Chapter 3 - Good Night [잘 자]

449 148 12
                                    

Aku mengerjapkan kedua mataku berkali-kali, berusaha membukanya saat mendengar suara kokokan ayam yang tak pernah kudengar di pagi-pagi biasanya.

Aku berusaha memulihkan pandanganku yang masih buram dengan sedikit mengusapnya. Dan pemandangan yang aku lihat pertama kali adalah atap yang terbuat dari daun kelapa yang sudah berwarna cokelat tua lengkap dengan sarang laba-laba yang berjuntaian di atas sana.

Aku langsung duduk dari baringku saat teringat akan sesuatu.

Aku memperhatikan sekitar lalu terfokus pada diriku sendiri. Aku panik seketika saat menyadari kalau pakaian yang aku pakai sudah berganti. Jantungku langsung berdetak dua kali lebih cepat, berdebar sampai membuatku gemetar karena menerka-nerka ke hal yang tidak-tidak.

Apa yang aku alami saat ini bukan mimpi, ini nyata.

Di tengah panik dan rasa bingung tiba-tiba aku kembali teringat dengan apa yang terjadi kemarin dan tadi malam, kejadian yang membawaku bisa sampai ada di rumah ini.

Flashback On

Pria bernama Park Jimin ini membantuku untuk berjalan dengan merangkulkan tanganku ke pundaknya, padahal sebelumnya aku masih bisa berjalan sendiri tapi sekarang luka di kakiku terasa makin perih, mungkin karena terkena air lalu jadi basah makanya rasanya makin sakit.

"Kenapa kau mau membantuku?" Tanyaku penasaran, karena aku tak habis pikir, kenapa ia mau repot-repot membantuku yang bahkan ia tidak tahu dari mana aku berasal.

"Karena aku merasa harus," jawabnya sambil tersenyum kecil, aku dapat melihat senyumnya dari jarak sedekat ini. Seketika aku juga langsung tersenyum, jawabannya cukup membuatku berdebar.

"Apakah kau juga sama sepertiku?"

"Sama dalam artian apa?"

"Sama-sama tersesat dan terjebak di desa ini."

"Tidak, aku berasal asli dari desa ini, aku lahir dan besar dari sini."

"Aku penasaran, jika memang kalian tidak bisa dan tidak pernah keluar dari desa ini, apakah kalian tahu bahwa ada kehidupan di luar sana selain di desa ini?"

"Awalnya tidak, tapi sekarang tahu."

"Bagaimana bisa?"

"Nanti saja aku jelaskan saat sudah sampai di rumah."

Aku mengangguk, aku benar-benar banyak tanya, bagaimana tidak, aku penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang desa misterius ini agar aku bisa paham dan percaya.

Setelah bertanya dengan pertanyaan yang bertubi tadi, tidak ada lagi percakapan, hanya fokus berjalan dengan penerangan senter menuju rumahnya. Mungkin hampir sekitar sepuluh menit berjalan dari sungai tadi, akhirnya kami sampai di sebuah rumah berbahan kayu yang ukurannya tak cukup besar dengan atap yang terbuat dari daun kelapa.

Aku tidak pernah mengira jika ada tempat semacam ini di negeri ini, bagaimana mungkin tidak ada aliran listrik di jaman modern seperti saat ini, bahkan desa-desa pelosok di Korea sekalipun sudah ada listrik.

Melihat keadaan desa ini aku jadi yakin kalau yang dikatakan Jimin itu benar, awalnya aku memang tak percaya dan sulit ditangkap oleh akal sehatku, tapi sekarang perlahan-lahan aku jadi percaya walau belum sepenuhnya.

Meet You [Park Jimin]Where stories live. Discover now