Part 21

1.4K 184 7
                                    

"Apa yang kalian lakukan malam-malam begini?" Pak Suryo, penjaga sekolah membuka pintu kelas tiba2. Ia melihat aku dan Sofie ada di kelas itu. Ia pasti sangat bingung, pikirku.

"Ehm, saya..." aku menatap Sofie bingung.

"Saya sedang konseling," tiba2 Sofie menjawab, "Konseling tentang masalah saya..."

Pak Surya melirik jam tangannya, "Tapi ini sudah jam 8, lebih baik kalian pulang. Saya juga sudah mau pulang..."

"Baik Pak," jawabku cepat, menarik lengan Sofie dan buru2 keluar, supaya Pak Surya tidak makin curiga.

Nico dan Hana hanya diam, melayang menyaksikan kepergian kami.

***

"Saran saya, jangan suka di sini malam2... Sekolah ini banyak penunggunya..." ujar Pak Surya sambil mengantar kami ke parkiran.

"Sudah tau," pikirku. Aku melirik Sofie yang sedang senyum2.

"Memangnya Bapak bisa liat?" Tanya Sofie iseng. Aku mencubit lengannya. Ia hanya meringis.

"Nggak bisa sih, tapi Bapak suka diganggu kalo malam2," ujar Pak Surya, "Banyak non, kasus kematian siswa di sini... Apalagi sejak ada kasus bunuh diri tahun lalu hiii... Makin serem..."

"Kalo boleh tau emang sudah berapa lama Pak, jadi penjaga di sini?" Tanyaku.

"Yah kalo sama tahun ini genap 10 tahun. Lama juga yaa..." Pak Surya terkekeh, "Tapi ya gitu... Kalo malem suka digangguin..."

"Oh iya Pak, ngomong2 soal kematian siswi yang bunuh diri itu... Apa Bapak tahu siapa orangnya?" Tanyaku.

Pak Surya terdiam, matanya menerawang, "Ya tentu saja Bapak ingat. Nama siswi itu Hana Mariska. Bapak nggak mungkin lupa... soalnya non Hana itu ramah banget, bahkan kalau pulang selalu nyapa Bapak. Kadang bawain kopi, teh..."

Pak Surya menggeleng, "Sayang sekali... Dia meninggal tragis..bunuh diri... Itu semua gara2 cowok itu! Cowok nggak bertanggung jawab! Habis menghamili malah pergi!"

Sofie terbelalak kaget, ia menatapku. Aku hanya mengangguk. Aku belum cerita pada Sofie bahwa aku tahu soal ini dari Thomas.

"Tapi darimana Bapak tahu bahwa ia bunuh diri gara2 dihamili pacarnya?" Tanyaku.

Pak Surya mengangkat bahu, "Saya cuma denger dari desas desus di sekolah sih, Bu."

"Oooh.." jawabku.

Tiba2 aku teringat pada Nico.

"Ehm, apakah Bapak tahu kasus kematian siswa 7 tahun lalu?" Tanyaku lagi, "Siswa cowok, anaknya ganteng..."

Entah kenapa pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulutku.

"Tujuh tahun lalu?" Pak Surya mengerutkan kening, "Sebentar2... Namanya siapa? Soalnya saya suka inget tuh kalo kasus2 meninggal..."

"Namanya Nico..."

"Nico?" Pak Surya diam sebentar, tampak berpikir, "Saya sih yakin gak pernah ada murid meninggal bernama Nico... Apa saya yang salah ingat ya... Ah, tapi nggak mungkin. Saya pasti tau kalo denger namanya! Sebentar!"

Pak Surya masuk ke pos jaga dan mengeluarkan sebuah map kliping. Ia membuka map itu satu per satu. Isinya potongan surat kabar.

"Nggak ada itu yang meninggal nama Nico," ujar Pak Surya sambil membolak-balik mapnya, "Bapak suka kumpulin berita2 tentang sekolah ini di koran, lalu Bapak kliping supaya gak lupa..."

"Jadi, bener2 nggak ada siswa meninggal bernama Nico, Pak?" Sofie mengkonfirmasi. Pak Surya menggeleng.

"Saya yakin nggak ada nama itu," jawab Pak Surya yakin.

Aku dan Sofie bertatapan. Lalu... Siapa Nico?

KELAS MALAMWhere stories live. Discover now