4. Can't I?

5.7K 549 47
                                    

Sekedar mengkonfirmasi ya, versi revisi ini lebih ke melengkapi cerita yang sebelumnya. gak banyak plot yang berubah, jadi versi ini lebih 'mateng' aja gitu terutama di chapter awal.  kalau udah sampe chapter 50-an mungkin bisa spam update. 
.

.

.

Para prajurit itu menatap horor.

"Tu-tuan Penyihir Lucas!?"

Lucas yang tadi menatap sinis kini tersenyum remeh pada prajurit yang kini menunduk hormat padanya itu. Dua penjaga toko dan wanita gila tadi kini menoleh kebingungan. Mereka pasti tidak mengerti kenapa nama penyihir yang sedang banyak dibahas belakangan ini mendadak terucap dari mulut prajurit itu. Pusat perhatian seruangan ini ada pada Lucas yang menutupiku dibelakang tubuhnya.

Padahal kukira tidak banyak yang mengenali Lucas, mengingat ia jarang terlihat selain di menara  sihir obelia atau di Istana Garnet dan Emerald. Lucas hanya sesekali memenuhi panggilan Papa, tapi lumayan sering terlihat di Istana Emerald bersamaku. Sisanya.. entahlah. Aku tidak tertarik bagaimana Lucas menghabiskan waktu luangnya selama itu tidak menggangguku. 

"Bagaimana kalian mengenaliku?"

Para prajurit itu masih menundukkan kepalanya.

"Sa-saya pernah bertugas di Istana Garnet selama beberapa bulan dan beberapa kali melihat anda dari kejauhan, Tuan."

Dengan kata lain prajurit ini mengetahui dengan jelas betapa besar eksistensi Lucas di istana. Yah tidak heran sih, yang tidak tahu gosip hangat seperti itu pasti manusia goa saja. 

"Karena kalian mengenaliku maka urusan ini akan cepat. Angkat kepala kalian."

Para prajurit itu mengangkat kepalanya dan pandangan mereka bertemu denganku yang bersembunyi di balik tubuh ramping Lucas. Wajah mereka tiba-tiba berubah pucat seperti mayat.

"Tu-tu.. Tuan Putri A-Athanasia?!"

Hah? Tunggu ... apa? Mereka juga mengenaliku?

"Se-segala keagungan dan berkat untuk bintang Kekaisaran Obelia." Mereka seketika bersimpuh di hadapanku, tidak berani mengangkat wajahnya sama sekali. Bahkan sepertinya mereka lupa untuk menarik napas.

Aku jadi teringat ketika aku pertama kali bertemu dengan Papa. Pasti wajahku seperti itu. Keringat dingin mengucur dari kulit, dan perut ku yang mendadak melilit membuatku ingin muntah. Haha.. aku sangat tahu rasanya seperti apa. 

Mendengar ucapan hormat para prajurit, para penjaga toko dan wanita menyebalkan tadi ikut berubah pucat.

"Tu-tuan Putri?"

"Ja-jangan bercanda.. Bagaimana mungkin jalang tadi adala--" wanita itu langsung terdiam ketika Lucas menatapnya tajam. Aku bisa melihat nyawanya perlahan keluar dari wajahnya yang pucat pasi. 

"Lucas, apa yang terjadi? Bagaimana bisa mereka mengenaliku?" bisikku.

"Sepertinya energi karena sihir ku keluarkan tadi menyebabkan konsentrasi mana yang kau gunakan buyar. Karena itulah sihir mu menghilang" jawabnya.

Jadi secara tidak langsung ini adalah salahmu!

Wanita itu menatap diriku tidak percaya. Di hadapannya kini adalah wujud ku yang sebenarnya dan dia pasti mengetahui dengan pasti mata biru sebening kristal yang telah menjadi pengenal keluarga kerajaan secara turun temurun.

Para penjaga toko dan wanita tadi langsung bersujud. "Ha-hamba telah melakukan dosa besar. Hamba pantas mati Yang Mulia." Suara wanita itu gemetaran ketika mengucapkannya.

Sebenarnya itu bukan salahnya tidak bisa mengenaliku, tapi bukan itu yang menjadi masalah sekarang. Kesalahannya adalah tindakannya yang tidak hormat, sama sekali tidak mencerminkan bangsawan yang berpendidikan. Apa bedanya dirinya dengan preman di jalanan? Jangan bilang dia bersikap seperti ini pada seluruh orang yang derajatnya ada di bawahnya. Bangsawan yang sombong sekali.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin