Treinta y tres

387 67 8
                                    

"Eonnie, itu lagu yang selalu ibu nyanyikan bukan?" tanya Lisa antusias

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Eonnie, itu lagu yang selalu ibu nyanyikan bukan?" tanya Lisa antusias.

Jisoo menganggukan kepalanya, memindahkan nasi goreng kimchinya ke atas piring lantas berjalan mendekati kedua adiknya dan memberikan sarapan mereka, "Iya benar," ucap Jisoo

"Aku rindu ibu," lirih Rosé pelan, "Aku jarang sekali bisa menelepon ibu, biasanya yang selalu mengangkat antara suster Taeyeon atau suster Yuri"

Jisoo mengusak lembut rambut Rosé, "Ibu pasti sangat sibuk mengurus panti hingga tak bisa menerima telepon darimu Rosé-ya. Sudah jangan bersedih, cepat habiskan sarapanmu dan berangkat ke Sekolah yah" ucap Jisoo

Rosé menganggukan kepalanya lesu sebelum mulai menyendokkan nasi goreng kimchi ke dalam mulutnya. Jisoo yang melihat itu pun hendak duduk namun urung kala mendengar handphonenya yang berbunyi. Dengan segera Jisoo pun melihat handphonenya dan terpampanglah nama "Suster Taeyeon" di sana. Tanpa menunggu lama, Jisoo dengan segera mengangkat telepon itu.

"Hallo suster Taeyeon ada apa?" tanyanya, Jisoo sedikit mengernyit kala mendengar suara isak tangis samar di ujung telepon. Jantungnya tiba-tiba saja berdentum tak nyaman dalam hati berdoa agar ia tak mendapatkan kabar buruk apapun.

"Jisoo-ya, bisakah kau kembali ke Busan sekarang?" suara suster Taeyeon terdengar serak seolah-olah tengah menahan mati-matian air mata yang hendak tumpah

"Ke Busan? Ada apa memangnya Suster Taeyeon?"

Mendengar kata Busan kontan membuat Lisa dan Rosé menghentikan kegiatan makan mereka dan memfokuskan atensi pada sosok Jisoo yang nampak serius. Keduanya saling tatap, seolah sama-sama menyadari bahwa ada yang salah di sini. Bahkan perasaan tak nyaman mulai hinggap di hati keduanya.

"Sebelumnya aku minta maaf karena tak memberi tahumu perihal ini, namun baik aku maupun Yuri tak dapat menolak permintaan dari Yoona," Ada jeda panjang yang terjadi di sana, Jisoo sendiri sabar menanti penjelasan dari Taeyeon di ujung telepon, "Sebenarnya, sebulan sebelum kalian keluar dari panti, Yoona di vonis mengidap kangker payudara stadium 3. Akhir-akhir ini kondisi kesehatannya semakin memburuk dan dokter mengatakan untuk mempersiapkan kondisi terburuk. Jadi, mungkin sebelum Yoona benar-benar pergi kau bisa mengajak adik-adikmu untuk menemuinya terakhir kali"

Setetes liquid bening langsung mengalir tanpa permisi menuruni pipi Jisoo. Ia merasa seolah tersambar petir di pagi buta. Di benaknya tak pernah terbersit skenario bahwa sosok wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu dan memberikannya kasih sayang secara percuma di kala orang tua kandungnya sendiri membuangnya itu akan terkena penyakit mengerikan seperti kangker, terlebih lagi waktu sang ibu mungkin tak akan banyak lagi di dunia ini.

Jisoo bahkan tak mampu menopang berat tubuhnya lagi dan membuat dirinya jatuh bersimpuh bertemu dengan dinginnya lantai. Lisa dan Rosé yang melihatnya seperti itu kompak meneriakkan namanya. Lisa bahkan sudah bangkit berdiri dan duduk di sebelahnya, namun telinganya berdenging nyaring hingga suara Lisa tak dapat tertangkap indra pendengarannya.

"Aku akan memberikan alamat rumah sakitnya, cepatlah kemari. Yoona sangat merindukan anak-anak terkasihnya" Hanya itu yang dapat Jisoo dengar sebelum Taeyeon menutup secara sepihak teleponnya.

"Eonnie kenapa? Kenapa menangis?" kini sayup-sayup Jisoo dapat mendengar suara Lisa.

Gadis itu menatap seraut wajah khawatir milik Lisa, tanpa permisi ia memeluk erat tubuh sang adik, "Kita harus ke Busan sekarang," ucapnya parau, "Mungkin ini terakhir kali kita dapat bertemu dengan ibu" lanjutnya yang membuat tubuh Lisa menegang seketika.

Lorong rumah sakit yang sepi itu kini terdengar ramai dengan langkah kaki memburu. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan dari Seoul ke Busan menggunakan kereta serta tiga puluh menit menggunakan taksi, akhirnya Jisoo dan kedua adiknya telah sampai ke alamat rumah sakit yang dikirimkan oleh suster Taeyeon. Jejak air mata masih nampak terlihat jelas di wajah tiga gadis cantik itu.

Hingga akhirnya Jisoo membuka pintu ruang rawat Yoona guna melihat keadaan sang ibu namun semua sudah terlambat, di hadapannya nampak seorang dokter yang tengah menutup tubuh sang ibu dengan kain putih sebelum membungkukan tubuhnya dan pergi dari sana. Suara tangisan terdengar nyaring memenuhi ruangan itu. Lagi, Jisoo tak dapat menahan berat badannya sendiri dan terduduk lemas di lantai. Ia terlambat. Ia tak sempat mengatakan selamat tinggal pada sang ibu dan betapa ia sangat menyayangi dan berterima kasih kepada wanita itu.

"TIDAK-TIDAK! KENAPA KAU MENUTUP IBU DENGAN KAIN? IBU TAK AKAN BISA BERNAPAS HIKS IBUKU MASIH HIDUP. IBU HIKS, IBU!" Lisa berteriak histeris, ia berjalan cepat ke arah sang ibu dan berusaha membuka kain putih yang menutupi sang ibu namun pergerakannya berhasil di tahan oleh Yuri yang sudah berlinang dengan air mata.

"Lisa-ya, maaf, maaf. Ikhlaskan ibu, ia sudah tak kesakitan lagi sekarang. Ia sudah bahagia di sisi Tuhan"

"Tidak, ibu masih hidup hiks. Ibu, ibu lihat anak nakalmu sudah di sini. Ayo bangun dan tegur aku lagi bu. Aku sudah membuat Jisoo eonnie kerepotan karena ulahku, ibu tak mau menegurku, hm? Ibu ayo bangun" racau Lisa

Rosé sendiri hanya mampu menangis di kursi rodanya. Untuk kedua kalinya, Rosé harus merasakan perihnya ditinggal untuk selama-lamanya oleh orang yang paling ia kasihi. Hati Rosé rasanya remuk seremuk-remuknya. Kini bukan hanya rindu akan sosok orang tuanya yang harus ia tahan namun juga rindu akan sosok ibu Yoona yang sudah mau berbaik hati membawanya pada rumahnya. Jika kala itu ia tak bertemu dengan Yoona, mungkin, mungkin saja sudah sejak lama Rosé menyusul kedua orang tuanya pergi dari dunia ini.

"Ibu, kenapa, kenapa kau harus pergi secepat ini?" lirihnya pelan.

Di antara semua kemalangan yang telah terjadi di antara tiga bersaudari tak sedarah ini. Kehilangan sang ibu merupakan kemalangan yang paling menyakitkan. Karena kini, mereka tahu tak akan ada lagi sosok yang menyambut mereka dengan sebuah senyuman sehangat mentari, tak ada lagi yang menasihati mereka dengan tutur lembut menyejukan, tak ada lagi sosok yang akan mendengarkan semua cerita mereka tanpa menghakimi, tak ada lagi sosok ibu sebaik Yoona dalam hidup mereka.

Rosé mendorong pelan kursi rodanya, mendekati sosok sang ibu yang sudah terbaring kaku di atas ranjang pesakitannya. Rosé tak pernah tahu sesakit apa sang ibu menahan proses pengobatannya, namun kini ibunya sudah pasti tak akan merasa sakit lagi. Lagipula Rosé pernah dengar bahwa orang-orang baik akan selalu pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu karena Tuhan begitu merindukan mereka untuk berada di sisi-Nya dan ibunya adalah orang yang benar-benar baik

"Ibu, terima kasih banyak atas semuanya. Rosé, Lisa, Jisoo eonnie dan Jennie eonnie sangat menyayangimu" ucapnya tulus, berusaha bangkit dari kursi rodanya yang langsung di bantu oleh Taeyeon dan mengecup lembut kening sang ibu untuk yang terakhir kalinya.

 Rosé, Lisa, Jisoo eonnie dan Jennie eonnie sangat menyayangimu" ucapnya tulus, berusaha bangkit dari kursi rodanya yang langsung di bantu oleh Taeyeon dan mengecup lembut kening sang ibu untuk yang terakhir kalinya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Sorry for the short chapter. Anyway, gimana kabar kalian di penghujung bulan Februari ini? I hope you guys doing fine yah. Dont forget to vote and comment and see you di chapter selanjutnya♥
—kissandhug—

MI CASAМесто, где живут истории. Откройте их для себя