Part 17

1.5K 189 3
                                    

Hana melolong panjang. Wajahnya penuh ketakutan dan kesedihan. Ia melayang ke atas langit-langit dan menghilang.

Aku melongo. Apa yang terjadi pada Hana??

Aku menatap Nico. Nico juga kelihatan bingung.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku.

"Aku juga tidak tahu..." bisik Nico, "Tapi tampaknya bukan sesuatu yang baik... Saat ia melihat foto guru itu... Ia langsung histeris..."

"Pernahkah kau melihat arwah yang histeris seperti itu sebelumnya?" Tanyaku. Kan Nico sudah sekitar 7 tahun menjadi arwah.

"Hmm... Ya, aku pernah melihat yang seperti itu... Biasanya para arwah akan histeris jika teringat akan peristiwa kematiannya sendiri.. Meski ingatan kami tidak penuh, kadang jika berhadapan dengan sesuatu yang berhubungan dengan kematian kami, kami bisa merasakannya.. Kesedihan. Ketakutan..." mata Nico menerawang.

"Jadi menurutmu, apakah Thomas ada hubungannya dengn kematian Hana?" Tanyaku bingung.

Nico mengangkat bahu, "Nanti saja kita tanyakan sehabis kelas. Walaupun pasti Hana juga tidak akan bisa mengingat kematiannya sendiri..."

Aku terdiam. Jika benar Thomas ada hubungannya dengan kematian Hana, apa peranan Thomas dalam peristiwa itu?

"Sudahlah, ayo kita ke kelas..sudah jamnya," ujar Nico, membuyarkan lamunanku.

***

Di kelas malam, Hana sudah duduk di tempatnya dengan rapi. Tidak ada tanda-tanda kesedihan pada wajahnya, seperti tidak ada kejadian apa2. Ia ceria seperti biasanya.

Kelas berjalan lancar malam itu. Aku banyak terbantu dengan kehadiran Sofie sebagai tutor. Kelas kubagi menjadi kelompok2 kecil. Jadi ketika aku menjelaskan bahan, mereka semua mendengarkan. Saat aku beri latihan, Sofie dan aku berkeliling kelas untuk menjadi tutor. Kami masuk ke dalam kelompok2 kecil yang sudah dibagi. Metode ini cukup berhasil, karena aku dan Sofie jadi dapat memantau kemajuan tiap siswa.

Selesai kelas, aku memanggil Hana. Nico dan Sofie juga ikut bersamaku. Nico ikut karena dia ingin tahu reaksi Hana. Sedangkan Sofie ikut karena ia pikir itu adalah pertemuan soal kelas, padahal aku ingin menanyakan soal Thomas pada Hana.

"Hana, apakah... kamu ingat apa yang terjadi sore ini?" Tanyaku.

Hana terdiam sejenak, lalu tersenyum.

"Iya, aku ingat. Aku juga minta maaf karena aku hilang kontrol tadi. Meski aku tidak tahu kenapa..." jelas Hana, "Entah kenapa tadi tiba2 aku merasa sedih, marah dan takut..."

"Menurut pengalamanku sebagai arwah yang sudah 7 tahun gentayangan," ujar Nico, "Mungkin guru itu ada kaitannya dengan kematianmu..."

Sofie terbelalak kaget, "Pak Thomas ada hubungannya dengan kematian Hana??"

"Yah tapi itu belum dapat dipastikan," bisikku, "Banyak yang harus dipastikan dulu."

Hana terpekur, "Ah, sudahlah... Aku juga tidak ingin tahu soal kematianku. Untuk apa? Hanya membuat sedih saja. Sekarang ini yang kuinginkan hanya lulus ujian dan naik..."

"Tapi jika dia ada hubungannya dengan kematianmu, maka ia juga pasti membahayakan murid2 yang lain," ujar Nico sinis, "Aku juga curiga dengan guru itu..."

"Eh, sudah ya, aku mau jalan-jalan malam dulu!" Tiba2 Hana melayang lalu kabur lewat jendela.

"Pasti sulit bagi Hana... dia benar2 tidak mau membicarakan soal kematiannya," bisikku.

"Iya tapi caranya bukan lari dari masalah dong," protes Nico, "Harusnya dia hadapi kalau memang kematiannya bisa terungkap. Toh semua arwah ingin tahu soal kematian mereka sendiri."

Sofie berdehem, "Ehm... Kurasa Pak Thomas bukan orang seperti itu. Kalian pasti salah sangka..."

"Ngomong-ngomong, Sofie, apakah kau kenal Hana? Hana kan baru setahun meninggal. Saat ia meninggal, ia kelas 3. Bukankan itu berarti saat itu Sofie kelas 1?" Tanyaku. Aku juga baru menyadari hal itu.

"Yah... aku pernah dengar sih soal siswi meninggal... Tapi aku tidak tahu secara spesifik. Maklum, aku tidak bergaul dengan banyak orang..." ujar Sofie, "Tapi yang aku dengar sih... Siswi itu meninggal karena bunuh diri."

KELAS MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang