Epilog; Setelah Permainan Usai

27 5 0
                                    

Dalam hubungan, jangan terlalu sering menyimpulkan sendiri. Ikatan itu menarik kita tidak hanya untuk memikirkan perasaan kita sendiri melainkan juga orang yang kita cintai.

"Jadi akhirnya Jiran pacaran sama Taehyung? Dan lo sampe akhir jadi sad boy yang penuh drama?" pertanyaan itu terlontar kala Jungkook duduk di kursi taman malam itu. Laki-laki itu terkekeh dengan kaki yang ia gesekkan pada rumput basah di bawah sana.

"Yah... Akhir bahagia untuk salah satu pihak. Terus gimana dengan lo sendiri? Lo bahkan gak punya kejelasan tentang diri lo yang mutusin Taehyung secara sepihak." jawab Jungkook meledek Jennie yang sama naasnya.

Jennie terdiam lalu mengangkat bahu, "oh itu? Perlu gue beberkan alesannya disini?" tanya Jennie sok misterius. Namun Jungkook hanya bergidik tak peduli. Ia justru merebahkan tubuhnya pada sandaran kursi, menengadah, menatap langit malam yang tampak kelam tanpa bintang satupun. Hanya gumpalan awan abu-abu yang menggantung disana.

"Gue terlalu takut. Gue takut yang menimpa nyokap akan menimpa diri gue. Semacam trauma? Yah katanya sih ini ada nama penyakit psikologinya. Tapi author gak tahu apa, makanya gak pernah dibahas." jelas Jennie pada akhirnya.

Jungkook tertawa, "jadi ending kita gimana sekarang?"

Jennie mendengus, "yah gak gimana-gimana, ini kan bukan akhir sepenuhnya. Lagian kita masih sma. Masih terlalu jauh buat serius." jawaban dari Jennie lagi-lagi dibalas kekehan dari Jungkook.

Jungkook menghembuskan nafasnya menikmati angin malam yang sejuk selepas hujan hari itu. Matanya tak lepas dari gumpalan awan di atas sana. Seakan tengah menyisipkan harapan-harapan lewat tatapnya.

Jennie yang melihat Jungkook duduk diam dengan tenang menepuk bahunya pelan lantas berdiri, "yah udah gitu aja, yang mengganjal tentang gue udah gue beberkan. Jadi gue undur diri dulu yah, sad boy." pamit Jennie lantas melangkah pergi. Namun tak sedetikpun Jungkook beranjak dari posisinya atau sekedar menjawab. Ia sibuk dengan segala alam bayang. Yah, ini bukan akhirnya. Masih terlalu panjang, jika author menuliskan kisahnya bisa sampe ribuan episode mirip acara sinetron.

Baiklah, mungkin akhir untuknya tidak ada kebahagiaan, tapi semoga saja di cerita selanjutnya drama yang menimpanya tak lagi berlebihan.

***

"Joy! Lo tahu gak ceritanya udah tamat?" tanya seorang laki-laki dengan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Gue gak jadi ambil peran, anjir." si cowok lagi-lagi berujar sambil tertawa hingga tawa itu menggema di ruangan berdebu dan kedap suara itu.

Joy yang mendengar tawa itu mendesis lalu mematikan rokok yang tengah diapit jarinya, "sial, kemunafikan gue juga jadi gak kebongkar. Terus fungsinya gue muncul di chapter sebelumnya apaan?" kesal Joy lalu menendang kursi di hadapannya.

"Yoi, padahal kita udah siap buat bikin klimaksnya jadi lebih greget." kata si cowok itu ikut mengompori. Namun yang ia dapatkan justru pukulan keras di kepalanya.

"Siap pala lu dugong! Nama lu aja belum ada." ujar Joy menoyor kepala si cowok tak benama dengan sadisnya.

Si cowok mendesis, "yah tapi kan motif gue udah jelas. Urusan nama mah gampang." protes si cowok lalu mengambil puntung rokok bekas Joy dan menyalakannya kembali. Sayang, ini baru diicip sedikit.

"Katanya terlalu drama. Author gak sanggup ngetiknya, badannya geli pas mikirin ulang ceritanya sendiri. Goblok sih emang." Joy tertawa dan diikuti juga oleh tawa si cowok di hadapannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jeda × Jungkook BTS [Tamat] Where stories live. Discover now