32. Oh, Astaga

En başından başla
                                    

"Simpan di sini, lalu masuk. Naya" suara Pak Ali menyadarkan Inayah buru-buru meletakkan itu kemudian pergi.

Qaffi yang mendengar nama istrinya menengok, melihat Inayah. Rasanya ingin mendekap Inaya. Tapi ia sadar ada Pak Ali yang mengawasinya.

Pasangan suami istri yang saling beritatap tidak ada yang menyadari maksud dari pak Ali
"Semoga itu bisa mengobati rindu kalian"  batin Pak Ali pura-pura membaca koran.

Mungkin kalian merasa pak Ali memerankan antagonis dengan sifatnya, tapi Pak Ali mempunyai cara tersendiri memberi hukuman. Beruntung tidak langsung kepengadilan. Jika Qaffi bisa melewatinya ia akan tahu bagaimana rasanya menjaga sesuatu yang sangat berharga. Jika sebaliknya mungkin pengadilan jalan terakhir.

Bunyi telfon Qaffi menghentikan pekerjaannya. Mengambil ponselnya di saku meminta izin mengangkat telfon sebentar, usai mendapat persetujuan dengan anggukan barulah telfon itu diterima.

"Maaf, pak. Ada investor dari jepang ingin bertemu bapak"

"Saya akan segera kesana" Qaffi menutup telfon merasa bingung. Ia melangkah mendekati Pak Ali yang masih sibuk dengan dunianya.

"Maaf, pah. Aku ingin meminta izin ke kantor ada investor dari jepang tiba-tiba ingin bertemu" terus terang Qaffi .

Pak Ali melipat korannya menatap tajam Qaffi " lalu bagaimana perkerjaanmu itu" tunjuk Pak Ali dengan dagunya ke halaman.

"Aku akan kembali menyelesaikannya, setelah pulang dari kantor aku akan ke sini, pah. Maaf tapi aku harus pergi" izin Qaffi menyalimi mertuanya.

***

Qaffi menyelesaikan semua berkas-berkas yang berserakan di mejanya. Usai pertemuan dengan investor, hampir saja kerja sama di batalkan. Qaffi merasa kecolongan Investor di perusahaannya berhasil di pengaruhi musuh di dunia bisnis. Keberuntungan berpihak pada Qaffi hari ini Inverstor itu masih memberi kepercayaan pada Qaffi.

Dengan terpaksa Qaffi lembur. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam barusalah Qaffi meregangkan otot-ototnya berhadapan dengan laptop 10 jam membuat mata perih, belum lagi tubuh Qaffi terasa lemas, dari pagi belum ada makanan yang masuk dalam perutnya, ditambah pekerjaannya di rumah Pak Ali tadi.

Qaffi melajukan mobilnya menuju rumah mertuanya. Berniat memenuhi ucapannya tadi pagi, meski malam telah tiba.

Qaffi melihat rumah di depannya beberapa bagian lampu telah padam menandakan orang rumah telah beristihat.

"Den Qaffi, masuk den"sopan satpam Rumah Pak Ali

Qaffi mengangguk memarkirkan mobil langsung menuju ke gasebo.

"Semangat" ujar Qaffi meletakkan tas kantornya bersama 1 bungkus nasi kuning yang sempat di belinya tadi di jalan.

Qaffi memotong rumput sebisa mungkin tidak terlalu berisik. Lampu di gasebo menjadi penerang.

Perlu 3 jam Qaffi menyelesaikan itu. Ia mengistirahatkan tubuhnya. Di kursi meluruskan kakinya terasa pegal.

"Alhamdulillah, selesai juga" syukur Qaffi melihat hasil karyanya

Qaffi memakan nasi kuningnya yang sudah dingin. Qaffi tidak menyadari di balik tirai jendela ada seseorang yang tersenyum bangga.

***

Qaffi terbangun dari tidur lelapnya ketika azan sudah berkumandang. Tubuhnya semakin terasa pegal. Melihat sekeliling ternyata ia tertidur di gasebo.

Qaffi mengambil barang-barangnya kemudian pergi menuju mesjid tapi sebelum itu mengganti pakaiannya dalam mobil.

***

13 panggilan tak terjawab
Ilham

Qaffi kaget melihat notif di ponselnya.

"Kau dari mana saja, Qaffi. Aku menelfonmu dari tadi malam" omel Ilham sambutan pertama yang Qaffi dengar waktu panggilan telfonnya di angkat

"Assalamualaikum dulu. Ada kerjaan" balas Qaffi

"Hehe Waalaikumsalam. Ada hadiah spesial untukmu" Ilham tersenyum misterius di balik telfon.

Tut..
Panggilan telfon langsung terputus begitu saja setelah ucapan Ilham yang membuat Qaffi heran.

*
*
Sorry baget Gyus baru update
Baru selesai ujian semester
Ini ngetiknya di Hp jadi kalau banyak typo coment aja nanti di perbaiki kok

Budayakan Vote dan Coment

Dari cewek lagi rebahan karena sakit 😑

Putri Jendela [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin