34. Moon Confession

Start from the beginning
                                    

"Dia berjanji untuk melindungimu tapi tidak berbuat apapun ketika kau berada dalam bahaya. Justru sihirku lah yang membuatmu tidak terluka." Claude tampak sangat kesal. "Sudah kuduga dia memang tidak berguna."

Duh, aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana.

Tiba-tiba dari terdengar suara lelaki yang mengintrupsi.

"Berbeda dengan milik Yang Mulia, sihirku hanya akan bereaksi sebagai perlindungan terakhir jika seluruh lapisan sihir milik Yang Mulia hancur."

Dari arah pintu kamar, Lucas datang sambil berjalan santai.

"Dan kalau itu terjadi, sihirku akan menghancurkan segala hal yang berada di sekitar Tuan putri dalam jangkauan 50 meter."

Aku menatap horor pada makhluk yang dengan santainya berdiri di hadapanku dan Claude. Aku tahu dia tidak tahu malu, tapi aku tidak mengira akan separah ini.

Dan lagi omong kosong apa yang dia bicarakan? Maksudnya ada di tubuhku ini ada bomb penghancur yang akan meledak jika disentuh?

Claude menatap Lucas dengan pandangan mematikannya sedangkan Lucas sendiri menanggapinya dengan santai. Penampilannya sedikit berantakan dari terakhir aku melihatnya. Kemana saja dia pergi? Kenapa baru datang sekarang?

"I..itu artinya Lucas percaya pada sihir perlindungan milik Papa makanya dia hanya menyiapkan sihir perlindungan jika milik Papa sudah hancur."

"Apa kau mau bilang kalau sihir milikku bisa tertembus?"

Kok jadi begitu?!

"Tuan putri benar, sihir milik Yang Mulia sangat kuat dan akan sangat sulit untuk menghancurkannya bahkan untukku sekalipun, tapi jika saja suatu saat ada yang berhasil menghancurkan sihir milik Yang Mulia itu berarti nyawa Tuan Putri lah yang menjadi taruhannya."

Kerongkonganku terasa sangat kering.

"Karena itulah, bahkan jika Yang Mulia berusaha menghancurkan sihir milik anda seperti dulu, sihirku lah yang akan lebih dulu menghancurkan Yang Mulia sebelum ada yang berhasil menyentuhnya."

Lucas seakan mengatakan bahwa dia akan melakukan apapun untuk menghancurkan siapa saja yang menyakitiku. Itu terdengar romantis, tapi tidak sama sekali kalau lawan yang dia bicarakan adalah PAPA-KU.

Lucas sialan.

Menyadari tatapanku yang ikut ikutan menatapnya tajam, Lucas berdehem kecil.

"Tentu saja, saya harap itu tidak akan pernah terjadi."

Kalau itu sampai terjadi kupastikan dia juga akan ikut hancur menjadi abu.

"Ada perlu apa kau kemari?" Claude bertanya dengan nada ketusnya.

"Saya hanya ingin melaporkan bahwa seluruh tamu telah dipulangkan dan kekacauan di rumah kaca sudah dibereskan. Dan ada yang perlu saya bicarakan dengan Yang Mulia."

"Katakan."

"Ini menganai sihir hitam yang berhasil masuk ke istana." Sepertinya Lucas sendiri enggan membicarakannya karena masih ada aku di sini.

"Kita bicarakan di kantorku." Claude langsung bangun dari duduknya. "Athanasia, beristirahatlah untuk hari ini." Katanya sambil mengelus kepalaku dengan lembut.

"Papa juga jangan kelelahan."

Tanpa mengatakan apapun Claude pergi meninggalkan ruangan dan Lucas mengikutinya dari belakang. Padahal aku belum sempat menanyakan apa yang dia lakukan pada Jennette tapi aku tidak berani membahasnya di hadapan Claude.

Ketika Claude sudah keluar dari ruangan, Lucas tiba-tiba berbalik dan tersenyum jahil padaku.

Clak!

Seketika tumpukan bunga berwarna merah muda berjatuhan entah dari mana dan menguburku di sofa. Harum semerbak memenuhi indra penciumanku dan tubuhku yang terkubur hingga dada sama sekali tidak bisa bereaksi pada kelakuannya.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now