Part 25

1.4K 169 0
                                    

Untungnya langkahku lebih cepat. Aku buru2 kabur dari situ dan menuju ke kantor dengan cepat. Meskipun dalam kepalaku semua hal yang kudengar masih belum dapat kucerna...

Dewi mendorong Hana? Tapi kenapa Dewi menyalahkan Thomas atas semua yang terjadi? Lalu, apa hubungannya dengan keluarga Dewi? Di atas segalanya, mengapa Thomas dan Dewi bisa memiliki hubungan spesial?

Saat kepalaku masih penuh dengan berbagai pertanyaan, tiba2 Thomas masuk ke kantor. Ia membawa dua kaleng kopi instan.

"Siang Ran," sapanya, dengan senyum yang ramah, seperti biasa. Namun saat teringat ekspresi Thomas di taman tadi, aku bergidik. Wajahnya tidak kelihatan ramah, malah terlihat mengerikan...

"Ini kopi untukmu," ujarnya.

Aku memaksakan senyum, "Ehm... Ya, thanks..."

"Eh kamu kenapa? Kok pucat? Lagi sakit ya?" Tanyanya sambil memegang dahiku.

Aku bergidik. Segera kusingkirkan tangannya dari dahiku. Thomas tampak terkejut.

Ran, kamu harus bersikap natural, bisikku dalam hati. Jika tidak, Thomas bisa curiga!

"Aku nggak sakit kok. Hehehe," aku berusaha tersenyum.

Thomas tersenyum, "Oh ya, rencana nonton kita besok, jadi kan?"

"Hah?" Ya ampun. Aku baru ingat sudah menyanggupi ajakan Thomas menghabiskan weekend bersama!

"Iya. Katanya kamu bisa besok?" Tanyanya.

Aku menimbang. Jika aku tiba2 membatalkannya, bisa2 Thomas curiga bahwa aku mengetahui sesuatu... Tapi jika tidak batal, oh my God, apakah aku harus jalan berdua dengan seorang "pembunuh"? Walau belum pasti, aku yakin Thomas terlibat dalam pembunuhan Hana...

"Oh iya, jadi kok," jawabku, "Tapi, kita nggak nonton, nongkrong di cafe aja, gimana?"

Aku harus berada di keramaian untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, ya kan?

"Hmm, baiklah," Thomas tertawa, "Kebetulan aku tahu cafe yang enak. Dan suasananya juga tidak terlalu ramai... Kita bisa saling mengenal diri masing di sana..."

Thomas tersenyum malu. Aku hanya meringis.

Sial...sial...sial...

KELAS MALAMWhere stories live. Discover now