02

3.5K 541 108
                                    

Tama itu difabel tunanetra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tama itu difabel tunanetra. Istilah kasarnya, buta. Tidak bisa melihat. Tetapi untuk kasus Tama, dia mengidap disabilitas tunanetra low vision sedang. Bisa membedakan warna di siang hari, bisa membedakan siang dan malam, tetapi jangkauan pengelihataannya hanya 1 sentimeter. Bayangkan saja, s-a-t-u s-e-n-t-i-m-e-t-e-r yang kalau disingkat menjadi 1 cm kalau masih tidak sadar betapa pendeknya jangkauan pengelihatan Tama. Dari penjelasan dokter yang datang berkunjung ke sekolahnya, tunanetra itu masih dibagi menjadi beberapa kategori. Tunanetra low vision ringan yang hanya bisa melihat dari jarak beberapa meter. Tunanetra low vision sedang seperti Tama yang hanya bisa melihat dalam jarak beberapa sentimeter. Tunanetra low vision berat yang hanya bisa melihat cahaya dan buta total sampai tidak bisa melihat cahaya sama sekali alias dunia yang ia lihat hanyala hitam dan hitam.

Pernah sewaktu kecil Tama mencoba melihat dengan kaca pembesar. Namun, tulisannya masih saja buram seperti pengelihatan orang yang memiliki mata minus 20 tanpa kacamata. Tama terpaksa mempelajari huruf braille. Tama tidak bisa melihat pergerakan dan objek yang ia lihat tidak jelas. Hanya buram dan memiliki warna yang menyembur menjadi satu dengan warna lain.

Beruntung, Tama masih diberi keringanan meskipun hanya satu sentimeter dan bisa membedakan warna (meskipun pada akhirnya Tama malas menghapal warna). Sesial apapun itu, hidup tetap harus disyukuri, kata Tama.

Lenguhan malas terlontar dari bibir Jiandra. Jangkrik-jangkrik mengerik. Lelaki itu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur kamar Tama. Tidur terlentang di samping Tama dengan kedua tangan dan kaki yang terbuka lebar seperti patung garuda pancasila.

"Tam, pijetin gue dong."

"Gue dibayar apa?" goda Tama sambil melepas headset wireless di telinganya. Kendati demikian, ia tetap bergerak. Tangannya meraba sekeliling usai meletakkan headset di nakas. Mencari-cari letak Jiandra merebah.

"Dibayar terima ka—UHUK!"

Tama terkesiap, mendadak langsung menarik tangannya dengan kaget usai jemarinya tidak sengaja masuk ke dalam rongga mulut Jiandra. Hal itu cukup membuat saudara sambungnya tersedak sampai terbatuk-batuk.

"Tam, anjing lo," umpat Jiandra kelewat dongkol sambil menyentuh lehernya. Sementara itu Tama yang tadi sempat terkejut malah tergelak cukup keras. Dengan badan yang masih merebah terlentang, Jiandra melirik sinis Tama yang menertawainya. Tangan Tama meraba tubuh Jiandra. Sekonyong-konyong membuat Jiandra langsung menutup mulut dengan tangan seolah trauma. Tama menyentuh lengan Jiandra, memijatnya pelan. "Maaf atuh. Gue kan nggak keliatan."

Mendengarnya, Jiandra lantas menurunkan tangan. Membiarkan Tama memijat tangannya. Mata Jiandra menatap iris abu-abu terang milik Tama yang tidak bisa fokus menatap ke depan. Terus bergerak melirik kanan dan kiri dengan cepat.

Jiandra mengalihkan pandang.

"Marah banget gue sama lo, huh," rengek Jiandra sinis.

Tangan Jiandra dipukul Tama dengan keras. Laki-laki itu mengaduh bersamaan dengan Tama yang berdecak sebal.

Mellifluous ✔ [OPEN PO]Where stories live. Discover now