35. Mark

5.8K 595 236
                                    

Halo 

.

.

.

Author POV

Dalam keheningan malam, hanya suara pepohonan yang tertiup angin dan napas mereka lah yang kini terdengar.

Di salah satu kusen jendela yang diterangi sinar purnama, Lucas mendekap gadis yang kini terlelap di pangkuannya dengan erat dengan salah satu tangannya memainkan rambut Sang Putri yang lembut.

Kusen jendela yang mereka berdua tempati sekarang sebenarnya memang didesain lebih lebar agar sang Putri dapat duduk dengan nyaman ketika membaca buku atau bersantai. Tapi tentu saja tempat ini terlalu sempit untuk duduk bersisian. Alhasil, Lucas membawa Athanasia untuk duduk membelakanginya yang menyender pada jendela dengan Athanasia menyender dengan nyaman pada dada Lucas sedangkan Lucas sendiri memeluknya dari belakang.

Malam sudah begitu larut, tapi tadi Athanasia belum berniat untuk terlelap sehingga Lucas berkata akan tetap disisinya untuk menemani hingga ia tertidur. Mereka pun menghabiskan waktu dengan tidak melakukan apapun dan hanya mengobrol ringan membahas apapun yang terlintas dipikiran. Tanpa beban, hanya obrolan manis ditemani sang purnama.

Melirik pepohonan yang tertiup angin dan awan yang perlahan menutupi cahaya bulan, ingatan itu tiba-tiba terlintas begitu saja. Saat ia menghadap yang mulia Claude untuk melaporkan keadaan yang terjadi tadi sore.

Kala itu suatu kebimbangan yang mampir sesaat membuat Lucas mengurungkan niatnya untuk mengatakan siapa pelaku dari penyebaran sihir hitam di istana. Karena Lucas tahu, jika si kaisar itu mengetahui siapa pelakunya, gadis chimera itu pasti akan langsung dieksekusi.

Wajah sedih Athanasia yang memohon agar dia tidak membunuh gadis itu terlintas begitu saja di benaknya. Lucas sendiri hampir membunuh si chimera itu, kebencian telah tertanam di hatinya setiap mengingat bahwa gadis itu melukai Athanasia tanpa ia sendiri sadari. Tapi kalau Lucas melakukannya ... satu satunya kemungkinan yang pasti terjadi adalah Athanasia akan yang menyalahkan dirinya sendiri.

Jika Athanasia marah dan memusuhinya selama sesaat sepertinya Lucas tidak akan keberatan. Memangnya apa yang bisa Athanasia lakukan tanpa dirinya? Lucas tahu kemarahan itu tidak akan bertahan lama. Tapi jika Athanasia menyalahkan dirinya sendiri, Lucas tidak akan tahan melihat wajah yang menderita itu.

Merepotkan memang, tapi Lucas lebih memilih repot dari pada melihat wajah atahanasia yang menangis untuk orang lain.

Katakanlah bahwa dia egois, tapi sisi terdalam dari dirinya menginginkan Athanasia yang hanya menatapnya. Tidak orang lain, cukup Athanasia yang selalu tersenyum ataupun menangis hanya untuknya.

Lucas mengeratkan pelukannya pada sang Putri.

"Kau milikku." Bisiknya. Tidak peduli apakah gadis ini akan terbangun atau tidak, tidak peduli Athanasia nanti akan protes karena ia mengatakannya terus menerus.. Gadis ini miliknya. Sejak awal, dari kepala hingga ujung kaki ... Athanasia adalah miliknya.

Lucas tersenyum kecil melihat bagaimana salah satu tangan mereka masih tertaut erat padahal gadis ini telah terlelap ke alam mimpi. Tangan yang kecil itu terasa begitu pas di tangannya, seakan memang sudah ditakdirkan untuk bertemu satu sama lain.

Aroma peach menyegarkan dari rambut keemasan ini membuatnya tak kuasa untuk tidak menghirup aroma itu lagi dan lagi. Kehangatan tubuh mereka yang terasa sangat dekat membuatnya tidak bisa berpaling. Suara manis yang bercerita dengan penuh semangat tentang apapun yang gadis ini temui kini bagaikan musik yang selalu ingin dia dengar.

Kenyamanan yang tidak pernah ia rasakan ini mungkin adalah rumah yang selama ini ia cari.

Jika ini adalah alasan penyihir menara memilih untuk menikahi istrinya dan meninggalkan dirinya di menara hitam itu seorang diri, mungkin kini Lucas mulai mengerti. Karena sekarang ia merasakanannya, perasaan yang membuatnya merelakan apapun agar dapat terus bersama dengan seseorang yang telah memberikan hatinya untuk Lucas ini.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now