Lembut

3.2K 277 15
                                    

100+ vote
200+ read
10+ komentar




BRAK!

"AYAH TEGA SAMA BUNDAAA!! AYAH TEGA UDAH NGUSIR  BUNDAAA!!!"

"CIA BENCI SAMA AYAH!!"

PRANK!

Iqbaal membanting guci bukan hanya satu tapi tiga sekaligus, yang besar dan kecil hal itu membuat Cia membelalak kedua matanya, jelas Cia terkejut karena Guci itu adalah Guci kesayangan (Namakamu), Bundanya. Dengan segera ia mendekati ceceran Guci itu

"Bundaaa, hiksss." Lirihnya seraya menggenggam kepingan Guci itu

"Jangan pernah kamu inget-inget lagi dia, BUNDA KAMU UDAH KECEWAIN AYAH!"

Cia menatap kesal pada iqbaal, "Cia benci sama ayah!"

Iqbaal mengusap wajahnya gusar, "Seharusnya yang dibenci itu Bunda kamu, Bukan ayah!"

Cia merengek sesenggukan, "sshhh, B-bundaa baik! BUNDA BAIK!! BUNDA GAK MUNGKIN NGELAKUIN KESALAHAN! AYAH JAHAT!!!"

"ARRRGHHH!! TERSERAH KAMU!!" Iqbaal pergi meninggalkan Cia yang masih menangis

"Bundaaaa, hikss.. ssshhh! C-cia Sss-sayang bundaa, ayah jahat bunda,"




(Namakamu) terus berjalan menyusuri trotoar, ia tidak mempunyai tujuan, pikirannya kacau yang kini ada di dalam otaknya hanya Cia dan Cia. Bagaimana keadaan Cia sekarang? Apakah Cia baik-baik saja? Sudah hampir 4 jam ia meninggalkan Cia, Hari semakin gelap mungkin jika dilihat dari langit, mungkin waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, hampir maghrib dan ia belum juga mempunyai tujuan untuk singgah

Ia melirik kearah koper yang sedaritadi ia dorong, ia hanya membawa pakaiannya saja, uang ataupun ponsel sama sekali tidak ada pada genggamannya. Iqbaal benar-benar membuangnya, kenapa nasibnya menjadi seperti ini?

(Namakamu) menepis airmatanya yang turun, ia tidak boleh menangis, ia tidak ingin oranglain menatap aneh. Sebisa mungkin ia harus menahan tangisannya

Rasa lelahnya kini menyelimuti tubuhnya, ia lelah berjalan kaki, Kedua matanya melihat toko kecil-- seperti warung, (Namakamu) berhenti sejenak, Apa ia harus numpang istirahat di warung itu? Kedua alis (namakamu) menyatu, ia bingung. Ia takut si pemilik warung tidak mengizinkannya

Bibirnya mengatup, belum di coba mana mungkin ia bisa tahu hasilnya? Dengan perlahan (namakamu) melangkahkan kedua kakinya kearah warung itu tentunya sembari mendorong/menarik kopernya

"Permisi bu," ujar (Namakamu) lembut disertai senyuman manisnya

Si pemilik yang sedang duduk memainkan ponsel mendongakkan kepalanya, "Iya mba, Ada apa ya?"

"Eum-- bu," (Namakamu) mengusap punggung tangan kirinya, "S-saya... Boleh gak numpang duduk disini? Cuman sebentar kok bu, Saya kecapean," Kekehnya

Nasib beruntung kini ada digenggaman (Namakamu), si pemilik warung mengizinkannya, Kini mereka duduk saling berdampingan

"Mba ini dari mana? Bukan orang sini ya?"

(Namakamu) tersenyum ramah, ia mengangguk kecil. "Iya bu, saya bukan orang sini,"

"Kalau boleh ibu tau, mba kenapa bawa koper? Mba minggat?"

Pertanyaan itu terdengar risky ditelinga (namakamu), ingin sekali ia menceritakan sebab ia membawa koper ini pada si pemilik warung, tapi ia sadar. Ia tidak mengenali ibu ini dan juga ia bukan tipe wanita yang suka menceritakan tentang Aib rumah tangganya, bukan hanya itu saja yang berbau sensitif ia tidak akan menceritakannya pada oranglain tak terkecuali sahabat, ada saatnya ia menceritakan hal tersebut

𝐋𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Where stories live. Discover now