11. Mengejutkan

155 25 5
                                    

Part menuju konflik

"Maaf, ku mohon bersabarlah sebentar sampai aku kembali" batin gadis itu masih melihat Qaffi dari kaca spion.

Raja melirik gadis disampingnya
"Naya, ingat rencana awal kita. Meskipun bukan Qaffi bersanding dengan Mirna bukan berarti kamu kembali. Mereka tahunya kamu telah tiada. Bukannya yang terpenting sekarang menyembuhkan kakimu. Waktunya sekarang kamu menata hatimu, cukuplah aku melihatmu murung setelah kejadian itu"
Yang di peringati hanya mengangguk.

"Naya, masih banyak hal yang belum kamu tahu, kamu terlalu masabodo tentang semua hal" Raja menjeda kalimatnya sebentar" Ingat, tidak semua yang menurutmu baik itu memanglah baik, begitu juga sebaliknya. Lihatlah dari sudut pandang yang berbeda. Jangan sampai kamu mempercayai hipotesis yang diciptakan pikiranmu"

Inayah masih mencerna ucapan Raja yang tidak nyambung. Seperti ada maksud yang tersirat di dalamnya Inayah pun tidak tau.
"Raj ngomong apa sih? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?" selidik Inayah.

Dibalas senyuman dari sang empuh
"Bagaimanapun kamu menutupinya Raj, aku akan tahu pada saatnya" batin Inayah sekilas memandang Raj.
Inayah tidak ingin memperpanjang masalah, suasana kembali hening tidak ada yang memulai pembicaraan sampai terhenti di rumah megah di kawasan perumahan elit.

***

Qaffi gusar memikirkan sosok itu meski dari belakang tanpa melihat wajahnya ia kenal betul. Gadis kecil berbando telinga kelincinya.
"Ah, apa aku sekarang mengklimnya dia milikku, lucu sekali. Sepertinya aku mulai tidak waras"Qaffi menggelengkan kepala.

Ibu Umma yang melihat anaknya heran sejak datang dari pesta. Qaffi melamun, gusar, dan sekarang menggelengkan kepala. Apa anaknya sudah gila melihat Mirna menikah pikir Ibu Umma mendekat
"Apa yang kamu pikirkan, nak?" lembut Ibu Umma mengelus pundak anaknya.

Qaffi tersentak kaget mengelus dadanya pelan.
"Ummi, boleh al bertanya?" Qaffi seolah ragu

Ibu Umma memberikan senyum menenangkan, tak heran meskipun anaknya sudah menjadi dokter tapi apapun yang membuatnya resah tentu ia ceritakan pada ibunya. Qaffi sangat tahu ibunya adalah pendengar yang sangat baik.
"Tanyakanlah nak, kalau ummi tau pasti akan ummi jawab"

"Apa ummi percaya orang yang sudah meninggal akan hidup kembali"

"Tentu, kamu percaya akan kekuasaan Allah nak. Tidak ada yang mustahil jika yang di atas berkehendak. Bisa di bilang sebuah keajaiban. Tapi, tunggu kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Al sudah dua kali melihat Inayah,pertama meskipun cuma bayangannya lewat pembatas kaca cafe tapi Al hanya menganggapnya hanya halu. Tapi tadi di pernikahan Mirna, Al melihat dia meskipun dari belakang. Tapi ketika Al mengejarnya ia sudah pergi. Mungkin kedengarannya konyol tapi itulah kenyataannya, Mi" cerita Qaffi pada Ibunya.

Ibu Umma mengerti permasalahan anaknya memang sejak Qaffi terus terang akan perasaannya, menolak perjodohannya secara halus namun tegas di depan Ibu Umma dan Pak Yusuf. Membuat mereka sadar lantas membicarakannya kembali pada keluarga Mirna, itu membuat Qaffi sangat bersyukur memiliki orang tua yang sangat pengertian.
"Kalau memang hati kamu yakin sayang, mantapkanlah mintalah pada Allah agar ia kembali. Percayalah nak kalau ia jodohmu pasti Allah akan mempersatukanmu dengannya"

"Iyya, Ummi terima kasih" Qaffi terseyum lega.

***

"Kamu yakin melanjutkan S2 nantinya di sana?"

"Tentu" tegas Inayah

"Di sini masih banyak universitas bagus, Naya tidak perlu jauh-jauh keluar negeri. Soal biasa aku bisa menanggung semuanya. Kau adikku tidak mungkin aku tidak membantumu. Tapi sebelum pergi apa kamu ingin bertemu dengan orang tuamu dulu?" Tawar Raja.

"Impianku sejak dulu ingin melanjutkan S2 ku di Paris, Raj. Kalau untuk kembali ke rumah aku sudah bilang bukan tunggu kakiku sembuh total aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Aku hanya ingin menyampaikan keinginanku itu saja" ujar Inayah tak mau kalah.

"Baiklah, kalau itu maumu. Apapun itu kau adik sepupu keseyanganku. Oh iyya jaga Raka, aku ingin keluar sebentar"

"Siap pak bos" seru Inayah pergi

Inayah  memasuki kamar Raja dengan pelan meskipun ia sudah beberapa bulan di sini tapi bisa di hitung jari.

Pandangan Inayah teralihkan pada bocah yang tertidur lelap.
Bosan tidak melakukan apa-apa Inayah mengelilingi kamar Raja melihat-lihat figura foto terpanjang didinding.

Duk..
Inayah menendang mobil mainan Raka, ia berjongkok meraba-raba kolong lemari mencari mainan yang sempat di tendang kakinya.

"Nah ini dia, tapi tunggu ini apa?" Inayah mengambil map plastik tebal.

"Ah mungkin terjatuh"

Tapi sesuatu terjatuh dari dalamnya.
Inayah membaca sekilas matanya membulat. Memeriksa isi map, cairan benih mengenang dipelupuk mata Inayah keluar menghancurkan pertahanan Inayah
"Ternyata...

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Raja dengan menenteng kantong plastik berlogo Alfamidi. Inayah berdiri menatap Raja dengan amarah.
"Pembunuh"hardik Inayah melempar map tadi. Berlari mengambil barang-barangnya pergi dengan perasaan hancur.

***

Inayah sudah muncul😁
Ada revisi sedikit dari ceritanya ✌
Saya mengapresiasi komentar Readers.
Jadi konflik saya munculkan agar ceritanya tidak jalan ditempat 🙏😊

Jangan lupa vote dan coment🙏

Putri Jendela [TAMAT]Where stories live. Discover now