Chapter 25 - Impression [인상]

250 46 7
                                    

Setelah memberitahu Ibu dan Ayah Jungkook bahwa kami ingin menikah, mereka langsung membangun sebuah rumah baru untuk aku dan Jungkook tempati nanti setelah menikah.

Disini membuat rumah sangatlah mudah dan murah, yang dimana semua materialnya terbuat dari kayu dan bisa didapatkan secara gratis dari hutan, dan hanya sedikit upah untuk orang-orang yang bertukang.

Kami memutuskan untuk tidak menyebarkan terlebih dahulu berita ini pada orang-orang desa, mungkin setelah rumah kami selesai, barulah pernikahan ini akan diumumkan dan dilaksanakan.

Sore ini aku berniat untuk main ke rumah orang tua Jimin karena aku sudah lama tidak berkunjung kesana, aku juga sangat rindu pada mereka, terutama pada Jiwoo.

Awalnya Jungkook melarangku, ia khawatir jika saat aku berkunjung kesana dan akan bertemu dengan Jimin dan Aeri, apalagi dalam kondisi aku sedang hamil muda seperti ini, rasa mual terkadang datang secara tiba-tiba yang membuat Jungkook semakin khawatir orang-orang akan curiga padaku.

Tapi, setelah aku membujuknya dan berkata bahwa aku akan baik-baik saja dan bisa menjaga diriku akhirnya ia pun mengizinkanku walau setengah tak ikhlas.

Dan sampailah dimana aku akan pergi ke rumah orang tua Jimin sambil membawa beberapa cemilan yang aku masak tadi.

Aku baru saja turun dari teras dan memakai sandal jepitku lalu berjalan gontai menuju rumah orang tua Jimin, angin sepoi-sepoi terasa sangat menenangkan meniup sendu setiap helai rambutku.

Sepanjang jalan aku tidak berhenti bernyanyi, tiba-tiba saja teringat suasana konser di Seoul, aku bukan seseorang yang mengidolakan idol-idol, hanya saja aku seorang penikmat dan pecinta berat musik, dan menonton konser termasuk ke dalam salah satu list hobiku, hanya sekedar iseng dan ingin saja, bukan yang terlalu terobsesi pada pria-pria bak manequin hidup yang menari dan bernyanyi di atas panggung seperti gadis-gadis Korea pada umumnya.

Rasanya sedikit sedih disaat sadar bahwa aku tidak akan bisa lagi merasakan konser yang aku tonton disaat aku bosan di rumah, atau sekedar bersantai sambil mengerjakan tugas-tugas kuliah sendirian di cafe lagi pun hanya menjadi angan-anganku saja yang dimana dulu adalah aktifitas favoritku.

Dan yang paling menyesakkan buatku adalah disaat aku menyadari bahwa aku tidak akan pernah bermain volly lagi, yang dimana hobi yang telah lahir dalam jiwaku sejak aku duduk di kelas tiga sekolah dasar, rasanya aku ingin menangis setiap kali mengingatnya.

Setelah hampir sepuluh menit berjalan kaki akhirnya aku sampai di sebuah rumah yang pertama kalinya menjadi tempatku berlindung di desa ini.

Hatiku tersenyum getir saat melihat setiap detail rumah ini, tempat dimana aku menghabiskan hari-hariku sebelum pindah ke rumah Jungkook, walaupun belum begitu lama pernah tinggal disini tapi rumah ini benar-benar meninggalkan pesan mendalam di hatiku yang tidak akan pernah terlupakan oleh hati kecilku.

Setelah cukup lama berdiam di halaman sambil memandangi rumah orang tua Jimin, aku melanjutkan langkahku untuk naik ke teras rumah mereka lalu mengetuknya.

"Eommonie..."

"Abbeoji..."

"Jiwoo-ya..."

"Ini aku, Hyerin..."

Tak berselang lama terdengar suara lantai papan yang menandakan ada orang yang berjalan, untunglah kalau mereka ada di rumah.

Dan tak lama pintu terbuka, menampakan sesosok laki-laki dengan senyum terbaiknya.

"Eo... Hyerin-a, ayo masuk, Eommonie-mu sedang memasak di dapur," ucap Ayah Jimin, aku mengangguk, "iya, Abbeoji..." jawabku lalu masuk ke dalam dan langsung pergi ke dapur untuk menyusul Ibu Jimin.

Meet You [Park Jimin]Where stories live. Discover now