"Kamu punya masalah?" tanya Darren.

"Enggak!"

"Papa tahu kamu belum bisa Nerima papa dengan baik, papa tahu kesalahan papa banyak tapi, apa kamu belum bisa maafkan papa? Papa merasa bersalah karena sudah salah mendidik kamu, sekarang berikan kesempatan buat papa untuk tanggungjawab." ucap Darren.

Brilian menoleh pada sang papa kemudian, dia teringat pada masalah yang dia alami sekarang mungkin, memaafkan tidak ada salahnya bukan? Dia harus bisa mencoba menerima, bukankah dia juga berada di posisi yang sama seperti sang papa.

"Bri sudah maafin papa, bukannya kita harus saling memaafkan?" tanya Brilian lalu tersenyum kemudian memeluk Darren.

"Papa sayang sama kamu, jadi tolong jangan berpikir papa itu jahat! Kamu juga anak papa, kamu berhak marah sama papa kalau papa salah, Terimakasih!" ucap Darren dengan tulus, memang harusnya masa lalu bukanlah penghalang bagi seseorang untuk memperbaiki kesalahannya, semua wajib di maafkan tanpa harus mengungkit kesalahan orang tersebut.

"Kamu punya masalah sama Venny?" tanya Darren.

"Iya pa, bri yang salah!" ucap Brilian menyesal.

"Apa kamu sekarang menyesal?" tanya Darren lagi.

"Iya!"

"Papa saranin kamu dengan segera memperbaik hubungan itu!" saran Darren.

"Bri sudah nyobak dia sudah maafin bri tapi, dia nyuruh bri pergi dari kehidupannya."

"Papa pernah ada dalam posisi kamu memang berat, karena penyesalan itu papa jadi selalu merasa bersalah, harusnya papa gak melakukan kesalahan seperti itu dulu dan yang papa rasakan sekarang kehilangan, kesepian, penyesalan semua menjadi satu." ujar Darren seperti membuka lembaran lama membuatnya kembali frustasi, dia tak ingin sang anak akan bernasib sama dengan dirinya.

"Papa harap kamu gak kayak papa, yang tulus itu gak akan datang dua kali bri! Papa saranin kamu segera memperbaiki kesalahan yang kamu perbuat pada Venny sebelum kamu kehilangannya!"

"Iya pa, bri akan berusaha buat bisa memperbaiki hubungan seperti dulu." ucap Brilian pikirannya berkelana apa jadinya jika semua itu terjadi, tak bisa ia bayangkan.

Venny telah mengajarkan Brilian apa arti dari pertemanan, memaafkan dan menghargai dia harus mengucapkan terimakasih pada gadis itu, gadis hebat yang mampu mengubah dirinya menjadi orang yang lebih baik.

-----

"Kakak tahu kronologi kematian Renata?" tanya Brilian lalu memilih duduk disamping Angkasa.

"Hmm! Tapi, gue gak mau ngejelasinnya Lo tanya sama Venny aja itu urusan Lo!" ucap Angkasa, dia tak akan terus-menerus membantu Brilian dia harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Tapi, Venny gak mau jelasin!"

"Berarti dia sudah terlalu kecewa sama Lo! Mangkanya jadi cowok itu peka!! Paham!" sentak Angkasa dia jengah sudah mendengar perkataan polos Brilian.

"Lo gak tahu apa? Lo itu sudah berlebihan ngatai orang dan lo! Udah buat kehidupan dia hancur karena perkataan menyakitkan yang Lo beri sama dia!" Angkasa mulai emosi mungkin, karena dia pernah merasakan menyesal dimasa lalunya.

Brilian meninggalkan Angkasa, dia lebih memilih menaiki anak tangga menuju kamarnya, karena hanya dikamar dia bisa merasa tenang tanpa mendengar perkataan orang luar yang selalu menghakimi dirinya.

"Adik kamu kenapa sa?" tanya Dewi seraya menghampiri Angkasa.

"Tau tuh Bun, biasa kasmaran!" ledek Angkasa.

"Bunda juga gak tau akhir-akhir ini dia selalu seperti itu, marah marah gak jelas kadang ngebanting pintu." ucap Dewi pada Angkasa dia merasa bingung ada masalah apa sang anak tersebut, tidak mungkin tentang Renata karena dia sudah bisa menerima kematian gadis itu sejak Angkasa memberi tahu kelakuan gadis itu pada Brilian.

Darren berjalan menuju pada kedua orang yang sedang berbincang-bincang tersebut.

"Ada apa?" tanya Darren.

"Itu mas bri, punya masalah tapi gak ngasih tau aku." jawab Dewi.

"Dia punya masalah sama Venny!" ucap Darren dengan tenang.

"Maafin aku dulu ya wi, aku nyesal dulu pernah memperlakukan kalian seperti itu." ucap Darren dia kembali merasa bersalah.

"Udahlah mas yang lalu biarlah berlalu, aku udah maafin kamu juga sebelum kamu minta maaf!" ucap Dewi sembari tersenyum.

"Papa! Dara kangen tahu." ucapnya kemudian memeluk Darren dengan erat seperti tak memberi kesempatan kepada Darren untuk pergi lagi.

"Papa kapan bisa disini terus? Dara kan kangen sama papa." ucap Dara.

Angkasa tersenyum senang melihat pemandangan dihadapannya, hatinya menghangat melihat kebersamaan yang sempat hilang kini, kembali lagi.

"Aku rasa bakal ada kejutan dekat-dekat ini." ucap Darren membuat seorang gadis cantik yang sedang berada dalam pelukannya kini melepas pelukannya tersebut.

"Angkasa setuju jika papa akan mengadakan rencana dekat-dekat ini, ya rencana bahagia mungkin, bergabung kembali dengan keluarga ya gak Bun?" goda Angkasa pada Dewi.

"Kamu ini!" ucap Dewi merasa malu.

Angkasa kembali tersenyum dia bersyukur karena keluarganya kembali seperti semula, dia berterimakasih banget kepada Tuhan yang telah mengabulkan doanya, tak ada yang bisa mengalahkan cinta keluarga.

Setidaknya kami bisa bersatu kembali walau tidak akan sedekat dahulu tapi, kami merasa senang tuhan, aku akan berusaha buat keluarga ini kembali seperti sediakala.

-----

Sorry typo.

Jangan lupa vote and komen!

Terimakasih ❤️

20 Juni 2020

BrilianWhere stories live. Discover now