27. The Reason

4.4K 532 206
                                    

.

.

.

Athanasia POV

"Lu ..lu ... luca.."

"Ah akhirnya sedikit lebih tenang."

"LUCAAAS!"

Tanpa sadar aku sudah berteriak panik. Bagaimana bisa ini terjadi? Apa yang sebenarnya orang ini pikirkan?

"Kau gila ya? Kemana kau mengirimnya!??"

Hugo yang tadi duduk di hadapanku hanya meninggalkan ruang kosong di tengah tengah sofa. Pembicaraan kami belum selesai, dan membayangkan dirinya tiba-tiba mendarat di tempat entah berantah benar-benar membuatku pusing.

"Tenang sedikit, dia di tempat paling aman yang bisa kau bayangkan." Balas Lucas dengan santai.

Tempat paling aman?

"Penjara?"

"Aku akan mengabaikan kenapa kau bisa berpikir penjara adalah tempat paling aman, tapi intinya, aku mengirimnya ke rombongan penyihir menara yang akan kembali ke ibukota hari ini."

Aku masih tidak mengerti, "Bukankah tugas para penyihir sudah selesai kemarin?"

"Kalau kau membicarakan pengawalan batu mana yang dikirin ke ibukota, iya. Yang kumaksud tim penyihir yang ditugaskan di kota."

Ah, aku baru ingat ada juga tim penyihir Obelia yang juga ditugaskan untuk mengurus tempat penimbunan.

"Setelah tugas mereka selesai, sepertinya mereka memutuskan untuk beristirahat satu malam untuk bersenang senang di kota dan baru akan pulang hari ini. Si kutu buku bisa berangkat ke ibukota bersama rombongan itu. Lihat? Bukankah aku orang baik?"

"Tapi bukan begitu caranya!!"

Sudah lah. Aku lelah dengan semua ini. Semakin dipikirkan maka aku hanya akan semakin pusing. Mari berdoa Hugo bisa sampai di ibukota dengan aman. Aku harus segera mengirimkan pesan untuk mengurus akomodasinya selama tinggal di ibukota, ah juga surat kepada Carla Oberstain tentang kedatangan sepupu nya itu atas perintahku.

"Fufu.. Hubungan Penyihir Menara Hitam dan Tuan Putri Kekaisaran ternyata lebih menarik dari yang saya duga. Harus nya saya berkunjung lebih cepat."

Ugh... aku benar-benar lupa kalau masih ada Agatha di sini.

"Ekhm... maaf atas yang tadi."

"Tidak masalah putri kecil, bibi ini menyukai drama."

Aku juga suka, tapi tidak ketika aku yang menjadi objeknya.

"Langsung saja, mau apa kau datang kesini?" tanya Lucas blak-blakan. Dia sepertinya benar-benar ingin mengakhiri pertemuan ini secepat mungkin.

"Tidak sabaran, bukan begitu? Padahal saya datang membawakan hadiah untuk anda.'

Mendengar kata hadiah, Lucas justru mengernyitkan dahinya tidak suka. "Tidak, terima kasih."

"Saya memaksa." Agatha menepuk tangannya dua kali seakan memberikan kode kepada pelayan di luar.

Kemudian, seorang gadis dengan rambut hitam legam memasuki ruangan. Kalau tidak salah dia adalah gadis yang menemuiku kemarin untuk mengantarkan surat.

"Ini dia hadiahnya." Ucap agahta dengan bangga, sedangkan aku dan Lucas menatap tidak mengerti karena pelayan itu masuk tanpa membawa apapun di tangannya.

"Apa anda tidak mengerti? Gadis inilah hadiah yang ingin saya tunjukkan."

"..."

"... ... ha?"

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now