jiwoo masuk, dan aku memilih untuk ikut bersama Jimin dan Ayahnya.

Kami berjalan cepat menuju sungai, Jimin menggandeng tanganku.

Baru dua hari yang lalu kejadian menyeramkan itu terjadi, dan sekarang sudah ada lagi. Ada apa sebenarnya dengan desa ini?!

Orang-orang sudah ramai berkumpul di sekitar sungai, suasanya sama seperti tempo hari, mencekam.

Ternyata benar yang dikatakan Jiwoo, seseorang memang meninggal di sungai itu, sungai sudah seperti lautan darah, aku benar-benar gemetar dan ketakutan.

"Apa yang kalian lihat?!" Suara teriakan Ayah Jimin terdengar, ia marah.

"Kenapa kalian membiarkannya mengapung seperti bangkai ikan disana?!" Lagi, ia benar-benar terdengar sangat marah, sedangkan orang-orang tak ada yang berani berkutik.

Tanpa peduli dan tak ada rasa takut Ayah Jimin langsung turun ke dalam sungai, tanpa sadar ia membuatku menitikkan air mata.

Tiba-tiba Jimin melepaskan genggamannya dariku, tapi aku langsung menahannya, aku tahu apa yang akan ia lakukan, sudah pasti ikut turun, sifat Jimin sama seperti Ayahnya.

"Jim..."

Jimin hanya melayangkan senyum padaku dan menurunkan perlahan genggamanku membuatku tak bisa melakukan apa-apa.

Ayah Jimin sudah lebih dulu memasukkan diri ke dalam cairan kental berwarna merah itu, disusul Jimin yang baru saja ikut turun.

Mereka menaikkan tubuh gadis malang yang sudah tak bernyawa itu, aku tak kuasa menahan isak tangisku.

Meet You [Park Jimin]Onde histórias criam vida. Descubra agora