Part 24

1.4K 184 3
                                    

"Di..dibunuh??" Seruku kaget, "Siapa yang melakukan ini semua??"

Hana melayang ke atas, wajahnya ditutupi dengan tangan.

"Aku tidak tahu... Aku tidak ingat!" Tangisnya.

"Apa jangan2... Thomas yang membunuhmu?" Tanyaku, aku sedikit merasa merinding membayangkan Thomas yang ramah dan tampan mampu melakukan hal keji kepada Hana.

"Aku benar2 tidak ingat Bu Guru," isak Hana. Ia melayang mendekatiku, "Tolong bantu aku, bantu aku membongkar semua ini, Bu!"

"Sekarang aku tahu kenapa aku masih ada di dunia ini! Semua ini bukan karena aku ingin lulus ujian... Aku ingin membersihkan nama baikku di sekolah ini, dan menuntut keadilan atas kejahatan yang dilakukan padaku," isak Hana.

Aku terdiam. Ternyata ini yang membuat arwah Hana masih belum naik... Kasihan... Aku sangat ingin membantunya, tapi bagaimana aku bisa membantu Hana? Toh aku hanyalah seorang guru baru di sini?

"Tolong aku Bu Guru.. Aku ingin naik ke atas..." isak Hana.

"Hm, aku akan membantu sebisaku," jawabku akhirnya, "Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana..."

"Thomas... Ya, dia yang harus menceritakan semua padamu!"

"Tidak mungkin ia akan jujur padaku! Kemarin saja ia berbohong padaku soal kematianmu! Paling tidak harus ada saksi yang melihat bahwa kau tidak bunuh diri, tapi dibunuh!"

Hana terdiam. Ia terisak lalu melayang pergi. Ia menghilang begitu saja dari hadapanku.

Kasihan. Apakah Hana menyesal karena sudah mengingat sebab kematiannya, pikirku. Lalu, bagaimana aku harus memecahkan kasus ini? Ini kasus yang besar. Bahkan sekolah ini berusaha menutup-nutupi kasus ini. Jika terbongkar bahwa ada kasus pembunuhan di St. Laurent... Nama baik sekolah ini pasti akan runtuh!

***

Aku kembali ke kantorku setelah bertemu dengan Hana. Dalam perjalananku ke kantor, aku melewati rimbunnya pepohonan.

"Hmmm, segarnya," ujarku sambil meregangkan otot. Sejak bekerja di St. Laurent aku begitu sibuk dan kacau, sampai lupa menikmati pemandangan St. Laurent yang hijau dan segar.

Tiba2 aku melihat dua sosok sedang berbicara di balik pepohonan.

Eh, bukannya itu Thomas?? Pikirku. Buru2 aku bersembunyi di balik pohon dan berusaha menguping pembicaraan. Setelah mendekat, aku baru sadar bahwa Thomas sedang berbicara dengan Dewi.

"Sudah kubilang kan, hubungan kita sudah berakhir, Wi," ujar Thomas.

"Berakhir? Gara2 guru baru itu?" Tanya Dewi kesal, "Aku tidak akan membiarkan kamu lepas dariku, Thom, setelah apa yang kita alami..."

"Nggak usah ungkit2 itu lagi," potong Thomas.

"Kenapa? Kamu takut semua akan ketahuan?" Dewi tertawa.

Deg. Jantungku seperti berhenti berdegup. Apakah yang dimaksud Dewi...

"Sudah kubilang itu semua salahmu!" Seru Thomas.

"Salahku??" Dewi menaikkan suaranya, "Jelas-jelas kau yang menyebabkan itu terjadi!"

"Kamu yang mendorongnya!" Desis Thomas.

Me..mendorongnya??? Aku menutupi mulutku dengan kedua tangan.

"Semua kulakukan demi kamu, Thom... Kamu tahu, aku tidak bisa hidup tanpamu," jawab Dewi, "Dan jika sampai guru baru itu mencoba merebutmu lagi, aku tidak segan2..."

"Jangan mengancamku lagi," geram Thomas. Ia mencengkram lengan Dewi, "Ancamanmu tidak akan berhasil kali ini, Dew. Aku tidak peduli kalau kamu dan keluargamu yang kaya raya mau menekanku... Tapi ini hidupku. Aku tidak mau kau merusak hidupku lagi!"

"Aduh! Sakit, Pak, lepaskan!" Dewi mengaduh. Thomas melepas lengan Dewi dengan kasar, lalu beranjak pergi.

Kresek! Sebelum Thomas sempat berjalan pergi, aku menginjak rumput di belakangku, menimbulkan suara gesekan rumput dan sepatu.

Spontan mereka berdua langsung menoleh ke arahku.

Sial!!

KELAS MALAMWhere stories live. Discover now