De diecisiete

604 123 4
                                    

Lisa mengeser pintu ruang rawat Rosé yang beberapa menit lalu diberitahu oleh Jennie melalui pesan kakotalk

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Lisa mengeser pintu ruang rawat Rosé yang beberapa menit lalu diberitahu oleh Jennie melalui pesan kakotalk. Gadis itu memandang ke sekitar memastikan bahwa tak ada sosok Jisoo di sana. Seorang wanita tua yang sepertinya tengah menunggui anaknya itu pun memandang aneh pada Lisa yang hanya di balas senyum canggung oleh Lisa. Setelah memastikan tak ada sosok Jisoo, Lisa pun memasuki ruangan yang berisi enam kasur yang disekat oleh kain itu dan menuju kasur paling pojok dimana di sana terbaring sosok Rosé yang saat ini sudah tak sepucat kemarin.

Ia memandang sendu kearah Rosé yang masih betah terpejam, kata Jennie dari semalam Rosé belum juga membuka matanya. Ia pun memutuskan mendudukan bokongnya di kursi plastik yang memang telah di sediakan di sana. Tangannya pun terulur guna mengengam tangan Rosé yang tidak di tusuk oleh jarum infus. Mengusap-usap tangan itu dengan lantunan doa yang terus ia ucapkan dalam hati. Berharap dapat kembali bertemu dengan mata caramel yang selalu memandangnya dengan teduh itu.

"Kau di sini?"

Lisa menoleh, menemukan sosok Jisoo yang tengah membawa piring yang berisi apel yang telah di kupas. Lisa langsung bangkit berdiri hendak pergi meninggalkan ruang rawat Rosé namun Jisoo dengan segera menghalangi jalannya membuatnya mematung di tempat enggan menatap sang kakak.

"Duduklah" pinta Jisoo lembut yang bagaikan sihir bagi tubuh Lisa karena gadis itu langsung kembali duduk di tempatnya meski masih enggan menatap sang kakak.

Jisoo menghela napas, berjalan kesisi lain dan menaruh piring tersebut di atas nakas. Ia pun menyodorkan satu potong apel pada Lisa yang kini sudah total menjatuhkan atensi pada dirinya, "Mau apel?. Kau pasti belum sarapankan?"

Lisa mengambil apel itu dan mengigitnya kecil membuat sebuah senyum terulas di bibir Jisoo. Jisoo pun kembali melangkah keluar dari ruang rawat Rosé dan saat itulah Lisa langsung memasukan seluruh potongan apel dari gengangammnya. Jujur saja semalaman ia sama sekali belum memasukan apapun ke dalam perutnya, ia bahkan belum berganti baju apalagi mandi. Syukur-syukur saja badannya masih wangi sehingga tak akan menganggu orang lain di ruangan itu. Kan bisa repot kalau bau badannya sampai membunuh salah satu pasien di ruang rawat itu, Lisa sama sekali tak ingin menghabiskan masa mudanya di dalam penjara atas tuduhan pembunuhan.

Jisoo kembali dengan sebuah salep di tangannya, gadis itu melangkah mendekati Lisa dan mensejajarkan tingginya dengan Lisa dan tanpa izin ia membuka kancing kemeja teratas Lisa hingga menyebabkan gadis itu memekik terkejut, "Yak! Yak! Eonnie mau apa ini tempat umum tahu"

Jisoo terkekeh, menjitak pelan dahi Lisa, "Kau pikir aku ingin melakukan tindakan senonoh padamu?. Hih, mana mau aku melakukan hal seperti itu. Aku hanya ingin mengobati lebam di bahumu" ucap Jisoo sambil melanjutkan membuka empat kancing teratas kemeja Lisa dan menyikapnya sedikit hingga terlihatlah lebam biru yang lumayan besar di bahu adiknya itu.

"Eonnie, tahu darimana?" Tanya Lisa

"Jennie yang bilang padaku semalam, auh, lihatlah parah sekali lebammu itu. Kau seharusnya menunggu Jennie dengan bapak satpam, mengapa main mendoberak pintu sih?. Meskipun kau kuat bela diri bukan berarti kau bisa menghancurkan pintu" ucap Jisoo sambil mengolesi salep pada lebam Lisa yang menyebabkan adiknya itu meringis.

MI CASAМесто, где живут истории. Откройте их для себя