Menembus Batas 1.2

497 5 14
                                    

"Kau jangan banyak bicara dulu adik kecil,aku akan menemanimu dialam baka nanti.." ujar Putri Santi terisak memeluk tubuh Fato yang semakin lemah.Ia mengira adik kecilnya itu hanya mengigau.

"Putri cantik,sekarang hidup dan mati kita bergantung padamu. Cepat kau Pejamkan matamu dan bayangkan satu tempat yang berkesan mendalam bagimu hingga membuat hatimu tergetar. Jangan buka matamu apapun yang terjadi sebelum kau merasakan benar2 telah berada ditempat itu." Sahut fato lemah dengan tetap menempelkan telapak tangannya didahi putri Santi.

Putri Santi pun tersadar bahwa Fato tidak mungkin mengulang perkataannya jika hanya mengigau. Iapun melakukan sesuatu yang jauh diluar logikanya yaitu berkhayal saat ajal didepan mata.

Sang putri mempererat pelukannya pada tubuh Fato yang lemahdan perlahan2 memejamkan kedua matanya. Ia membayangkan suatu tempat dimana tanaman bunga tumbuh berbaris diselingi pohon2 Bonsai yang tampak gagah dalam ukuran kerdilnya, membayangkan menghirup wangi bunga yang bermekaran dalam ragam warnanya, membayangkan seolah mendengar gemricik ikan yang berkejaran dengan riangnya, dan membayangkan merasakan semilir angin yang membelai lembut wajahnya.

Terdengar bunyi mendengung ditelinga sang putri,tapi bunyi itu seolah tidak mengganggu khayalannya yang dalam.

"...WuuuNgggg... sLaaaapp..."

Putri Santi merasakan tubuhnya pecah berkeping2 hingga ukuran yang sangat2 kecil dan kemudian seakan tersedot oleh angin yang sangat besar. Sesaat berselang ia merasakan tubuhnya kembali utuh seolah telah bangkit dari kematian.

Putri Santi tiba didalam sebuah barisan tanaman bunga tempat ia dan fato bersembunyi dari 2orang asing yang berusaha menculiknya dulu. Betapa kagetnya Sang putri ketika merasakan air yang merendam tubuhnya berganti menjadi pucuk2 daun disertai semerbak wangi bunga tepat seperti yang ia khayalkan.

"Adik kecil,apakah kita ada disurga?" tanya putri santi dengan mata tetap tertutup.

Hanya bunyi lemah nafas fato yang menjawabnya.

"Adik kecil?? Adik kecil kenapa diam?" tanya putri dengan mengguncang2 tubuh lemah Fato.

Kepanikan Putri santi memuncak,dan iapun membuka matanya. Hatinya begitu teriris melihat wajah Fato telah benar2 pucat kehilangan banyak darah. Ia memangku tubuh kecil itu ditanah dan menangis terisak2 menyalahkan dirinya lah penyebab Fato seperti ini.

"Kau jangan pergi adik keciiil.." jerit sang putri seraya menciumi wajah pucat adik kecilnya yang sekarat.

Tiba2 Fato membuka matanya dan tersenyum pada sang putri,bibirnya tampak bergerak2 tanpa sedikitpun suara yang mampu didengar putri Santi.

"kau bicara apa adik kecil?" ujar putri santi panik.

Tidak ada jawaban keluar dari mulut Fato melainkan hanya senyumnya yang begitu tulus dan lemah,dan Fato pun kembali menutup matanya di iringi jerit tangis putri santi yang kembali pecah mewarnai kesunyian di bekas taman kerajaan Pare.

"Tidak ada gunanya aku menangis,aku harus mencari pertolongan. Kau tunggulah aku adik kecil.." kata putri santi lirih.

Putri Santi pun berlari tanpa memberikan kesempatan pada otaknya untuk mengagumi bagaimana ia bisa selamat dari sang maut, dan tak ada kesempatan untuk hatinya bertanya atas apa yang terjadi hingga istananya porak poranda. Sang Putri terus berlari memasuki puing2 istana pare yang telah dihancurkan balatentara kerajaan Wonopati. Ia memasuki sebuah kamar yang di ingat kakinya sebagai kamar Raja Sumar, sang raja kerajaan Pare.Kamar itu telah runtuh tanpa atap dan mata Putri Santi menyusuri semua puing2 kamar untuk mencari sebuah piala kecil seukuran ibu jari berisi air kehidupan yang sering diceritakan ayahnya. Tak ada lagi logika yang bisa menghentikannya untuk terus mencari karena rasa takut kehilangan telah menguasai seluruh emosinya.Kesana kemari Putri Santi mencari ditemani air matanya yang tak kunjung berhenti,namun ia tak menemukan piala kecil itu dimanapun.

Hingga tiba2 teringat olehnya sebuah wejangan yang sering dilagukan ayahnya..

"Keputusasaan akan membuat kehidupan terlihat gelap meski diterangi cahya mentari,

Keyakinan akan membuat kehidupan terlihat terang meski diselimuti gelap malam,

Mata hanya melihat seperti yang terlihat,

Hati dapat melihat yang oleh mata tidak terlihat,

Lihatlah kehidupan dengan hati,

Jangan hanya melihat seperti yang terlihat,

Tiap hari kau lihat kehidupan,tiap hari juga kau sia2kan kehidupan,,"

Sang putri tersenyum dengan air mata berderai dan segera berlari ke kamarnya yang telah rata dengan tanah. Ia mengangkat sebuah peti kayu kecil yang ia sembunyikan dibawah lantai disudut kamarnya. Sang putri membuka peti itu dan mengambil sebuah kaca seukuran telapak tangan dengan gagang berukir pemberian ayahnya saat ia kecil.

"Terima kasih ayah.." ujarnya.

Putri Santi tersenyum cerah ketika menemukan Sebuah piala kecil seukuran ibu jari tersembunyi di gagang kaca itu. Cepat2 sang putri kembali ketempat Fato terbaring sekarat. Betapa hancur hatinya mendapati adik kecilnya tak ada lagi ditempat itu.

"Adik keciiiL.." jerit sang putri

Pendekar Lubang HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang