Seis

1.5K 253 49
                                    

Lisa, Jisoo, juga Jennie sama-sama memandang bingung ke arah Rosé yang dari sarapan bahkan sampai waktu makan siang terlihat begitu murung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lisa, Jisoo, juga Jennie sama-sama memandang bingung ke arah Rosé yang dari sarapan bahkan sampai waktu makan siang terlihat begitu murung. Ia bahkan menghindari ketiga temannya itu tanpa alasan yang jelas. Anak itu lebih memilih berdiam diri sambil mendekap erat-erat boneka pikachunya. Setiap kali ketiganya mencoba mendekati Rosé pasti anak itu langsung menghindar dan sekarang  Rosé tengah sibuk membantu Yoona membereskan dapur setelah acara makan siang usai.

Ketiganya kini sedang melaksanakan rapat dadakan di bawah pohon maple dengan Lisa yang asik bergelantungan di pohon, sementara Jennie dan Jisoo lebih memilih mendudukan bokongnya di bawah tanah. Tim waras, begitulah kata Jennie kala Lisa dengan semangatnya memanjat pohon yang langsung mendapatkan delikan tajam dari anak itu.

"Jadi, menurut kalian Rosé kenapa?" Jennie membuka sesi rapat penting mereka itu dengan raut wajah serius. Ia memandang wajah Jisoo juga Lisa secara bergantian.

"Sudah pasti," sahut Lisa sambil mengambil apel yang ia bawa dalam saku jaket hitamnya, mengigit buah berwarna merah itu sebelum menunjuk kearah Jennie, "Pasti ulah Jennie eonnie"

"Loh, kok aku?" Tanya Jennie tak terima sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Semalam kan Rosé-ya, minta di temani ke toilet sebelum tidur kenapa eonnie tak mau menemani?. Nah, sudah pasti Rosé merajuk dan berimbas pada aku dan juga Jisoo eonnie"

"Heh, bocah, semalam juga kau kan yang mengambil jatah ayam goreng milik Rosé. Berarti kau juga bersalah" ucap Jennie yang membuat Lisa langsung bungkam.

"Aduh, sudah-sudah jangan saling menyalahkan. Kalau seperti ini kita tidak akan tahu apa yang salah dengan Rosé-ya" lerai Jisoo.

Lisa berpangku tangan, memandang lurus-lurus kearah Rosé yang baru saja ada di paviliun, wajah temannya itu masihlah terlihat sama, tertekuk lesu seolah tak ada gairah hidup, "Apa wajahnya tidak sengaja terkena formulir yah? Jadi cemberutnya bertahan lama" sahutnya tiba-tiba.

"Yang benar itu formalin, bocah. Aduh, otakmu itu makin lama makin ngawur yah. Sepertinya harus segera di belah dan di bersihkan" ucap Jennie sambil melemparkan sebuah kerikil pada Lisa yang untungnya dapat anak itu elak dengan tangkas.

"Loh, aku kan hanya menebak saja. Bukankah pengunaan for, for apa tadi?"

"Formalin" ralat Jennie.

"Nah, iya itu, formalin sedang marak kan di pasaran?. Siapa tahu semalam Rosé membasuh wajahnya dengan itu tanpa sengaja"

"Memangnya kau pikir anak seusia Rosé bisa mendapatkan formalin dari mana?" ucap Jennie tak habis pikir

"Siapa tahu diam-diam suster Yuri membuka usaha topokki berformalin bagaimana?. Dunia ini penuh konstruksi, eonnie"

Jennie mengerling jengah, sabar tidak boleh emosi,  "Konspirasi bocah, bukan konstruksi. Kalau otakmu masih dangkal jangan coba-coba menggunakan istilah sulit. Kau pasti tak mengerti bedanya konstruksi dengan konspirasi kan?" ucapnya yang di balas anggukan kepala oleh Lisa dengan wajah cengengesan tak berdosa.

MI CASAWhere stories live. Discover now