30. It's coming

4.5K 493 202
                                    


.

.

.

Dua hari setelah kepulanganku dari Siodona, aku menyelesaikan laporan atas perjalananku dan menyerahkannya kepada Claude. Hampir semua insiden yang kulewati sudah kutuliskan disana. Tentu saja dengan beberapa penyesuaian agar papa ku yang overprotective ini tidak mengamuk.

"Jadi kau juga bertemu dengan penyihir menara obelia di sana?" tanyanya sambil terus membalik lembaran berkas yang kuberikan. 

"Ya, Bibi—, Nona Agatha memiliki kesan pertama yang cukup menarik."

Claude menaikkan alisnya sebentar sebelum kembali membaca laporanku, kurasa dia memilih untuk tidak peduli.

"Apa Papa tahu tentangnya?"

"Aku hanya tahu nama itu dari daftar penyihir yang pernah kubaca."

Yah masuk akal sih, sewaktu di villa Agatha bercerita kalau ia meninggalkan Obelia dan pergi ke Siodona sekitar 30 atau 40 tahun yang lalu. Jadi dia tidak mungkin pernah terlibat dengan kekuasaan Claude yang baru naik takhta sekitar 20 tahun lalu.

"Hmm.. Kau juga memberikan hak pengelolaan tambang itu kepada Count Carrick."

"Aku berpikir kalau itu keputusan paling tepat untuk kuambil, apa ada masalah?"

"Tidak. Kau melakukannya dengan baik." Claude meletakkan berkas-berkas di meja, "terlalu baik malah."

"Hehe.. terima kasih atas pujiannya Papa." Aku tersenyum senang. Setidaknya hasil kerja kerasku tidak sia-sia.

Di ruang kerja istana garnet yang begitu familiar ini, pembicaraan mengenai kekisaran ataupun perkerjaan perlahan menjadi pemandangan yang biasa. Terkadang aku datang membawakan teh dan cemilan sambil mengobrol singkat, kadang pula aku sengaja datang karena merasa buntu mengenai tugas yang diberikan oleh tutorku.

Pria di hadapanku ini bukan lagi sekedar ayahku, ia adalah ayah, teman, mentor dan juga kaisar yang kuhormati.

Aku ingin bersamanya untuk waktu yang sangat lama. Benarkan Papa?

Sehari setelah kepulangan ku, aku memutuskan untuk beristirahat (baca: bermalas-malasan) seharian. Aku benar-benar merindukan kasurku dan tidak menginjak lantai selain ketika pergi ke kamar mandi. Tidak lucu kalau aku menggunakan sihir terbang dan melayang hanya untuk buang air kecil.

Seharian aku menghabiskan waktu untuk berpikir tentang segala hal yang telah ku lewati selama berada di Siodona minggu lalu. Mulai dari kedatanganku yang disambut badai, dikirim ke laut oleh Lucas, bertemu Agatha dan Stone, hingga kejadian di tambang.

Belum lagi tentang perasaanku pada Lucas. Ternyata yang ku lalui banyak juga.

Lucas .. 

Hal ini mengingatkanku akan banyak hal. 

Terutama hal yang ia lakukan di tambang itu ... 

"Ini ciuman yang keenam, aku menghitungnya takut kau lupa"

Yang pertama pasti kebetulan, tapi bagaimana dengan dengan yang kedua? Yang ketiga pasti bukan kebetulan. Yang keempat kau akan merasa aneh, yang kelima dia pasti sengaja, dan kalau kau masih ragu, jadilah yang keenam.

Kalau begini sih sudah pasti bukan kebetulan!! Dari awal Lucas memang sudah sengaja!

Perjalanku di Siodona membuatku sadar kalau selama ini dia tidak pernah melihatku hanya sekedar teman, apalagi teman level dua.

Bodoh kalau aku masih tidak menyadari perasaannya padaku setelah semua yang ia lakukan. Termasuk meminta hak untuk cemburu itu.

Tidak, aku memang bodoh karena selama ini memilih untuk menutup mata.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now