L

412 27 1
                                    

Aku bermain air dengan ayah dan ibuku di sebuah danau merah muda. Kami tertawa bersama, bersenda gurau membicarakan semua hal yang terjadi. Ayahku mengingat diriku ketika masih berumur 5 tahun, kala itu aku menangis dalam tidurku karena melihat ayahku berubah menjadi sapi. Aku tertawa, bahkan ketika aku tidak bisa mengingat apapun sekarang. Aku tidak peduli dengan semuanya, bertemu kembali dengan ayah dan ibuku merupakan hal yang paling membahagiakan sekarang. Mereka terlihat begitu muda, tampan dan sangat cantik. Wajah mereka sama persis ketika aku masih kanak-kanak. Penuh dengan rona kebahagiaan.

"Apa kau ingat saat Sheryl terjatuh dari sepeda? Itu pertama kalinya ia tidak menangis dan malah meminta kupu-kupu." Ujar ayahku memakan buah yang entah dari mana ia dapatkan.

Aku dan ibuku tertawa keras di susul ayahku hingga ia tersedak kecil. Aku semakin tertawa melihatnya kesusahan seperti itu, ibuku membantu ayahku menepuk-nepuk punggungnya beberapa kali membuat batuk ayahku mereda.

"Kau baik-baik saja?" Tanyaku.

Ayahku mengangguk mengangkat ibu jarinya kepadaku. Syukurlah. Ku alihkan pandanganku ke satu sisi danau ini yang begitu indah. Langitnya bewarna merah muda, tanaman disana bahkan tumbuh sangat subur. Tempat apa itu?

Aku bangkit lalu berjalan menghampiri seseorang yang duduk membelakangiku. Pakaiannya putih, rambutnya begitu rapi dan aroma mawar langsung memenuhi hidungku ketika aku mendekatinya. "Hei." Panggilku membuatnya menoleh.

Oh itu ternyata Harry. Aku tersenyum memeluk tubuhnya erat, ia membalasku tak kalah erat. Rasa rindu yang memenuhi hatiku langsung meluap begitu aku melihat senyumnya. Ia bahkan semakin tampan, kulitnya semakin halus dan senyumnya semakin menawan. "Kau--"

"Yeah, aku juga merindukanmu sweetie." Ujarnya memotong ucapanku lalu mencolek hidungku. Aku tergelak kecil lalu duduk di sisinya menatap danau biru yang begitu indah. Pandanganku teralih karena ia menatapku terus menerus sembari tersenyum menunjukkan lesung pipinya.

"Apa?" Tanyaku terkekeh kecil.

"Kau sangat cantik." Ujarnya membuatku merona.

"Aku tau." Balasku penuh percaya diri. "Apa kau selalu duduk disini sendirian?"

"Yeah, menunggumu."

"Kenapa? Bukankah lebih baik kau menghampiriku?"

"Aku mencobanya, tapi aku tidak bisa menjangkau mu. Kau terlalu jauh."

"Sheryl." Seseorang memanggilku dengan lembut. "Kemarilah," itu ayahku yang melambai untukku kembali.

"Itu daddy, ayo ikut denganku. Akan ku perkenalkan kau padanya sebagai suamiku."

"Bukankah dia sudah mengetahuinya?" Tanya Harry heran.

"Secara resmi, Harry." Kekeh ku menarik lengannya untuk bangkit. Harry berdiri namun enggan untuk beranjak. Ia tetap tinggal sembari menatapku redup.

"Bertahanlah sayang, disini. Bersamaku." Ujarnya memelas.

"Tapi mereka orang tua ku. Aku ingin mengikuti mereka."

"Jika kau pergi menghampiri mereka, aku tidak bisa melihatmu lagi."

"Sheryl.." panggil ayahku lagi.

"Harry, daddy sudah memanggilku. Ayo kita ke sana." Ajakku namun Harry tetap menolak. Ia lebih memilih untuk stay dan memohon kepadaku untuk tetap bersamanya. Aku tidak tau harus memilih siapa. Harry suamiku tapi ayahku juga penting.

Sekarang aku berada di tengah-tengah antara mereka. Keduanya memanggilku memohon kepadaku untuk ikut dan menjalankan kehidupan selanjutnya. Aku tidak mengerti sama sekali.

Racing (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang