Shitty Room

1.2K 39 4
                                    

Harry POV

Kali ini aku harus bisa membawa Sheryl kepelukanku. Sudah satu minggu aku berpuasa, bahkan tidak menyentuhnya sedikitpun. Mau tidak mau sekarang ia harus memuaskan nafsu bejatku. Aku menunggu Sheryl di meja makan sembari memainkan ponselku. Nomer Hannah sudah ku blokir jadi akhir akhir ini aku begitu tentram tanpa dirinya.

Jika aku tidak salah menghitung hari, ini adalah hari dimana Sheryl sedang subur-suburnya. Maka aku berencana untuk berkembang biak dengannya dan membuahinya hingga rahimnya mengeluarkan anak anak selucu diriku. Mata hijau yang besar, begitu jernih dan lesung pipi di kanan kirinya pasti akan sangat menggemaskan. Entah itu laki laki atau perempuan aku tidak peduli, yang jelas aku akan memiliki keturunanku sendiri. Mom dan dad pasti bangga memiliki anak sepertiku yang bisa mencetak bayi lucu dan menggemaskan.

"Sweetheart, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa tidak kunjung selesai?" Kami memang selesai makan malam dan aku sedang menunggunya karena ia tidak segera menyelesaikan acaranya mencuci piring. Sengaja aku tidak membantunya karena aku harus menyimpan tenaga untuk beberapa menit lagi.

"Sebentar! Mesin pencuci piring ini macet! Bagaimana aku membetulkannya?" Protesnya dengan suara yang teredam sesuatu. Alisku mengerut, lantas aku bangkit untuk melihat kondisinya.

Holy shit!

Pantat kenyal dan bulat itu menyapaku ketika aku melewati meja bar. Sheryl tengah menunduk memasukkan kepalanya ke dalam mesin pencuci piring. Buru buru aku berjalan ke belakangnya tanpa suara dan mengecek apakah masih ada tali tampon di sela-sela inti dunia ku.

Kosong.

Tidak menyisakan apapun. Yes!

Aku menegak air liurku sendiri, semakin Sheryl masuk kedalam semakin naik pula rok yang ia kenakan. Aku meraba pantatnya lalu memukulnya ketika ia mulai bersuara. "AW!! Apa yang kau lakukan!!" Protesnya hendak keluar.

Buru buru aku mendorongnya kembali dan menarik lepas celana dalam miliknya lalu membasahi intinya dengan liurku. Sheryl melengguh namun kakinya memberontak menendangku. Jika aku tidak pintar mungkin sekarang penisku sudah tidak berbentuk lagi.

"Berhenti, Sheryl! Kau menyakiti dirimu!" Pekikku menarik tubuhnya keluar lalu menerima ciuman yang ia suguhkan langsung padaku. "Hmmm, nampaknya kau juga merindukanku?"

"Apa?! Siapa yang merindukanmu! Lepaskan aku!" Aku membawa bokong Sheryl untuk ku angkat paksa, bibirnya ku bungkam erat menggunakan bibirku dan hanya satu detik untuk membuatku meletakkannya di wastafel.

"Mmh!!" Teriaknya di dalam ciuman kami.

Aku menarik celana besarku ke bawah dengan cepat dan memunculkan adikku yang sudah berdiri kokoh siap menghantam kerasnya hidup. Ku remas gemas payudara Sheryl yang masih kenyal meskipun aku sering mengaduk aduknya kasar. Sheryl melengguh dan ketika aku merasa pertahanan nya mulai roboh, ku tarik lebar kedua kakinya dan menusukkan penisku secara tiba tiba.

"Akh!" Aku dan Sheryl sama sama menjerit. Aku menjerit karena Sheryl menggigit bibir ku sedangkan Sheryl menjerit mungkin karena terkejut dengan milikku yang tiba tiba menerobos masuk kedalam miliknya.

Aku tidak mau membuang waktu lagi, ku gerakkan pinggulku maju mundur seirama membuat Sheryl terus melengguh protes namun sedikit menikmatinya. Bagaimana aku bisa tau? Aku paham betul bagaimana reaksi tubuh Sheryl ketika mulai menerima kejantananku di dalam dirinya. Sheryl perlahan akan menghilangkan kerutan alisnya dan menggantinya dengan cara melemparkan kepala ke pundakku. Aku tersenyum melihat tubuh Sheryl yang sangat familiar dengan tubuhku, tubuhnya merespon cepat begitu mengenali benda yang merasuk kedalam intinya.

"Emhh, berhenti!" Desis Sheryl mencakar punggungku. Tubuhnya yang kecil membuatku dengan mudah mengontrol semuanya. Aku memeluk tubuh Sheryl, mengecap seluruh rasa di lehernya, belakang telinganya serta menggigit pundaknya ketika aku gemas ia selalu menyuruhku untuk berhenti.

Racing (COMPLETE)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora