Chapter 6 - Market [시장]

333 107 9
                                    

"Eonnie..."

"Eonnie..."

"EONNIE!"

"Eo-eoh?" Lamunanku buyar mendengar teriakan Jiwoo yang memekikkan namaku, dari tadi aku melamun dengan pikiran yang tak tentu.

"Ada apa kau melamun Eonnie?" Tanyanya, ia ikut duduk di sebelahku yang tengah duduk di teras rumah mereka yang tinggi dan tak menyatu dengan tanah kecuali tiang ini, "itu, Jimin Oppa sudah siap." Sambungnya sambil menunjuk Jimin yang sedang mendorong sepeda dari halaman belakang sampai ke halaman depan.

"Hyerin-ssi, ayo..." panggil Jimin, aku mengangguk lalu turun dari teras dengan sedikit melompat ke bawah.

"Jiwoo-ya, kami pergi dulu, jangan kemana-mana, di rumah saja ya?" Ucap Jimin pada adiknya itu, "iya." Jawab Jiwoo. Aku melambaikan tanganku pada Jiwoo, begitu juga dengannya yang membalas lambaianku.

"Langsung naik?" Tanyaku pada Jimin yang sudah naik ke sepeda lebih dulu, ia mengangguk.

Aku juga ikut mengangguk dengan bibir yang sedikit tertaut ke atas, pelan-pelan aku naik ke sepeda dan duduk menyamping, sambil berpegangan di kedua belah sisi baju Jimin di bagian pinggangnya.

"Sudah?" Tanyanya yang sudah siap mengayuh sepeda, aku mengangguk walau ia tak melihat, "sudah," jawabku.

"Pegangan yang erat ya," ucapnya sekali lagi lalu sepeda mulai berjalan, sempat terbelok ke kanan dan ke kiri sebelum Jimin menjalankan sepedanya dengan seimbang, aku juga sedikit was-was, ngeri jaga-jaga terjatuh.

"Hati-hati!" Pekik Jiwoo sambil melambaikan tangan, aku tak bisa membalas lambaian tangannya, terlalu takut untuk melepaskan peganganku dari baju Jimin, jadi aku hanya berteriak, "daaa... Jiwoo-ya!" Pekikku.

"Jangan lupa Bungeoppang-nya!" Pekiknya lagi membuat Jimin berdecih.

"Dasar anak itu." Ucapnya sambil terkekeh bersamaan dengan gelengan kepala, aku juga ikut terkekeh.

Sepeda?

Pasar?

Jual katak?

Beli pakaian?

Aku terlalu bingung dan tak cukup paham dengan yang terjadi dan yang ada di desa ini, bagaimana mungkin desa yang tampak normal-normal saja ini adalah desa kutukan yang tak punya jalan keluar?

Atau mungkin warga-warga di desa ini hanya menipuku agar aku tetap tinggal di sini?

Tapi untuk apa?

Tidak ada gunanya bukan jika mereka membohongiku?

Sore ini Jimin mengajakku ke pasar yang jaraknya cukup jauh menggunakan sepeda untuk menjual katak, lalu membeli pakaian untukku.

Aneh bukan?

Bagaimana aku bisa percaya sepenuhnya kalau desa ini adalah desa kutukan jika semuanya sama seperti yang ada di desa-desa di Korea Selatan.

Makanan, kebiasaan mereka, dan segala hal yang ada di desa ini sama saja seperti desa biasa, jadi tidak mungkin tidak ada jalan keluar dari sini, haruskah aku mencobanya?

Meet You [Park Jimin]Where stories live. Discover now