0.5 Seseorang Mendekati Dia

30 7 0
                                    

'Kamu telah menghancurkan setiap keping tawaku. Seolah kesedihanku tak berarti apa-apa bagimu'
-iKON, I'm Ok-
.
.
.

Mama marah besar. Itu gara-gara Jiran yang masak nasi di rice cooker dengan air penuh. Alhasil, air tersebut merembes keluar dan membuat rice cookernya mati, gak bisa dipakai lagi.

Jangan salahkan Jiran. Salahkan lah Jungkook dengan perkataannya kemarin sore itu. Gara-gara dia fokus Jiran jadi hilang. Udah gitu hari liburnya sekarang bukannya tenang malah kena omelan Mama.

"Udah, sekarang kamu ke supermarket sana beli roti sama selai. Abang kamu kan lagi sakit, belum sarapan. Gara-gara kamu rice cooker Mama mati, abang kamu kelaperan. Kamu tuh anak gadis tapi kok gak bisa apa-apa. Gimana nanti kalau udah nikah? Kayak yang gak pernah masak nasi aja. Kamu tuh...." serius itu omelan Mama masih panjang banget. Dan itu sambil teriak-teriak karna beliau sedang menjemur pakaian di luar. Papa Jiran cuma ketawa-ketawa sambil nonton tv, sedangkan Jimin dengan santainya bak raja di rumah sedang mainin tisu yang dibentuk-bentuk jadi baju. Kurang kerjaan.

"Tuh dengerin, Ran. Kalau gue bukan abang lo, gue juga gak mau kalau ditakdirkan berjodoh sama lo," tambah Jimin yang membuat Jiran mendelik. Sumpah abangnya tuh ngeselin banget deh. Tahu gak Jimin sekarang sakit apa? Cuma flu. Tapi dia diistimewakan kayak terserang penyakit apa aja.

Untungnya Jiran udah biasa didiskriminasi. Dia juga tahu diri, Jimin yang terang menderang sedang Jiranlah yang suram. Meskipun dia kembaran Jiran dia bisa lulus tahun ini karna loncat kelas. Udah gitu Jimin udah terjamin masuk universitas yang bagus karna rekomendasi dari guru-guru dan tentunya karna segudang prestasinya di bidang sains. Jangan tanya betapa bangganya Mama yang selalu koar di setiap arisan bawa-bawa nama Jimin. Sedangkan Jiran? Dia cuma dianggap bubuk-bubuk upil yang menjijikan. Gak berguna. Dan harus segera dibersihkan.

Jiran bangkit berdiri, panas juga kupingnya mendapat ceramah dari sana sini. Lantas ia mengangkat tangannya meminta uang pada Papa yang masih cekikikan nonton Televisi.

"Apa?" tanya Papanya lalu sedetik berikutnya mengerti. Beliau merogoh sakunya lalu memberikan dua lembar uang lima puluh ribuan, "kegedean yah?" tanyanya pada diri sendiri lalu menarik satu lembar uang tersebut membuat Jiran mengerucutkan bibirnya.

"Terus buat Jirannya mana?" tanya Jiran membuat Jimin yang lagi tiduran mendelik, "lo udah gede jangan sok manja gitu, jijik gue dengernya, Ran." Jiran cuma menatap abangnya itu tajam lalu memilih tak peduli.

Papa hanya menggelangkan kepala lalu kembali memberikan uang yang satunya dengan sedikit berat hati.

Jiran mengembangkan senyumnya lalu pergi dengan riang.

***

Setelah mengambil dua bungkus roti dan setoples selai coklat, Jiran segera menuju tempat ice cream dan minuman. Setelah semua yang dibelinya ia dapatkan, ia segera menuju kasir. Menunggu antrean sembari mengemut lolipopnya.

"Eh Jiran?" sapa seseorang dari belakang. Sontak Jiran menjengit kaget. Ia memutar tubuhnya melihat siapa yang menyapa. Jiran tersenyum kikuk. Itu... Taehyung.

"Baru aja gue mau ke rumah lo jengukin Jimin," ucap Taehyung lagi dibalas dengan senyum canggung dari Jiran. Jiran maju, menyerahkan barang yang dibelinya pada kasir lalu kembali menatap Taehyung sesekali yang masih tersenyum dengan manisnya. Oh, Jiran kena diabetes lagi.

Jeda × Jungkook BTS [Tamat] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt