32. Oh, Astaga

113 23 20
                                    

Selamat menempuh hidup baru
Eh salah selamat membaca😂😅

Inayah terbangun dari mimpi buruknya. Surai hitam Inayah lepek karena keringat bantalpun ikut basah. Inayah meraba-raba mukanya masih ada jejak air mata di sana. Mengumpulkan nyawa, lalu meneguk air yang di ambil dari nakas.

"Alhamdulillah, hanya mimpi" ucap Inayah menenangkan hatinya terasa gusar, akibat terlalu memikirkan pembicaraan Ayah dan suaminya tadi malam sampai masuk dalam mimpi.

Inayah melirik jam dinding menunjukkan pukul 2 dini. Inayah bagun menuju ke kamar mandi mengambil air wuduh harap-harap semoga hatinya di beri ketenangan, memulai sesi curhatnya pada sang pencipta di shalat tahajjud.

"Ya, Allah semoga mimpiku hanyalah bunga tidur. Aku percaya engkau menyiapkan kebahagiaan nantinya padaku. Tapi tidak bisa aku pungkiri, aku takut ya Allah mimpi itu terjadi" adu Inayah dalam doanya.

Setelah shalat Inayah mengambil kitab suci Al-qur'an membacanya dengan suara yang merdu.

***

Mentari pagi menyambut hari Qaffi seperti biasa tidak ada yang istimewa semenjak istrinya tinggal di rumah mertuanya.

Setelah melakukan shalat istiharah Qaffi sudah memantapkan hatinya pergi ke rumah mertuanya.

Di rumah pak Ali, Qaffi menemani pak Ali di taman belakang
"Bagaimana apa kamu sudah memilih diantara kedua opsi itu?" tanya Pak Ali tak mengalihkan perhatiannya pada rumput yang sedari tadi dipotong.

"Sudah, pah. Dan aku memutuskan opsi pertama. Aku akan tetap mempertahankan Inayah menjadi istriku, meskipun kami nantinya tidak bertemu. Selama itu aku akan menyakinkan papa aku masih pantas  menjadi menantu di keluarga ini" tekad Qaffi tanpa keraguan.

Pak Ali tersenyum tipis harus pak Ali akui jiwa Qaffi mengingatkannya dulu di waktu muda tidak pantang menyerah meski di gertak sedikit.
"Baiklah, aku tersanjung pada semangatmu, anak muda. Kalau begitu selesaikan pekerjaanku ini bersihkan seluruh taman" suruh Pak Ali menyodorkan gunting rumput pada Qaffi.

Qaffi menerimanya dengan senang hati, dengan semangat mengerjakan itu tanpa mengeluh sedikitpun.

Pak Ali mengawasi Qaffi dari gasebo, masih dengan senyum tipis.

To Yusuf:
Hukuman masih berjalan

From : Yusuf
Jangan keterlaluan pada anakku, bung.

Sebaris balasan sms membuat Pak Ali tidak bisa menahan senyum lebarnya sudah mengerjai anak sahabat sekaligus besannya itu.

"Papa, kenapa senyum sendiri?" curiga Ibu Ani langsung duduk di dekat suaminya.

Pak Ali mengganti dengan cepat senyum itu dengan wajah datar. "Panggil naya membawa minuman ke sini" titah Pak Ali mengabaikan pertanyaan istrinya.

Ibu Ani mengangguk, sekilas melihat Qaffi yang sudah mandi keringat di bawah terik matahari yang menyengat.

"Naya, bawa minuman ini ke gasebo sayang" Ibu Ani lantas menyodorkan baki berisi 2 gelas minuman dingin dan cemilan ke Inayah.

Inayah menerima tanpa protes berjalan ke gasebo. Pandangan pertama yang ia lihat Qaffi masih bekerja membuatnya terpaku sejenak.

Putri Jendela [TAMAT]Where stories live. Discover now