Bab 2 | UKS

271 165 48
                                    

Sebelum baca di vote dulu yuk!
Happy reading semuanya~

Perasaanmu tidak salah. Hanya waktunya saja yang tidak tepat.”

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Matahari saat ini begitu terik. Membuat Mellyana dan Brian yang sedang berlari mengeluarkan peluh keringat bercucuran didahinya. Mellyana dengan seluruh tenaganya,terus berlari semampunya walau kakinya memang sudah tidak kuat lagi.

Brian sesekali menoleh kebelakang,memastikan gadis itu.

"Mell,semangat! Lo pasti bisa!" teriak Brian pada Mellyana. Mellyana yang sedang fokus pun samar-samar tersenyum.

"Makasi Yan! Kamu semangat juga!" jawab Mellyana dengan pekiknya.

Brian yang mendengarkan itu menaikkan alisnya secara bergantian. Mellyana melihat itu tertawa ringan.

"Muka kamu kenapa gitu sih? Bikin geli tau gak." ucap Mellyana sambil berlari.

"Kenapa? Muka gue emang ganteng,Mell." jawab Brian percaya diri.

Mellyana tidak menjawab lagi. Gadis itu merasa lelah. Sebenarnya jika boleh jujur,kakinya sudah tak kuat untuk berlari. Ntah kenapa Mellyana merasakan pandangan di depannya pudar. Kepalanya merasakan sakit.

Mellyana pun berhenti,ia mencoba memegang kepalanya yang sangat sakit itu. Brian pun tersadar dan memanggil Mellyana beberapa kali dari arah yang jauh. Mellyana sungguh tak mendengar panggilan dari Brian.

Mellyana pada akhirnya menepikan dirinya. Kini gadis itu duduk dikursi yang memang tersedia disana. Mellyana memegang kepalanya yang pening itu.

Mellyana merasa dirinya sangat pusing dan mual. Bahkan rasanya tubuhnya lemas,hampir ingin terjatuh sebelum seseorang menahan tubuh Mellyana.

“Lo kenapa? Sakit ya? Muka lo pucet banget.” ujar Bryan.

"Aku cuma ngerasa mual aja." Mellyana tidak mau merepotkan Brian. Dia lebih baik berbohong,padahal rasa sakit dikepalanya semakin menjadi-jadi.

“Kalo gitu,gue beliin minum dulu ya? Lo tunggu dulu disini,jangan kemana-mana.” pesan Brian mengingatkan.

Mellyana hanya menganggukan kepala kecil. Sejujurnya ia juga tak begitu mendengarkan apa yang diucapkan oleh lelaki bermanik coklat itu.

Mellyana terus menerus memegang kepalanya yang hampir terasa pecah itu.

Untunglah tidak lama. Didepannya kini sudah ada Brian dengan membawa air mineral ditangannya. Ia langsung menodongkan air mineral itu kepada Mellyana.

Ntah kenapa gejolak dihati Bryan untuk menolong gadis dihadapannya sekarang,begitu besar. Apa mungkin karena kasihan? Atau mungkin karena rasa bersalahnya? Tidak ada yang tau.

Bucket List [ON GOING]Where stories live. Discover now