13. Bahagia Sedih Secara Bersamaan

134 26 6
                                    

Typo tertebaran..

Derap langkah terdengar menyusuri lorong rumah sakit yang mulai sunyi.
Orang pasti akan tahu langkah itu seperti terburu-buru.
"Nak Qaffi, kamu serius Inayah di sini? Bagaimana kondisinya? Itu betulan Naya kan? Anak mama?" rentetan pertanyaan Ibu Ani

Pak Ali merangkul istrinya.
Bahagia sedih secara bersamaan.
Anaknya kembali
"Ma, tanyanya satu-satu" tegur Pak Ali

Qaffi tersenyum tipis "Kondisi Inayah masih kritis tante, tadi ketika saya menelfon om dan tante. Inayah sudah di pindahkan ke ruang rawat" Qaffi melihat Pak Anton masih setia duduk di depan ruangan memanggilnya "Pak Anton"

Merasa di panggil Pak Anton berbalik tersenyum melihat Qaffi "Iyya ada apa dok?"

"Ini orang tua Inayah, gadis yang bapak tolong tadi"Qaffi memperkenalkan Pak Ali dan Ibu Ani. Pak Ali bersalaman sebentar dengan Pak Anton.

"Terima kasih sudah membawa putri saya ke sini, Pak. Tapi kalau boleh tau apa yang sebenarnya terjadi?" Pak Ali bertanya dengan kepala dingin.

Pak Anto mulai menceritakan kembali apa yang dia tahu sampai berakhir di sini
"Begitulah ceritanya, Tuan"

"Kalau boleh saya tau siapa nama bos anda?"

"Tuan Asraf Halid, kalau begitu saya mohon izin untuk pulang, Tuan. Tugas saya sudah selesai"

"Boleh antarkan saya pada pak Asrafn saya ingin bertemu berterima kasih langsung pada beliau" ujar Pak Ali

Pak Antor tersenyum lalu mengangguk berjalan lebih dulu.

"Mah, jaga Inayah sebentar aku pergi sebentar" izin Pak Ali

Ibu Ani mengangguk " hati-hati, pah. Tolong sampaikan juga terima kasihku padanya"

Pak Ali mencium kening ibu Ani lalu pergi. Tinggal hanya Qaffi dan Ibu Ani di depan ruangan.
"Tante aku belum bisa pastikan Inayah kapan siuman, kita hanya bisa berdoa semoga Inayah bisa melewati masa kritisnya" jelas Qaffi

"Iyya, nak. Terima kasih kamu sudah berusaha dengan keras" Ibu Ani menampilkan senyum keibuannya.

"Aku pergi dulu, tante masih ada pasien yang harus aku periksa" izin Qaffi

Selepas kepergian Qaffi barulah ibu Ani masuk ruangan memerhatikan wajah putri bungsunya. Ibu Ani setelah menangis meluapkan rindunya, ia tertidur lelah 3 jam menangis.

Di kediaman pak Asraf menyambut pak Ali dengan hangat
"Saya datang ke sini ingin menyampaikan terima kasih saya kepada anda pak Asraf" ucap Pak Ali usai perkenalan sebelumnya.

"Anda terlalu berlebihan pak jauh jauh datang ke sini hanya untuk mengucapkan terima kasih. Sudah seharusnya sesama manusia saling tolong menolong"jawab Pak Asraf

"Iya, pak. Kalau begitu saya permisi" pamit Pak Ali menjabat tangan Pak Asraf sebentar.

Pak Ali kembali ke rumah sakit menuju ruang rawat Inayah. Ibu Ani sudah tertidur di sofa, bisa Pak Ali perkirakan istrinya sudah menangis terlihat dari sisa air mata yang masih ada di pipinya, hidung memerah.

Giliran Pak Ali mendekati brangkar mengusap dengan sayang puncak kepala putrinya. Setetes air matanya jatuh
"Bagunlah, nak kami semua merindukanmu" bisik Pak Ali.

**

Lima hari kemudian...

Kelopak mata itu terbuka menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk. Melihat sekeliling ruangan bernuansa putih.
"Rumah sakit" batinnya

Ia menutup mata kembali harap-harap rasa sakit di sekujur tubuhnya hilang.

Ceklek..

Suara pintu terbuka tapi Naya masih memilih diam enggan membuka mata.

"Apa kamu tidak lelah tertidur, bangunlah. Aku merindukanmu" bisik orang itu

Suara yang sangat familiar bagi Inayah, Muhammad Al Qaffi.

Tak lama langkah itu menjauh disusul suara pintu tertutup. Dengan berat Inayah membuka matanya. Antara mimpi atau nyata tapi sungguh sakit disekujur tubuhnya terlebih di bagian kepala membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.

Pintu kembali terbuka menampilkan Ibu Ani dan Pak Ali
"Alhamdulillah nak kamu sudah siuman"

"Pa, ma" panggil Inayah dengan nada lemah

"Kamu jangan bicara dulu Nak, kamu baru sadar" lembut Ibu Ani

"Naya mau istirahat, sa..kit" suara Inayah seperti bisikan beruntung Ibu Ani sangat dekat.

Ibu Ani menggeleng tanda melarang" tidak..tidak.. kamu jangan tidur, tolong jangan tutup mata kamu" mohon Ibu Ani melihat mata Inayah lama kelamaan tertutup.

Pak Ali sudah kalang kabut ia berlari keluar memanggil dokter.

***

Hal yang mampu membuat sedih seorang dokter ketika dia belum mampu menyelamatkan pasiennya setelah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain sungguh diluar dugaan. Ditambah pemandangan yang mampu membuat hati teriris dengan tangisan orang-orang yang di tinggalkan. Bagitulah yang dirasakan Qaffi
Memilih meninggalkan pemandangan yang bisa membuatnya menangis saat itu juga. Meskipun hal ini sering kali ia lihat tapi tetap mampu membuatnya sedih.

"Dokter Qaffi"

Panggilan seseorang membuat langkah Qaffi terhenti

Dan...

***

Ada apa yah?
Maaf baru update 😁

Putri Jendela [TAMAT]Where stories live. Discover now