Tapi kenapa harus Siodona?

Selama ini ia telah melupakan kenyataan bahwa kota itu ada, tapi kini ketika mengetahui putrinya mengunjugi tempat wanita itu berasal, ia merasa sedikit ... entahlah. Takut mungkin?

Di kota itu mungkin saja masih tertinggal hal yang berhubungan dengan Diana. Apakah Athanasia ke sana karena ingin mencari tahu tentang ibunya itu? Padahal ketika kecil dulu si buntalan pirang itu bilang tidak perlu tahu tentang ibunya. Apakah kini rasa penasaran itu mulai menghantuinya?

"Buat apa dia mencari tahu yang sudah mati." Gumaman lirih Claude bukanlah sebuah pertanyaan, bukan pula sebuah pernyataan. Ia hanya ingin mengatakannya.

Walau begitu lirih, Felix tetap dapat mendengarnya dengan jelas. Ia mungkin tidak mengerti apa yang tuannya itu rasakan, tapi mengingat dua orang yang paling berharga bagi sang kaisar perlahan mulai terhubung, ia merasa sedikit lega.

"Mau bagaimanapun, Tuan Putri tetaplah gadis belia yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, Yang Mulia. Sejak kecil ia tumbuh dengan begitu mandiri, jadi wajar baginya jika sekarang ia ingin mengenal bagaimana dunia yang pernah ditinggali oleh Nona Diana."

Di usianya yang belum mengerti apapun tentang dunia, putri kecil itu tidak pernah mengingat wajah ibunya, tidak pula mendapat kasih sayang darinya. Apakah Claude menyesal? Tidak juga. Ia tidak pernah menyesali apa yang dia lakukan di masa lalu.

Tidak.

Ada satu hal yang ia sesali. 

Benar.  Kini ia mengingatnya, bahwa Siodona hanya membuatnya merasakan satu penyesalan yang tidak berguna. Dan Claude benci perasaan itu. 

"Dia hanya membuang waktu."

Putrinya tidak perlu tahu kehidupan ibunya. Dia tidak perlu mencari tahu apa yang Diana lalui. Kalau tahu rasa penasaran itu akan tumbuh sebesar ini, mungkin seharusnya dulu ia tidak perlu memberikan ingatannya melalui mimpi.

Seandainya ia dapat membuat Diana jatuh ke dekapannya lebih cepat, dan seandainya ia tidak pernah menyadari hal itu, mungkin ia tidak akan merasa sesesak ini. 

Cukup Claude saja yang mengetahuinya. Cukup ia saja yang pernah merasakan tangisan pilu itu dari mata yang berwarna bunga musim itu. Cukup dia saja.

"Athanasia tidak perlu tahu."

***

Athanasia POV

"Tapi jangan panggil aku nenek ya, Putri Kecil."

"..."

Apakah ini takdir? Bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengan orang yang berhubungan dengan ibuku di masa lalu?

"Lalu kami harus memanggilmu apa? Bibi?" Suara datar Lucas justru memecah keheningan yang tadi sempat tercipta.

"Aku tidak mau mendengarnya dari mulut kakek kakek sepertimu." Keramahan yang tadi ada di wajah cantiknya seketika hilang tergantikan tatapan ular yang ditujukan pada Lucas, begitu juga dengan sebaliknya.

Lucas.. membahas umur wanita itu adalah kejahatan!

Kukira dia wanita yang anggun dan bersikap manis pada semua orang, tapi sepertinya kalau menyenggol topik tentang umur semua wanita sama saja ya.

"Daripada memikirkan umurku, aku lebih penasaran dengan luka di wajahmu. Preman macam apa yang bisa melukai penyihir menara? Anda mengarang cerita ya?"

"Sudah kubilang, ini ... adalah musibah akibat perbuatan manusia."

Hei musibah itu berlebihan!

Tidak, kembali ke topik.

"Jadi anda yang menjaga ibu saya ketika dia masih belia?"

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now