Part 31

1.4K 203 0
                                    

"Aku akan menceritakan semuanya dari awal..." ujar Hana. Ia melayang dan duduk di depanku.

"Thomas masuk ke sekolah ini tahun lalu... Saat itu dia adalah seorang fresh graduated, dan ia mencari pekerjaan. Sejak dulu, Thomas cerita bahwa ia memang ingin menjadi seorang guru..."

"St. Laurent adalah sekolah swasta terbaik di kota ini, gajinya juga besar. Tidak heran, Thomas juga ingin melamar kerja ke sekolah ini."

"Tapi sayang saat ia pertama kali melamar kerja, dia ditolak. Maklum St Laurent memang tidak mudah menerima guru baru. Mereka sangat selektif," jelas Hana.

Aku mengangguk, aku saja bisa masuk kerja di sini karena mereka kebetulan butuh guru pengganti!

"Tapi itu tidak memupuskan keinginan Thomas. Ia menghalalkan segala cara untuk bekerja di tempat ini..." Hana menggeleng, "Dan itulah awal dia berkenalan dengan Dewi... Thomas mencari tahu info tentang anak kepala yayasan St Laurent, dan ia menemukan Dewi di medsos... Dengan modal ketampanannya ia mampu mendekati Dewi dan meyakinkan ayahnya untuk memasukkan Thomas ke St. Laurent..."

"Dasar licik," bisikku kesal.

"Dewi, yang mengira Thomas suka padanya, tentu saja mendukung Thomas jadi guru di St. Laurent. Tapi sayangnya Thomas tidak ditugaskan menjadi wali kelas Dewi (kelas 2) melainkan wali kelas 3, yaitu kelasku..."

Hana melayang menuju jendela dan menatap keluar, "Itulah awal hubunganku dengan Thomas... Aku hanyalah seorang siswi yang polos saat itu, Bu Guru... dan aku tertarik pada guruku yang ramah dan tampan! Betapa bodohnya!!"

"Semua bukan salahmu," aku menggeleng, "Koneksi antara guru dan murid yang intim, harusnya guru mampu mengendalikan dirinya sebagai pihak yang lebih dewasa!"

Sambil mengatakan itu pikiranku melayang pada Nico. Ah, sial.

Hana mengangguk, "Terimakasih Bu Guru... Aku akan melanjutkan ceritaku."

"Jadi, aku dan Thomas berpacaran. Entahlah tapi kurasa Thomas benar2 mencintaiku... Kami menyembunyikan hubungan kami supaya pihak sekolah dan murid2 lain tidak tahu... Namun, lama kelamaan hubungan kami terendus juga... Kurasa, Dewilah yang pertama kali curiga. Karena sejak berpacaran denganku, Thomas jarang menghubungi Dewi..."

"Setelah memergoki hubungan kami, Dewi melaporkan Thomas pada ayahnya... Ayahnya menyuruh Kepsek menegur dan mengancam Thomas supaya tidak lagi berhubungan denganku, atau ia akan dipecat..."

"Jadi saat itu Thomas harus memilih antara dirimu atau karirnya di St Laurent?" Simpulku. Hana mengangguk.

"Saat itu Thomas berkata ia akan memilih hubungan kami... " Hana tertunduk, "Tapi semuanya hanya bohong. Seminggu kemudian, ia memutuskan hubungan kami..."

"Aku merasa sangat sedih dan putus asa... aku sangat mencintainya saat itu," Hana terisak, "Dan aku juga yakin Thomas masih mencintaiku..."

"Dan di hari yang naas itu... Thomas mengajakku untuk bertemu di loteng. Ia mengirimiku pesan bahwa ia masih mencintaiku, dan bahwa dia memutuskan hubungan karena kebodohannya, memilih karir daripada diriku. Saat itu tampaknya Thomas ingin kembali padaku..."

"Dengan bahagia aku berlari ke loteng sekolah, tepat jam setengah enam sore, jam yang kami janjikan. Di sana, Thomas sudah menungguku... Ia berkata ia menyesal dan bahwa ia masih mencintaiku..."

"Ia memelukku..." Hana terisak lagi, "dan di saat itu tiba2 Dewi datang ke loteng dan memisahkan kami berdua. Ia memarahi Thomas dan mengancamnya lagi. Ia mengingatkan Thomas bahwa keberadaannya di St. Laurent adalah berkat dirinya."

"Lagi-lagi Thomas harus memilih antara kau dan karirnya?" tanyaku. Hana mengangguk.

"Kali ini, dia bilang pada Dewi bahwa ia rela dipecat. Bahwa karirnya di St Laurent tidak akan menghentikan hubungan kami. Di situ Dewi marah dan..." suara Hana tercekat.

"Ia... ia mendorongku... dari loteng..." Hana menangis.

"Dewi yang mendorongmu??" Jeritku kesal.

"Tapi ceritanya belum selesai. Sebelum aku terjatuh dari gedung itu, Thomas sempat memegang lenganku. Sebenarnya ia bisa menyelamatkanku, aku yakin... Tetapi..."

"Ia melepaskan tanganmu?" Tanyaku tak percaya.

Hana mengangguk sedih, "Aku berteriak 'Selamatkan aku!' Namun Thomas menatapku sedih dan bergumam, 'Maafkan aku'... Lalu ia melepaskan tanganku..."

"Sekali lagi aku harus menghadapi kenyataan bahwa karir Thomas di St. Laurent lebih penting daripada aku... bahkan lebih penting dari nyawaku!!"

"Lalu apakah tidak ada yang mengetahui hal ini??" Tanyaku.

"Awalnya pihak sekolah curiga... Tapi Dewi dan ayahnya menutupi hal ini sehingga kematianku tampak seperti bunuh diri. Orangtuaku tidak seberapa kaya, kekuasaan mereka tidak dapat mengalahkan kekuasaan ayah Dewi... Setelah sekolah mengumumkan kematianku sebagai bunuh diri, Dewi juga menyebarkan gosip bahwa aku hamil makanya aku bunuh diri..."

"Kedua orang itu... pembunuh...!" Geramku.

"Aku akan membalas dendam pada mereka. Aku akan membunuh mereka berdua," geram Hana.

Aku menggeleng, "Jika kau membunuh mereka, kau tidak akan pernah bisa naik... Pembunuhan bisa berakibat kau jadi arwah gentayangan selamanya!"

"Tapi aku tidak terima, Bu. Mereka sudah membunuhku dan menghancurkan nama baikku! Aku harus membalas mereka!"

"Membunuh mereka tidak akan mengembalikan nyawa dan nama baikmu. Yang harus kita lakukan adalah membongkar kasus ini, sehingga semua orang tahu bahwa kamu telah dibunuh, dan gosip-gosip selama ini adalah salah..." nasehatku.

"Tapi bagaimana membuktikan cerita ini? Kedua bedebah itu tidak akan sudi mengaku," ujar Hana kesal.

"Aku akan membantumu," ujarku. Aku sendiri kaget dengan kata2ku barusan. Membantu Hana? Bagaimana caranya??

KELAS MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang