"Kukira kalian dekat?" Jack menyambung. "Kalian bertetangga, bukan?"

"Aku tidak tahu." Bella sudah menanamkan kewaspadaan di dalam kepalanya untuk hal apapun yang berhubungan dengan Romeo. Melarang dirinya mengingat kejadian malam itu yang membuatnya merinding.

Tapi hati kecil Bella berkhianat dengan memancing sebuah pertanyaan. "Dia tidak memberitahumu kenapa hari ini tidak masuk kerja?"

"Mungkin kau belum tahu kalau ponsel laki-laki itu hanya dipakai sebagai pemutar musik, bukan alat komunikasi. Jadi, ya. Aku tidak mendapat pesan apapun yang seharusnya dikirimkan pegawai pada bosnya. Maka dari itu aku bertanya padamu."

"Sebenarnya aku sudah siap menebak hubungan kalian." ujar Jack. 

"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya." Bella berusaha menyangkal, entah untuk siapa. "Kami bahkan baru kenal."

Ronald dan Jack kembali bertukar pandang. Jack kemudian berkata. "Wah, rasanya sangat janggal mendengar ada wanita mengatakan hal itu tentang Romeo."

"Benar."

"Seperti kau datang dari masa lalu."

"Apa maksud kalian?"

Ronald mengangkat tangannya ke udara. "Tidak-tidak. Hanya saja kami terlalu sering melihat Romeo dikejar banyak wanita. Yang bahkan akan dengan senang hati tidur dengarnya sekedar untuk mendapat perhatian. Dan kau," Ronald menunjuknya dengan tangan terbuka lebar. "Sangat menyegarkan."

"Benar-benar sesuai dugaan." sambung Jack.

Bella tidak tahu persis apa yang sebenarnya tengah dibicarakan oleh Ronald dan Jack.

"Atau," Ronald menatapnya dengan mata menyipit. "Diam-diam kau sudah jatuh pada pesona Romeo?"

Bella menggelengkan kepala "Tidak!"

Ronald tertawa. Jack tersenyum. Mereka seolah sedang menarik kesimpulan di dalam kepala masing-masing.

"Ja-jangan mengatakan hal yang ti-tidak mungkin."

Ronald tersenyum. "Ternyata benar kau sungguh manis jika tergagap malu seperti itu."

"Eh?"

"Baiklah, Bella. Kalau begitu katakan saja ini padanya jika kau bertemu Romeo nanti, suruh dia memberitahuku terlebih dulu sebelum tidak masuk bekerja. Atau dia akan dipecat."

Bella tidak tahu apakah bisa menyampaikan itu nanti namun ia tetap mengangguk pasti. "Aku pulang dulu."

"Tunggu," Ronald kembali menahannya. Laki-laki itu menggaruk kepalanya. "Bisakah kau menolongku, aku butuh beberapa catatan untuk bahan kue yang akan kumasukan sebagai pengeluaran tetap bulanan nanti. Aku tidak bisa mempecayai Jack melakukannya."

"Hei!" protes Jack.

"Kalau kau tidak sibuk, maukah kau memberikannya sebelum pulang?"

"Tentu saja," Bella meletakkan kembali tasnya. "Akan kulakukan."

"Terima kasih. Aku akan ada di ruanganku."

🔥

Memerlukan waktu lebih banyak rupanya untuk Bella menyelesaikan list kebutuhan bahan kue selama satu bulan ke depan. Terlebih jika daya jual kafe masih terbilang sedikit. Bukankah ini seharusnya dilakukan pegawai lama? Jack mengikuti Ronald ke ruangannya dan jarum jam sudah menunjuk angka delapan.

PrepossessWhere stories live. Discover now