30. Urgent (2)

673 59 11
                                    

Lagu diatas lagi Viral dan aku cocokkan untuk chapter ini..so tepat buat siapa.?
Happy Reading
👇👇

Helikopter mendarat tepat di atas rooftop rumah sakit ter-elit yang ada di Washington Dc.

Kesiapan para perawat juga dokter telah menunggu disana. Tubuh mungil itu digendong dan segera diletakkan di atas bed darurat.

Masuk ke dalam Lift khusus VIP yang melesat dalam hitungan detik membawa pasien kecil dalam kondisi gawat untuk segera masuk ruangan yang sudah tersedia lengkap dengan alat alat kedokteran yang canggih.

Sesuai dengan prosedur dan kebijakkan rumah sakit maka keluarga pasien tidak diperkenankan untuk menemani pasien yang akan dilakukan tindakkan medis  se-segera mungkin.

Air mata ibu sang pasien turun deras tak berhenti, bahunya berguncang dengan suara terisak penuh penyesalan.

"Tenanglah Nak, sabar ... sabar, "  ucap sang ibu menguatkan dan memeluknya.

Semua orang ikut pergi mendampinginya. Jamie selaku kakek merasa tak tenang. Mondar mandir di depan ruangan, sesekali mencari celah untuk mengintip tetapi tidak kelihatan.

Selang berapa menit kemudian

Ceklek

Bunyi suara knop pintu dibuka dan langsung diserbu oleh mereka yang menunggu.

"Bagaimana anak saya Dok? "

"Langsung saja saya katakan bahwa anak ini keracunan tetapi bukan dari makanan berasal dari suatu benda asing."

Semua terperangah lalu sang Dokter menjelaskan, "Racun ini masuk melalui pori pori kulit dan menyebar dalam pembuluh darah merusak bagian organ dalam sedikit demi sedikit, sudah merambah ke bagian hati maka dari itu timbul gelembung nanah di kulit.

Zeta histeris ,meraup jas putih si Dokter dengan genggaman eratnya. "Tolong, sembuhkan anak saya Dok, segera! Apa pun dan bagaimana pun caranya  anak saya harus selamat, anak saya harus sembuh!"

"Kami usahakan, kasus ini kasus baru yang kami tangani, dan penawar racunnya masih harus diteliti."

Tak sabaran Jamie langsung menarik kerah baju dokter itu, "Berapa lama waktu untuk meneliti itu hagh, nerapa lama ?! Penanganan harus cepat, bukan menunggu!"

"Oke, baik ... baik ... Tuan Jamie, secepatnya kami para tim Dokter berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan, " ucap si Dokter sedikit takut dengan bentakkan kasar Jamie dan segera pamit sedangkan Zeta terus menangis.

"Apa yang kau lakukan kemarin Zeta!"

"Hanya bermain papi, hanya itu ke tam--"

Mulutnya berhenti bicara saat ingatan di taman siang itu melintas, Zeta menggeleng pelan lalu kuat.

"Tidak, ya Tuhan ... papi ... tidak ... tidak!"

"Ada apa, cepat katakan kenapa di taman, ada apa di taman!"

Jamie mengguncang bahu Zeta kuat, tiba tiba sebuah silau memantul ke matanya. Zeta mencari asal sinar itu tanpa peduli teriakkan sang ayah yang minta penjelasan.

"Zeta!"

Diujung koridor dengan penampilan yang sama, baju yang sama, orang yang di taman itu melihat Zeta lalu pergi.

The War LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang