▐ PROLOG dan PRAKATA

5K 619 107
                                    

▐  P R O L O G

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▐  P R O L O G

Jakarta, tahun 2012. Langit sore hari yang mendung tertutup polusi. Gedung-gedung tinggi pencakar langit pun mulai berkelap-kelip di kota yang mulai menggelap. Suara klakson yang bersaut-sautan membabi-buta. Sirine ambulance terdengar lalu lalang. Selalu seperti ini setiap pukul enam sore. Jalanan dipadati dengan orang-orang egois dari tempat mereka bekerja yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah untuk beristirahat atau memiliki janji lain selepas bekerja seharian suntuk.

Namjoon—pria paruh baya berkebangsaan Korea berusia 34 tahun yang sejak tiga puluh enam menit yang lalu hanya duduk diam di mobil sambil menelungkupkan kepala pada kemudi, kini menegakkan badan. Mengusap wajah dengan kasar. Menghapus jejak air mata yang tersisa dan menyandarkan punggung pada kursi mobil.

Ia ditipu, dikhianati dan dicurangi oleh kakak kandungnya sendiri. Seluruh saham miliknya di PT. Nixon IDN—cabang perusahaan marketplace yang ia dirikan di Jakarta dan merupakan anak perusahaan layanan digital asal Korea yaitu PT. Nixonly Holmes, nyaris ludes. Nyaris habis tak bersisa. Namjoon dipermalukan di seluruh keluarga besarnya di Korea lantaran bisnis yang ia pimpin di Indonesia hampir gulung tikar dan diakusisi oleh perusahaan lain. Jabatan Country Head yang ia sandang pun terancam dicabut secara tidak hormat.

PT. Nixon Tix IDN—perusahaan jasa manajemen tiket dan acara cabang Indonesia serta merupakan anak perusahaan Nixonly Holmes yang dipimpin oleh Da Kyung juga bermasalah dengan keuangan.

Kemudian, ditambah lagi, Namjoon baru saja kehilangan anaknya hari ini. Istrinya—Da Kyung keguguran saat usia kandungannya sudah masuk pada bulan ke lima dan dokter menyatakan bahwa Da Kyung tidak boleh hamil karena penyakit jantung kardiomiopati yang baru ia derita saat mengandung. Da Kyung masih bisa hamil, tetapi, akan membahayakan nyawanya sendiri saat persalinan nanti dan risiko kegugurannya cukup tinggi.

Rasanya ingin mati saja.

Mata Namjoon masih terpejam. Ia terkekeh pelan lalu membuka mata. Memandang beberapa anak panti asuhan yang berjalan ke arah masjid untuk beribadah. Mata Namjoon beralih menatap punggung tangannya yang penuh dengan luka—sebab ia baru saja meninju kaca kantornya sampai pecah sebelum datang ke panti asuhan ini. Ia terpejam sejenak sambil mengatur napas lalu menghela napas panjang. Namjoon keluar dari mobil. Melangkah masuk ke dalam panti asuhan. Bunda Rara—seorang wanita paruh baya yang mengasuh anak-anak yatim piatu di panti asuhan ini sontak berdiri dari duduknya ketika menyadari Namjoon melangkah masuk.

"Duh saya pikir itu mobil siapa parkir setengah jam di depan panti, taunya mobil Bapak." Ujar Bunda Rara. Namjoon tersenyum tipis seraya mengangguk lalu melihat sekitar panti. Ada banyak sekali perubahan di panti asuhan yang sering ia kunjungi sejak pertama kali mengunjungi Indonesia.

"Sekarang udah jadi rumah tingkat, ya." Celetuk Namjoon, masih kental logat Koreanya meski sudah fasih berbahasa Indonesia.

"Iya, berkat donasi dari Bapak."

Mellifluous ✔ [OPEN PO]Where stories live. Discover now