Mata Dewa

767 5 3
                                    

Aku berjalan melewati lorong gelap yang sangat panjang.pikiranku kacau,baru saja aku seakan terlibat dalam kilasan2 kejadian yang sama sekali tidak aku mengerti. Aku benar2 merasa linglung,bahkan kenapa dan kapan aku ada dilorong inipun aku tidak tahu. Hanya 1hal yang terpikir olehku..,

"aku harus keluar dari lorong gelap ini..!?"

Aku terus melangkah menelusuri lorong itu karena aku percaya dengan naluriku.Hingga sesuatu yang kudambakan benar2 terjadi. Dari kejauhan aku melihat cahaya terang diujung lorong. Akupun cepat2 berlari keluar menuju cahaya itu dan benar saja, "itu adalah jalan keluar".

Aku menemukan bahwa aku berada disebuah puncak gunung yang sangat sangat tinggi hingga puncak gunung seperti diatas awan. Sesaat aku tersentak ketika dari kejauhan melihat seorang anak laki2 terbaring didepan batu besar yang menjulang dengan sinar perak mengelilingi tubuh anak laki2 itu. Akupun mendekatinya,Tampak kelopak matanya yang terpejam berkedip2 dengan sangat cepat,tangannya mengepal erat seakan enggan melepaskan sesuatu. Sinar perak itu ternyata bergerak dengan sangat cepatnya,membuat tidak ada seekor serangga pun yang berani mendekat ataupun bersuara dimalam gelap tanpa sinar bulan itu. Kelopak mata anak itu semakin bergerak cepat diikuti makin cepatnya sinar perak yang mengelilingi tubuhnya.

Ada keanehan yang kurasakan ketika aku mendekatinya,aku merasa aku mengenalnya tapi entah dimana. aku mencoba mengingat-ingat hingga pandanganku jatuh tertumpu pada batu besar hitam didekat anak yang entah pingsan atau tertidur itu. Terdapat beberapa baris kata terpahat disitu yang bisa terbaca karena diterangi sinar perak dari tubuh anak itu. Akupun mencoba membacanya..,

"Bila adalah malamku disisimu Putri.. "

PUTRI?? bacaanku hanya terhenti pada kata Putri yang memberikan kesan tersendiri dibatinku.

"PUTRI..?? PUTRI..?? PUTRI..??" kataku mencoba mengingat-ingat.

"PUTRI CANTIIIK..!? PUTRI SANTI..!!" teriakku seketika.

Jantungku seakan terpompa dengan sangat cepatnya.Nafasku memburu dan kurasakan betapa keringat dingin seakan membasahi tubuhku yang kering.

Akupun cepat2 kembali melihat wajah anak itu,kuamati wajahnya dengan seksama. Dan mataku jatuh pada 1 titik dibibirnya. Aku melihat tahi lalat kecil dbibir bagian atas,,

"ITU...ITU...Tidak mungkin..!!" teriakku tak percaya dengan penglihatanku sendiri.

Wajah anak itu sangat mirip denganku.

"apa arti semua ini?" keluhku yang seakan2 gila melihat kejadian yang sungguh sukar untuk dipercaya.

Tiba2 saja kepalaku sangat sangat sakit seakan2 gunung Merapi ditimpakan diatasku. kujambak rambutku untuk mengusir sakit itu,tapi usahaku sia2. Kepalaku makin sakit ketika kilasan2 bayangan yang telah kulalui dengan putri berambut merah tiba2 saja terlintas diotakku.

"AAaaaarghh..!?" Teriakku keras.

Tiba2 aku dapat mengingat semuanya seiring hilangnya Sakit dikepalaku.

Akupun mendekati tubuh berbalut sinar perak didepanku. Ku dekati ubun2nya, daan...

"wuuuuuuuutttt.."

aku merasa ada pusaran angin dari ubun2nya yang menghisapku dengan sangat kuat. Dan tiba2 semuanya kembali gelap.

Aku membuka mataku perlahan2,dan kudapati tubuhku terbaring dalam posisi yang benar2 sama seperti yang aku lihat.

"Mimpi yang aneh.." ujarku.

Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan perasaan juga mengembalikan tenagaku. Baru saja kualami mimpi yang benar2 membingungkan. Pikirku pun melayang pada Putri cantik,

"sedang apa kau Santi??" kataku lirih.

kulayangkan pandangku keatas untuk melihat gugusan bintang yang berbentuk Kalajengking,hal yang selalu kulakukan ketika aku teringat putri berambut merah itu. Berharap bintang2 itu memantulkan bayang wajah putri santi padaku.

Aku melihat gugusan bintang itu dengan seksama.Seketika aku tersentak dan mundur 1langkah. Aku tidak percaya dengan pandanganku sendiri, Gugusan bintang Kalajengking itu terlihat tidak seperti biasanya. bintang2 itu seakan makin besar dan berpijar makin terang.

Aku mencoba kembali memperhatikan bintang2 itu dengan konsentrasi tinggi,dan aku benar2 tidak percaya dengan mataku. Terlihat bintang2 makin dekat saat aku berkonsentrasi,dan kembali ke ukuran biasa jika aku hanya melihat sekilas. "Ada apa dengan mataku??" tanyaku pada diriku sendiri.

Akupun mencoba melihat kearah barat dimana kerjaan pare berada yang berjarak 1hari perjalanan. Tapi yang terlihat hanya gumpalan awan2 putih yang memisahkan puncak gunung dengan dunia bawah. Akupun memutuskan untuk bersemedi mengembalikan tenagaku sambil menunggu pagi mengusir awan2 dari puncak gunung dan mencaritau apa yang terjadi dengan mataku.

Pendekar Lubang HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang