El principio

4.3K 357 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu merupakan hari Sabtu di pertengahan bulan Mei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu merupakan hari Sabtu di pertengahan bulan Mei. Waktu yang sangat tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di temani kelopak bunga sakura yang mulai bermekaran. Seorang anak dengan surai panjang kecoklatannya itu terlihat antusias memandang kearah jalanan melalui jendela mobil yang sedikit terbuka.

Anak itu— Park Rosé— terlihat begitu bahagia karena akhirnya ia serta kedua orang tuanya dapat memiliki waktu bersama untuk berlibur ke Busan. Ia bahkan memeluk erat-erat boneka berbentuk Pikachu yang di belikan oleh sang ayah sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh tahun lalu.

"Rosé-ya, Papah tutup yah jendelanya. Nanti ac-nya tidak terasa dingin" Suara berat sang papah mengintrupsi Rosé, anak itu menoleh kepada papahnya dan menganggukan kepalanya lucu lalu membenarkan posisi duduknya.

Rosé selalu menganggap sang papah sebagai superheronya, Pria dengan garis rahang tegas serta sorot mata yang terkesan tajam namun sarat akan berjuta afeksi itu adalah papah terbaik di seluruh alam semesta. Pria itu selalu memiliki 1001 cara membuat perut Rosé kesakitan akibat terlalu sering tertawa. Papahnya juga tak suka mengomel seperti Mamah, papah itu selalu sabar setiap kali Rosé melakukan kesalahan. Pokoknya papah adalah yang terbaik di mata Rosé.

"Sayang, sudah lapar?. Mau makan roti dulu sebagai ganjalan?" Kali ini suara lembut mamah yang mengintrupsi. Wajah yang terlihat sangat cantik itu berbalik, memandang kearah Rosé sambil menunjukkan sebungkus roti coklat kegemaran Rosé.

"Mau! Mau!" ucap Rosé antusias, anak itu  langsung menyambar roti dari tangan Mamah dan memakannya dengan lahap.

"Sayang, makannya yang benar jangan sampai belepotan kemana-mana" ucap Mamah sambil mengusap sudut bibir Rosé yang terkena selai coklat.

Meski Mamah itu suka mengomel, Rosé juga sangat menyayangi mamahnya karena mamah memiliki sesuatu yang ajaib yang tidak di miliki papah. Rosé masih ingat ketika ia berusia sekitar lima tahun, ia mencoba belajar menaiki sepedah namun terjatuh dan mengakibatkan lututnya lecet lalu mamah dengan tergopoh-gopoh datang, ia mengusap rambut Rosé lembut lalu mencium lukanya dan rasa sakitnya hilang begitu saja. Ajaib bukan?.

Mamah juga tidak pernah mengosongkan makanan atau meledakan microwave seperti papah, Mamah selalu menghidangkan sesuatu yang sangat lezat sampai Rosé menambah makannya beberapa kali yang menyebabkan ia memiliki pipi chubby yang kata orang sangatlah mengemaskan. Ah, pokoknya kedua orang tuanya adalah yang terbaik di seluruh alam semesta. Ia benar-benar merasa beruntung karena Tuhan memberikan orang tua sebaik Papah dan Mamah.

"Papah!, Papah! Busan masih jauh lagi?" ucap Rosé sambil menguncang bahu sang papah dari belakang.

"Rosé-ya, jangan ganggu papah sayang. Papah sedang menyetir, bahaya" ucap Mamah.

Rosé mengerucutkan bibirnya, kembali duduk di posisi duduknya sementara sang papah yang melirik anaknya melalui spion terkekeh pelan, "Hyena-ya, jangan galak-galak pada Rosé"

Rosé memekik senang karena papah membelanya, "Tuh Mamah dengar kata papah, jangan galak-galak pada Rosé nanti di kurung bersama tuan harimau di kebun binatang loh"

"Park Rosé," ucap mamah sambil tersenyum namun Rosé tahu bahwa ia dalam keadaan bahaya, "Nakal sekali sih anak mamah, kau menyamakan mamahmu yang cantik ini dengan harimau?" lanjut sang Mamah sambil mencubiti pipi tembam Rosé

"Huwa! Papah tolong Rosé macannya mengamuk! Nyawa Rosé dalam bahaya" pekik Rosé

"Hyena-ya, hei, kasihan putriku nanti pipi tembam putriku kempes" ucap papah.

Mamah pun akhirnya berhenti mencubiti pipi Rosé. Rosé meringis sambil mengusap-usap pipinya yang berdenyut sakit. Meski begitu senyum tak pernah luntur dari bibirnya yang sangat mirip dengan milik papah —itu yang selalu dikatakan oleh tetangganya—, ia benar-benar merasa sangat bahagia hari ini. Namun, kebahagiaan anak itu terpaksa berhenti kala sang papah tiba-tiba membanting stir ke kiri guna menghindari sebuah truk yang berjalan ugal-ugalan namun naasnya mobil itu malah terperosok jatuh ke jurang dan beberapa kali berguling-guling.

Secepat itu kebahagiaan Rosé direnggut paksa dari dirinya.

Kepala Rosé pening bukan main, bau amis meneyeruak ke dalam indra penciumannya dan membuatnya mual. Ia melirik kearah papah dan mamah yang bersimbah dengan darah. Mata keduanya terpejam begitu erat, sangat damai. Dengan sisa tenaganya, di tengah rasa nyeri yang di rasakan kakinya karena terhimpit, Rosé mencoba menguncang tangan papah dan mamah yang saling mengengam. Mereka harus keluar sekarang dan tak boleh tertidur disini.

"P-papah, M-mamah, ayo bangun jangan tidur disini" lirih Rosé, namun papah dan mamahnya sama sekali tak bergeming. Ini tak seperti biasanya, papah dan mamah tidak seperti Rosé yang sulit di bangunkan.

"P-papah, M-mamah," pening yang mendera kepala Rosé semakin menjadi-jadi membuat kesadaraannya perlahan menipis di telan kegelapan dan sebelum Rosé sepenuhnya tak sadarkan diri ia mengumamkan sebuah lirihan bersama setetes air mata yang tiba-tiba saja terjatuh, "Selamat tidur papah, mamah"

"P-papah, M-mamah," pening yang mendera kepala Rosé semakin menjadi-jadi membuat kesadaraannya perlahan menipis di telan kegelapan dan sebelum Rosé sepenuhnya tak sadarkan diri ia mengumamkan sebuah lirihan bersama setetes air mata yang tiba-tiba ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon

[Don't forget to stream How You Like That y'all🔥]

—kissandhug—

MI CASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang