Lembut

1.7K 187 24
                                    

Ramein dong gais.








"Selamat pagi,"


Aksa barusaja turun dari kamarnya, Hari ini ia akan bersiap untuk pergi ke kantor-- Seperti biasa. Pria itu tersenyum pada (Namakamu) yang sedang sarapan, sementara yang diberikan senyuman hanya meliriknya tanpa ekspresi apapun

Aksa menghela nafasnya, ia melahap roti panggang yang tadi Wati sudah sediakan. "Kamu masih marah sama aku?"

(Namakamu) menghiraukan ucapan pria itu, ia lebih memilih untuk mengunyah

"Aku minta---"

"Lagi makan sa, gak boleh banyak ngomong.." desis (namakamu) tanpa melirik pada Aksa

Aksa mendengus kesal ia mengigit roti panggangnya itu dengan kasar, ia melirik pada (namakamu) akan tetapi Wanita itu menghiraukannya

"Aku minta maaf (nam)," Sahut Aksa pelan

(Namakamu) menatap kearah lain, tangan kanannya ia ulurkan untuk meraih Segelas Air putih

"Itu diluar kendali aku," Aksa meraih selai cokelat untuk ia oleskan ke roti tadi, "Aku benar-benar menyesal," lanjutnya lagi sembari menoleh sekilas pada (Namakamu)

(Namakamu) mendecak kesal, "Diluar kendali kamu? Shh," Ia terkekeh sinis, "Kalau kamu lagi dalam keadaan Mabuk, Aku mewajarkannya Sa, tapi ini apa? Kamu dateng kekamar aku dalam keadaan Normal!" Kesalnya

Aksa menatap jengah (namakamu), "Ya tapi aku nyesel (nam)! Aku menyesal,"

"Lagian aku gak sampai nyium kamu kan? Jadi kamu gausah semarah ini sama aku," desis Aksa

(Namakamu) memejamkan kedua matanya sekilas, Ia tidak habis fikir dengan ucapan Aksa. "Otak kamu disimpan dimana sih Sa?"

Aksa menoleh dibarengi dengan raut wajah datar, Baru kali ini ada Orang yang secara terang-terangan berucap kalimat yang menurutnya Kasar didepannya. Dan orang itu adalah, wanita yang ia cintai? "Maksud kamu apa berbicara seperti itu?"

(Namakamu) menelan salivanya, ia tertegun akan tatapan Aksa. Lelaki itu sepertinya tidak suka dengan apa yang ia ucapkan. Ia tahu, perkataannya tadi terbilang kasar. "Y-yaa, maksud aku..." Ia melirik sekilas pada Aksa, ia takut ditatapan seperti itu oleh Aksa, "Kamu seharusnya," Ia mendongakkan kepalanya memberanikan diri untuk menatap Pria itu, "Mikir. Aku dan iqbaal belum sah bercerai, dan dengan sengajanya kamu bersikap tidak senonoh sama aku, Itu sama aja kamu ngelecehin aku sa!"

Aksa menghembuskan nafasnya, ia mulai tersulut emosi atas ucapan (Namakamu), tapi tidak! Ia harus bersabar, ia tidak boleh emosi, ia tidak ingin berlaku kasar pada (namakamu), maka dari itu ia harus bersabar. Ia tersenyum pada (Namakamu), terlihat palsu memang.  "Udah aku bilang (nam), itu diluar kendali aku." Ia menunjuk pada dirinya sendiri, "Dan itu artinya, itu tidak disengaja. Aku mana mungkin mau menyentuh kamu diluar pernikahan kita? Enggak ada sama sekali pemikiran seperti itu," kekehnya

(Namakamu) kesal mendengar Aksa yang secara gamblang menyebutkan persoalan Pernikahan. Apa tadi, pernikahan kita? Memangnya Aksa seyakin itu jika nanti ia akan menikah dengannya? Astaga pria itu benar-benar pede! (Namakamu) akui Aksa ini orang yang sangat confident. Bagus dan ia nenyukainya. Tapi, menyukai dalam hal keyakinan sertai rasa percaya diri yang Aksa punya. Ia jelas tidak memiliki rasa kepercayaan diri sebesar Aksa. Tapi dibalik dari rasa kepercayaan yang begitu besar yang Aksa miliki membuat Pria itu Arogan, Egois, Tempramen. Jelas (namakamu) tidak menyukai hal itu

"Jadi aku harap--"

Ucapan Aksa terhenti karna (Namakamu) menjauhkan tangan kirinya yang ada diatas meja hendak Aksa genggam, Wanita itu menatapnya Tajam. "Gak ada pernikahan kita sa, Aku gak mau nikah sama kamu!"

Aksa terdiam sejenak mendengar ucapan (Namakamu). Wanita itu secara tidak langsung menolaknya untuk menikah. Ia terkekeh pelan, "Kita belum bertunangan, kita belum membeli cincin pertunangan kita, Dan akupun belum nanya sama kamu, apakah kamu mau menikah sama aku atau engga (nam), Jadi kamu jangan mengambil kesimpulan--"

"YA POKOKNYA AKU GAK MAU NIKAH SAMA KAMU SA!" Bentak (Namakamu)

"Aku gak mau," Lirihnya disertai gelengan

Wajah Aksa terlihat sangat marah sekarang, tapi ia mencoba untuk meredam itu semua. "Kenapa (nam)? Aku---"

"Sebaiknya kamu pergi kekantor sa, udah siang." Desis (Namakamu)

"Tapi--"

"Sa?"

"Aku gaakan pergi kekantor, sebelum kamu menjelaskan alasan kenapa kamu," ia menunjuk pada (Namakamu), "Gak mau nikah sama aku!"

(Namakamu) menatap tajam pada Aksa yang menatapnya tajam juga, "Cia masih butuh aku sa, Itu sebabnya aku gak mau menikah dulu setelah aku bercerai dari iqbaal."

"Sesimple itu?" (Namakamu) mengeryitkan alisnya, Maksud Aksa apa?

"Kamu emang lupa sama ambisi cowok sialan itu? Hm? Dia!" Ia menunjuk kearah lain, "Dia berambisi untuk mengambil Hak asuh Cia, Dia tentu akan mendapatkan hal itu, Karna apa? Karna dia sudah memiliki Bukti kalau kamu selingkuh, Dan tentu itu akan mempermudah apa yang dia inginkan,"

(Namakamu) meneteskan airmatanya tanpa ekspresi apapun, Benar apa kata Aksa. Iqbaal pasti akan mendapatkan hal itu, Tapi...

"Tapi aku gak selingkuh Sa! AKU GAK SELINGKUH!"

"KAMU YANG SUDAH MEMBUAT RUMAH TANGGA AKU HANCUR! SEHARUSNYA KAMU DIPENJARA TAU GAK!"

Aksa bangkit dari duduknya, ia merapihkan Jas tuxedonya. Ia tidak peduli atas ucapan (namakamu), Setelah itu ia menatap pada (namakamu) yang menangis, "Dengan atau tanpa izinkamu, Pernikahan kita akan tetap berlanjut."

"Hikssss... shhh, kenapa Hidup aku jadi seperti ini yaallah?"





Bersambung....

𝐋𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Where stories live. Discover now