Part 29

1.4K 195 4
                                    

Rasanya aneh. Ya, aneh sekali.

Berjalan di samping arwah saat
siang bolong.

Nico memasukkan tangannya di kantong, sambil berjalan di sampingku.

Kami tidak bicara sepanjang perjalanan.

"Ehm ngomong-ngomong..." aku memulai pembicaraan, "Apakah kamu sama sekali tidak ingat kehidupanmu sebelum kematian? Maksudku, sama sekali?"

Nico mengangguk. Ia menatap tanah sambil terus berjalan.

"Tapi... dilihat dari sosokmu ini, sepertinya kamu adalah siswa yang populer. Lihat, tubuhmu tinggi untuk usia 18 tahun, wajahmu juga tampan... Mungkin banyak cewek yang naksir kamu dulunya," godaku.

"Hmmm..." Nico hanya menjawab singkat sambil terus berjalan.

Dasar arwah sial, pikirku. Padahal aku hanya ingin mencairkan suasana.

Tiba2 Nico berhenti. Ia menatapku.

"Sepertinya kamu nggak usah lagi berhubungan sama cowok itu lagi deh," ujar Nico.

"Ehhh kok tiba2 ngomongin Thomas lagi? Lagipula kan kamu sudah sepakat untuk melindungiku?" Tanyaku, tetap berjalan, takut disangka orang gila karena bicara sendiri.

Nico berjalan lagi, "Bukan begitu. Aku takut justru kamu malah terpesona dengan dia. Lihat saja dia, rayuan mautnya, siapa perempuan yang tidak jatuh cinta!" Nico merengut.

"Enak aja, aku sih nggak akan mempan, kan aku sudah tahu orang macam apa dia!" Elakku.

"Kamu harus lihat seperti apa wajahmu tadi, kalau aku nggak jatuhin kotak tissue, huh!"

"Berisik!" Ujarku kesal.

"Aku nggak mau kamu nanti malah jatuh cinta pada pembunuh..cih!" Nico melengos.

Aku menghentikan langkahku, "Keterlaluan deh kamu, lagian kalaupun aku jatuh cinta padanya, itu juga bukan urusanmu!"

Nico terdiam. Ia menggeleng-geleng.

"Kenapa? Kamu cemburu?" Geramku.

Nico melotot. Ia menggeleng.

"Cemburu pun aku bisa apa? Aku cuma arwah," jawabnya sambil menatap tanah, "Benar kan?"

Nico melayang mendekatiku. Ia menatapku tajam.

"Kalaupun aku menyukaimu, aku bisa apa?" Ujarnya.

Deg deg deg... jantungku berdebar lagi. Rasanya agak berbeda dengan apa yang kualami dengan Thomas tadi.

"Hei Rana, ngapain kamu? Dia itu arwah!" Bisikku pada diri sendiri.

Nico tersenyum tipis, "Ya sudahlah..."

Ia tertawa, "Yuk jalan lagi. Rumahmu sudah dekat."

"Yaa... kalau kamu bukan arwah sih..." bisikku, "Sebenarnya... mungkin aku akan tertarik..."

Nico tersenyum, "Makasih sudah menghiburku." Ia meletakkan tangannya di kepalaku, tentu aku tidak merasakan apa2, hanya seperti angin.

"Pokoknya sekarang kamu fokus aja untuk belajar ujian dan naik," nasehatku.

Nico mengangguk dan kami terus berjalan.

Tiba2 suara tabrakan yang keras mengagetkanku.

"Woi ada kecelakaan woi!!" Seseorang berteriak dari ujung jalan. Dalam beberapa menit jalanan sudah dipenuhi orang.

"Ada kecelakaan," ujarku. Aku memperhatikan sebuah mobil yang menabrak tiang pembatas jalan, "Mabuk apa gimana sih yang nyetir..."

Aku menatap Nico. Namun aku terkejut. Nico telah berlutut di tanah sambil memegangi dadanya. Wajahnya tampak kesakitan.

"Nico, kamu nggak apa-apa???" Seruku kaget.

Nico mengerang, ia terus memegangi dadanya. Lalu sejenak kemudian ia menghilang dari hadapanku.

"Nico???"

KELAS MALAMWhere stories live. Discover now