Chapter 4 - Part 8

1K 32 10
                                    

Anak-anak di bawah perlindungan Brain sudah meninggalkan tempat ini.

        {Apakah mereka berhasil melarikan diri dengan aman, aku penasaran.} Mereka seperti benih yang dia tabur untuk masa depan, sumber ketenangannya. Mungkin - ada peluang 0,01%, tidak, peluang 0,000001% jika salah satu dari mereka bisa tumbuh menjadi cukup kuat untuk menyaingi Sorcerer King. Angan-angan jauh ke masa depannya ini meningkatkan suasana hatinya.

        Brain berdiri di tengah jalan, menunggu lawannya mendekat.

        Pasti terlihat sangat bodoh!

        Apa yang seharusnya dia lakukan yaitu bersembunyi dan menunggu kesempatan untuk membalas dendam pada Sorcerer King, dan tidak melawan monster yang bertugas sebagai garda depan mereka.     

        Seseorang yang menyaksikannya mungkin mengatakan sesuatu seperti, "lihatlah kenyataannya, jangan lakukan sesuatu yang begitu bodoh," kepadanya.

        Namun, tujuan hidup Brain yaitu untuk hidup dengan pedangnya, jadi dia lebih suka membabi buta bertarung dengan seluruh kemampuannya.

        Setelah waktu yang cukup lama berlalu, akhirnya pada jarak di mana dia bisa melihat cukup jelas sosok lawannya.

        Lawannya bukanlah manusia.

        Namun, secara naluriah ia dapat memahami jika raksasa berwarna cyan muda ini merupakan ras yang jauh lebih tinggi dari rasnya.

        Tidak lama setelah—

        {...sangat dingin.}

        Dari arah lawannya badai bertiup dan dikirim ke arahnya, suhunya sedingin hawa di musim dingin. Seluruh tubuh Brain gemetaran, bukan karena dia merasakan haus darah atau aura yang menindas, tetapi dari dinginnya angin yang tertiup. Nafas putih yang keluar dari mulut Brain membuktikan bahwa ini bukan ilusi.

        "Apa....?"

        Dia mau tak mau bergumam pada dirinya sendiri.

        Apakah lawannya mahluk yang mengeluarkan hawa dingin? Ketika dia memikirkannya, gerbang pada saat itu - bukankah diselimuti es dan kemudian rubuh menjadi serpihan?

        {Memangnya seberapa dinginnya dia...}

        Gerbang itu sama sekali tidak kecil, jadi domain apa pun yang dimiliki oleh monster ini, benar-benar menakutkan baginya.

        Bisa dikatakan - dia sudah tahu ini.

        Brain mempererat cengkeraman pada katananya dan menunggu lawannya.

        Tangannya gemetaran, bukan karena kegembiraan atau karena kedinginan, tetapi karena emosi tertentu.

        Tangannya gemetaran, bukan karena kegembiraan atau karena kedinginan, tetapi karena emosi tertentu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        Emosi itu dikenal sebagai rasa takut.

        Berulang-ulang dia meratap dalam benaknya, suara hati yang menyuruhnya untuk melarikan diri dan meringkuk ketakutan. Mahluk itu, meskipun seekor monster, cara dia menarik tombaknya dari tanah saat berjalan memancarkan aura seorang warrior. Jika dia meringkuk di sisi jalan, mungkin dia akan diabaikan seperti kerikil.

{LN} OVERLORD [Volume 14] - The Witch of the Falling Kingdom Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now