Chapter 23 - When Will It End [언제 끝날까요]

261 44 9
                                    

Langit kembali berganti gelap, dimana hati mulai kembali merana. Angin malam yang meniup setiap helai rambutku semakin membuat perasaan merasa aneh. Sepi, sunyi, dan hanya ada cahaya dari api obor yang remang-remang benar-benar membawaku ke perasaan dimana aku merasa sangat jauh dari rumah, suasana ini sulit dijelaskan dengan kata, mungkin sebagian dari kalian pernah merasakannya.

Kejadian sore tadi benar-benar melekat di otakku, walau sudah dengan susah payah aku berusaha menepisnya tapi setiap potongan hal dan kata yang Jimin ucapkan masih terus berputar bagaikan penggalan film yang diputar berulang-ulang di memoriku.

Aku memeluk diriku sendiri yang merasa kedinginan sambil memandangi langit malam yang polos tanpa teman-temannya yang biasanya selalu menemaninya, bintang dan bulan.

"Eomma, Appa, aku baik-baik saja disini, kuharap kalian juga baik-baik disana dan jangan menangisiku terus." Batinku.

Cukup lama aku bergulat dengan pikiranku, melamun sambil memeluk diri tiba-tiba suara seseorang membuyarkan lamunanku.

"Hyerin-ssi..." suara itu tak asing di telingaku, refleks aku langsung menoleh ke arah sebelah kanan, tepat dimana sosok itu berdiri menunggu jawabanku.

Aku langsung berdiri dari dudukku, entah kenapa jantungku langsung berdebar hanya dengan melihat wajahnya, bahkan sebelum ia mengucapkan sepatah katapun.

"Ae-Aeri-ssi?" Gagapku menyebutkan namanya, ada apa wanita ini menyusulku kesini?

Ya Tuhan, aku sudah bosan berhadapan dengan masalah.

"Ad-ada ap----"

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku tapi ia sudah lebih dulu memotong sesuka hatinya dengan nada dingin dan tak sukanya.

Ia langsung berbalik arah lalu berjalan lebih dulu, aku tahu ia memintaku untuk mengikutinya karena ini bukan yang pertama kalinya terjadi, aku ingat saat di tepi sawah sore itu disaat ia berkata ingin membicarakan sesuatu denganku.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengikutinya.

Disaat sudah cukup jauh berjalan, Aeri berhenti dan langsung berbalik arah dan menatapku dengan tatapan nyalangnya, kedua manik mata itu menampakkan amarah yang begitu besar.

Aku takut, jujur saja, karena aku telah melakukan kesalahan.

Tiba-tiba Aeri mendekat perlahan dengan tatapan penuh kebencian, sontak membuatku langsung ikut mundur perlahan-lahan.

"Ae-Aeri-ssi... apa yang akan kau lakukan?" Ucapku gagap dan bergetar, raut wajahnya benar-benar menakutkan.

Aku berhenti mundur, mencoba untuk bersikap santai dan menguasai keadaan tapi yang ada malah Aeri langsung menamparku.

Telapak tangannya yang dengan ganasnya menampar pipi kiriku membuatku langsung tertunduk ke samping, disaat itu rasa perih dan pusing langsung menghantam diriku.

Tanpa sadar mataku mengeluarkan air mata.

"Apa pembicaraan kita sore itu masih belum cukup untuk membuatmu mengerti?!" Bentaknya kasar bahkan disaat aku belum sempat menaikkan kepalaku yang masih tertunduk oleh perbuatan kasarnya.

Sialnya aku tak bisa melakukan apa-apa, bahkan untuk sekedar menjawab ucapannya atau membalas perbuatan kasarnya ini.

Dengan menahan tangis aku perlahan-lahan menaikkan kepalaku yang terasa berat

Meet You [Park Jimin]Where stories live. Discover now