Empat

345 53 39
                                    

SMA BHITAJAYA, hal yang pertama ditangkap mata Lintang saat gadis itu baru memijakkan kakinya di tanah papin blok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


SMA BHITAJAYA, hal yang pertama ditangkap mata Lintang saat gadis itu baru memijakkan kakinya di tanah papin blok. Ia mendorong pintu mobil hitam yang mengantarnya ke sana. Tulisan besar di atas gedung sekolah yang besar itu, juga suara ramai murid-murid yang lain di pagi ini, membuat senyum Lintang mengembang. Tak urung, ritme jantungnya berpacu cepat karena ia kembali merasakan sekolah.

"Lintang!" Seruan dari Ando yang kini berlari ke arahnya, membuat Lintang menoleh cepat. Ia ikut melambai pada laki-laki itu.

"Baru sampai?" tanya Ando sambil merangkul gadis itu, kontan anak-anak yang lewat mulai berbisik-bisik. Tak heran, Ando itu geng Aksa dan kawan-kawan, juga sifat Ando yang beda dari tiga cowok itu, softboy namun mematikan. Ya, karena dia buaya juga.

Sadar dengan tatapan orang-orang, Lintang jadi risih, ia menyingkirkan tangan Ando darinya.

"Hm, gue baru sampai." Ando terkekeh dengan tingkah Lintang yang tidak nyaman. "Santai aja kali, mereka gak bakal apa-apain lo karena gue. Asal lo tau, mereka begitu karena iri sama lo. Jarang-jarang loh gue perlakuin cewek begini," ungkapnya semangat.

Lintang terkekeh. Rasa kepercayaan dan sok kegantengan Ando kembali rupanya. Lintang hampir lupa.

"Dasar, mulai deh. Udah, ah, yuk masuk," ajak Lintang kemudian berjalan beriringan dengan cowok itu.

"Mau gue anter ke kelas, gak?" tanya Ando.

"Haha, boleh-boleh."

"Okey! Mau dibawain tasnya gak, Tuan puteri?" Lintang tergelak pelan. Lalu menggeleng pelan. "Gak perlu, Kak," tolaknya, namun Ando justru menarik ranselnya dari punggungnya.

Ando mengerling. "Tasnya berat, pemiliknya gak bakal kuat, biar pangeran saja, ahay!"

"Aah, berasa jadi Dilan, ya?!" seru Lintang beriringan dengan gelak tawanya yang semakin menjadi. Ia geli dengan Ando yang memperlakukannya seperti ini.

"Ando 2020."

****

"Belajar yang baik, Tuan puteri. Pangeran Ando pamit undur diri. Kalau ada sesuatu terjadi, panggil saja namaku tiga kali." Ando berkata dengan wajah dramatis dan suara yang dibuat-buat seperti cara seorang pangeran bicara. Tentu saja membuat Lintang tertawa melihatnya.

Sambil mengambil tasnya dari tangan Ando, Lintang lalu berkata, "Kayak jin aja dipanggil tiga kali. Udah, sana balik aja. Kalau gue butuh sesuatu, gue pasti cariin, gak perlu manggil nama tiga kali." Sepertinya Lintang banyak tertawa beberapa menit ini karena Ando. Ia tidak habis tertawa sejak tadi.

Ando kemudian berdiri tegak, lalu meliyukkan tangannya ke depan dan turun, seperti orang bangsawan kalau mau pamit saja gayanya.

"Kelas gue dua belas IPS 3, sekadar informasi kalau nyariin gue."

"Siap!"

Setelah kepergian Ando, Lintang menarik napasnya dan mengembuskannya singkat. Ia kemudian masuk ke ruang kelas yang seminggu yang lalu dikatakan seorang guru padanya, X IPA 2.

𝐀𝐤𝐬𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 (ℜ𝔢-𝔭𝔬𝔰𝔱)Where stories live. Discover now