Part 23

1.4K 210 7
                                    

Setelah menenangkan Kepala Sekolah, aku keluar dari ruangannya. Kepala Sekolah kelihatan shock berat dan ketakutan. Ada sedikit rasa tak tega bercampur lucu dalam hatiku. Memang orang ini sepertinya perlu sekali-kali diberi pelajaran! Supaya ia tahu bahwa siswa-siswi di sini bukan sekadar komoditinya!

Keluar dari ruang Kepala Sekolah, aku dituntun arwah Hana menuju ke loteng lantai 4 gedung utama sekolah. Aku mengikutinya dengan hati was-was. Hana masih kelihatan tidak stabil, matanya memerah.

"Ini adalah tempat kejadiannya..tempat di mana aku mati," ujar Hana sambil menunjuk tepi loteng itu.

"Di.. di sini?" Tanyaku gugup. Aku memandang ke bawah. Lapangan tampak kecil jika dipandang dari atas sini... Tampak begitu mengerikan jika aku harus lompat dari sini. Mendadak aku pusing. Aku berjalan mundur.

"Mengapa kau tiba2 ingat semuanya?" Tanyaku bingung.

Hana menggeleng, "Aku juga tidak tahu... Tadi aku iseng saja mengikuti Ibu ke ruang kepala sekolah. Saat dia bilang aku hamil, tiba2 aku ingat semua..."

"Aku tidak hamil!" Hana terisak, "Itu semua gosip murahan!!"

"Aku tahu," ujarku, "sekarang, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi padamu..."

Hana melayang dari tepi loteng dan duduk di sebuah bongkahan kayu bekas.

"Benar kata Kepala Sekolah. Aku memang dekat dengan Thomas, guru wali kelasku itu..." cerita Hana, "dan bisa dikatakan... Kami pacaran."

Aku melongo. Jadi... Apa yang diceritakan Thomas padaku semua kebohongan?

"Awalnya tidak ada yang tahu hal ini. Namun lama kelamaan hubungan kami mulai terlihat juga. Oleh sebab itu, banyak siswi yang tidak suka padaku... karena mereka suka pada Thomas. Siswi2 itu kemudian melaporkan aku dan Pak Thomas kepada Kepala Sekolah..."

"Lalu?" Tanyaku tak sabar.

"Di depannya kami menceritakan hal yang sebenarnya..." Hana bangkit dari duduknya, "Dan dia menyuruh kami mengakhiri hubungan. Kalau tidak, ia mengancam akan memecat Thomas."

Aku menggeram. Kepala sekolah itu memang tidak ada bijak-bijaknya!

"Thomas pun memutuskan hubungan denganku... Ia bilang tidak mau kehilangan karir impiannya. St Laurent adalah sekolah impiannya sejak dulu untuk mengajar..."

"Lalu kau bunuh diri gara2 patah hati?" Tanyaku.

Hana menggeleng.

"Bu, aku tidak pernah bunuh diri. Ya, memang aku patah hati. Tapi bunuh diri sama sekali tidak ada di kamusku!" Jerit Hana

"Lalu, apa sebab kematianmu?"

"Aku didorong. Dari sini. Ke situ."

Hana menunjuk pojok loteng, dan lalu ke bawah, ke lapangan.

"Aku dibunuh, Bu Guru!" Isaknya.

HAYO TEBAK SIAPA YANG BUNUH HANA DAN KENAPA?? HEHEHE...

KELAS MALAMWhere stories live. Discover now