Lembut

2.7K 253 13
                                    

100 readers
100 vote
10 komen





Sudah hampir dua hari (namakamu) berada di rumah Aksa. Dia diperlakukan sangat baik oleh para pekerja yang ada disini itu atas perintah Aksa tentunya. Selama itupula ia hanya diam disini, Aksa tidak memperbolehkannya untuk keluar rumah, barang duduk di teraspun tidak. Dari kacamata (namakamu), ia bisa melihat bahwa Lelaki itu semakin memperlihatkan tekadnya untuk memilikinya, (Namakamu) justru bingung akan itu, Satu sisi ia sangat berterima kasih pada Aksa karna ia bisa memiliki tempat tinggal untuk beristirahat, Namun sisi lain ia tidak bisa mengelak kalau Aksa sudah tega membuat Rumah tangganya hancur, membuat iqbaal kecewa padanya. Ia tidak bisa tinggal satu rumah dengan lelaki lain, mau bagaimanapun juga ia masih Sah menjadi istrinya iqbaal. Walaupun sebentar lagi ia akan bercerai dengan iqbaal, dan mungkin sebentar lagi Surat Pengadilan akan ada padanya, ia tidak siap harus berpisah dengan Cia, Ia yakin iqbaal akan bersihkeras untuk mengambil hak asuh Cia. Kalaupun itu harus terjadi, ia harus ikhlas tapi (namakamu) berharap iqbaal memberikannya akses untuk bisa menemui Cia walaupun itu hanya sebentar,

Berbicara soal Cia, Semakin hari (namakamu) semakin rindu pada Cia, ia tidak mempunyai akses untuk menanyakan kabar perihal putri kecilnya itu, Cia bagaimana sekarang? Apa Cia diperlakukan baik oleh iqbaal? Semoga Cia baik-baik saja. Malang sekali nasib kamu Cia, masih kecil tapi harus menelan pil pahit seperti ini, Kenapa nasibnya dulu harus Cia rasakan juga? Orangtuanya berpisah dan itujuga harus Cia alami?


"Cia, bunda kangen sama kamu nak," (Namakamu) memejamkan kedua matanya sekilas, Rasa rindu yang ia rasakan sangatlah amat menyakiti hatinya. Ia benar-benar rindu pada Cia, sangat!

"Andai aja bunda punya foto kamu, Pasti rasa kangen bunda ini bisa terobati walau sedikit," lirihnya dengan kedua tangan yang saling menyatu

"Bunda kangen nak, bunda--"

Clek!

Kedua mata (namakamu) tertuju pada seseorang yang masuk kedalam kamarnya, ia melirik pada sepiring makanan dan segelas airputih yang berada diatas nampan dan tentunya di genggam oleh orang itu. Kini orang itu sudah berada disisinya, meletakkan nampan itu di laci dengan segera (namakamu) memalingkan wajahnya kearah lain

"(Namakamu), ayo dimakan.."

(Namakamu) menggeleng pelan, "Aku gak laper, Sa." Ujarnya tanpa melirik pada Aksa. Ya yang masuk itu Aksa

Terdengar helaan nafas dari Aksa, "Dari pagi kamu belum makan, sekarang udah hampir sore. Perut kamu kosong (nam), ayolah!"

"Aku gak laper Sa!" (Namakamu) membentak Aksa membuat Pria itu tertegun sementara (Namakamu) ia memasang wajah bersalahnya namun dengan segera ia kembali memalingkan wajahnya

"Gak tau berterima kasih kamu, Gak sopan!" Desis Aksa ia bangkit dari simpuhannya

(Namakamu) lagi-lagi meneteskan airmatanya, ia justru tidak bermaksud untuk membentak seperti tadi pada Aksa. Dan... iapun tidak mau dicibir seperti itu pada Aksa,

"Seharusnya kamu bersikap baik sama aku (nam), kamu udah tinggal disini, Aku sudah membawa kamu disini itu agar kamu," ia menunjuk pada (namakamu), "Gak tidur dijalanan seperti gembel!"

Kedua bahu (namakamu) bergetar, ia menunduk. "Tapi ini bukan kemauan aku sa, sshhh.. Kamu yang membawa aku kerumah kamu, dan itu seharusnya gak kamu lakuin,"

"Kenapa? Hm? Masalah iqbaal lagi? IYA?!"

(Namakamu) berusaha untuk menatap tatapan tajam Aksa, ia menepis airmatanya. Ia bangkit dari duduknya lalu ia berdiri dihadapan laki-laki itu, "Bukan sa, bukan.. hiksss, Kita ini gaada hubungan apa-apa, Apa kata tetangga kalau mereka tau aku tinggal dirumah ini sama kamu? Lelaki yang belum menikah?"

Aksa mengangkat kedua tangannya yang mengepal kuat kearah (namakamu) sekilas, Tidak bermaksud untuk melukai wanita yang ia cintai ini, ia hanya menyalurkan rasa kekesalannya, "Udah berapa kali aku bilang, jangan mikirin omongan busuk tetangga (nam), JANGAN." Desisnya dengan nada rendah

"TAPI ITU MENGGANGGU PIKIRAN AKU SA! Shhhh... PIKIRAN AKU SEMAKIN RUNYAM KARENA KAMU!" Bentak (namakamu) disertai tangisannya

Aksa menatap sendu pada (Namakamu), Hatinya sakit tersayat-sayat melihat (namakamu) menangis seperti ini, ia akui apa yang telah ia perbuat ini memang tidaklah pantas, tapi itu semua ia lakukan terpaksa, agar ia bisa memiliki (namakamu), ia begitu terobsesi dengan wanita ini.

Kedua tangannya terangkat untuk menangkup wajah (namakamu), ia menghapus airmata (namakamu) yang menetes terus menerus, "Maafin aku,"

(Namakamu) menggeleng kecil ia menepis kedua tangan Aksa dari wajahnya dengan lembut, "Lepasin aku sa, Aku gak bisa terus hikksss.. tinggal disini, shhh.. aku mohon,"

"Tolong hargai perasaan aku, Aku sayang sama kamu tulus (nam)," Lirih Aksa dengan tatapan meredup

(Namakamu) menelan salivanya, ia mengangguk samar. "Aku hargai perasaan kamu sa, Tapi maaf.. Aku gak bisa menerima perasaan kamu, Aku---"

Brak!

Prank!

Aksa menepis barang barang yang ada di atas nakas, Lampus vas dan tentunya makanan yang tadi ia bawa. Membuat (Namakamu) terkejut, Ia ketakutan melihat Aksa yang menatapnya dengan amarah memuncak

"Hapus perasaan kamu untuk iqbaal (nam)," desis lelaki itu, kini kedua matanya menyorot penuh amarah kearah (Namakamu) yang meringis ketakutan,

"HAPUS PERASAAN KAMU UNTUK IQBAAL!!!! IQBAAL GAK PANTES UNTUK KAMU CINTAI!!" Teriak Aksa kembali membanting seluruh barang yang ada dikamar ini

(Namakamu) berjalan mundur sampai ia terhenti karna ia sudah mentok di dinding, ia kembali menangis dengan suara yang semakin kencang, ia menggeleng dengan seluruh tubuh yang meringsut kelantai. "Hiksss,"

Aksa menatap tajam pada (Namakamu) yang menangis semakin menjadi, "Jangan pernah kamu meminta untuk pergi dari sini, Karena aku gaakan pernah mengizinkannya." Setelah itu ia melengos pergi dengan menggebrak pintu kamar

Kepergian Aksa membuat (namakamu) semakin menangis menjadi-jadi, "C-cciaa.. Shhhh, Ciaaaa tolongin bunda, hiksss..."










"BUNDA!!"

"CIA?!"

"Sayang, kamu kenapa?!"

Cia menatap pada iqbaal dengan tatapan sayupnya, ia terbangun dari tidur siangnya karna tibatiba saja ia teringat akan bundanya, Sementara iqbaal menangkup wajah mungil putrinya itu yang mengeluarkan keringat, Ia nampak cemas akan keadaan Cia

"A-ayah,"

"Kenapa sayang? Kamu kenapa?" Bisik Iqbaal

"Bunda ayah, yaya kangen sama Bunda.." Lirih Cia

Mendengar ucapan Cia membuat iqbaal melepaskan kedua tangannya dari wajah Cia, ia memalingkan wajahnya dengan segera Cia menggenggam erat tangan kiri Iqbaal

"Yaya tadi ngedenger kalau Bunda teriak-teriak minta tolong sama yaya,"

Iqbaal memejamkan kedua matanya, ia memasang wajah kesalnya tanpa menatap pada Cia

"Bunda nangis ayah, hiksss.."

Iqbaal menatap pada Cia yang menangis, ia merengkuh tubuh putri kecilnya itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia enggan untuk berkomentar perihal wanita yang saat ini masih menjadi istrinya

Namun ia berpikir, apa benar (namakamu) berteriak meminta tolong sembari menangis? Jika benar, lantas apa yang terjadi pada (Namakamu)? Apa dia baik-baik saja?

"Ck! Ngapain sih harus mikirin dia?" Desis iqbaal pelan



Bersambung....

𝐋𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang