2.0 Spontanitas

55 8 11
                                    

'Berhenti merasa bahwa kamulah mahluk paling berat menanggung beban di kehidupan ini. Semua pernah berada di posisi paling hancur. Setelahnya tergantung, apa ia memilih bangkit dan keluar dari keterpurukan atau justru menyalahkan semua hal, keadaan dan ketentuan Tuhan'

***

Ketimbang mengikuti pelajaran yang memuakan dengan mood yang tengah berantakan, Jungkook memilih membolos dan berlari di lapangan futsal tempat biasa ia berlatih. Melimpahkan segala perasaan pada kakinya yang terus melaju dengan cepat. Berharap segalanya mengalir bersama keringatnya yang kian membanjir.

Bobby yang ikut saja begitu ditawari bolos bersama kini tersenggal di sisi lapang. Sohibnya gila, entah sudah berapa kali ia mengelilingi lapangan besar itu. Bobby pikir, Jungkook akan membolos dan mengajaknya ke tempat mereka menghilangkan stres. Yakni ke sebuah warung dekat kos-kosan khusus putri, mengintip untuk menyegarkan mata mereka setelah penat melihat huruf dan angka.

Tapi ia justru diseret ke lapangan sepak bola. Diajak berolahraga pagi dengan berlari keliling lapangan. Gobloknya, Bobby menurut saja.

"oi, Jungkook! Lo ditolak lagi sama Jiran apa gimana? Harusnya lo udah terbiasa dong, kan tiap hari juga begitu." ujar Bobby berteriak lalu setelahnya Jungkook terkapar di sampingnya dengan nafas tersenggal dan keringat yang membuat Jungkook terlihat seperti orang kehujanan.

Jungkook menegak minumannya lantas menghembuskan nafas, "menurut lo, dengan lo terus-terusan patah hati, lo bisa terbiasa terluka?" tanya Jungkook disela-sela helaan nafasnya yang memburu.

Bobby mengatupkan bibirnya. Entah berapa kali ia ditolak oleh cewek-cewek yang ditaksirnya. Dan setiap itu terjadi, Bobby selalu melampiaskan patah hatinya dengan bermain game seharian di warnet. Ia tidak pernah merasa terbiasa untuk itu. Bobby segera terkekeh, "tapi udah tahu bikin sakit tetep aja mau jatuh cinta." katanya nyengir.

"ternyata virus bucin gue menular cukup cepat," Jungkook duduk lalu menggosok rambutnya yang terasa lengket karena keringat.

"Semua orang bakalan bucin pada waktunya. Begitu kata orang-orang di twitter Juk." balas Bobby lalu melirik sahabatnya yang bersiap pergi.

"Lo mau ngebangke disitu? Yok cabut, kita seneng-seneng, gue yang traktir." ujar Jungkook disambut suka cita oleh Bobby.

Bukannya ia ingin mensyukuri atas mood Jungkook yang tengah berantakan, namun setiap kali sohibnya itu sedang kacau ia akan mendadak jadi mahluk loyal dan menunjukan kalau ia ini anak orang kaya.

Jadi gak papa kan Bobby senang untuk hal itu?

***

"Taehyung?" tanya Jennie begitu mengenali laki-laki yang kini duduk di kursi tunggu depan ruangan ibunya. Mendengar itu, Taehyung segera melirik, ia menatap gadis di hadapannya. Terlihat jelas dari tampilannya yang berubah. Jennie yang selalu tampil sempurna di sekolah, kini menjelma dengan kantung mata dan wajah polos tak bermake up. Bajunyapun terlihat lusuh, hanya menggenakan kaos abu-abu dan celana jins. Rambutnya dicepol asal. Tangannya menjinjing satu kresek yang Taehyung tebak mungkin makan siangnya.

"Lo ngapain disini?" tanya Jennie datar. Semenjak hubungan mereka berakhir setahun lalu, sikap Jennie padanya begitu dingin. Taehyung berusaha tenang sambil mengangkat keranjang buah yang dibelinya saat di perjalanan.

Jeda × Jungkook BTS [Tamat] Where stories live. Discover now